TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

370 Ribu Lebih Warga Djibo Makan Daun Liar karena Kelaparan

Jalur distribusi diblokade teroris

ilustrasi(unsplash.com/Annie Spratt)

Jakarta, IDN Times- Penduduk di Djibo, kota kering yang terletak di bagian utara Burkina Faso, setiap harinya berjalan dengan harapan mendapat makanan atau distribusi bantuan. 

Dulunya, kota ini merupakan pusat perdagangan, terutama untuk perdagangan ternak. Namun sekarang kosong dari segalanya mulai dari, sereal, sayuran, daging dan pedagang tidak dapat ditemui di sini. Tempat ini sudah lama diblokade para pihadis sejak 2015.

Dilansir News.yahoo, jihadis telah meledakkan jembatan dan melakukan serangan mematikan terhadap konvoi pasokan. Blokade Djibo membuat rakyatnya melarat.

“Sudah empat hari tanpa makanan,” ucap seorang warga berusia 76 tahun yang disamarkan namanya. 

Dia mengaku belum pernah menghadapi krisis separah ini. Sekarang, dia menampung 40 pengungsi lokal di halaman rumahnya sendiri, karena pertempuran telah menjebak sekitar 370 ribu orang di kota itu, dilansir Aljazeera, Senin (12/12/2022). 

Baca Juga: Burkina Faso Tangguhkan Radio Prancis, Dituduh Sebarkan Pesan Teroris

1. Sulitnya mendistribusikan logistik ke Djibo

ilustrasi(unsplash.com/Peter Herrmann)

Berada di persimpangan jalur perdagangan antara Mali, Burkina Faso dan Niger, sejak 2019 Djibo telah menjadi pusat konflik. Dari sekian banyak permasalahan, blokade dari jihadis menjadi tantangan paling sulit yang dihadapi Burkina Faso beserta warganya. 

Sejak Februari, para pemberontak mengepung kota dan menanam bahan peledak di sepanjang jalan utama. Hal itu menyebabkan kematian sedikitnya 35 warga sipil.

Mereka juga menghancurkan infrastruktur penting yang ada di sana, termasuk jembatan dan jaringan telepon, yang semakin membuat warga Djibo terisolasi dari seluruh negeri.

Akibatnya, para pedagang berhenti keluar-masuk Djibo, yang berdampak pada kurangnya pasokan barang di pasar. Orang-orang juga tidak dapat mengolah lahan pertanian sehingga terjadi penurunan produksi.

2. Warga makan daun liar

ilustrasi(unsplash.com/Priscilla Du Preez)

Residen Douda, bukan nama yang sebenarnya, biasanya beternak saat musim hujan sedang bagus. Dia juga membajak ladangnya dan menanam beberapa jenis tanaman untuk menghidupi keluarganya.

Sayangnya, akibat krisis dia menghentikan semua itu. Saat ini dia tidak memiliki pilihan lain kecuali membiarkan keluarganya memakan daun.

Di Djibo, konsumsi daun liar mencapai 35-85 persen dari asupan makanan sehari-hari. Penilaian ini dilakukan sejumlah LSM dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Oktober. 

Pada pagi hari, para perempuan dan anak-anak mengambil kesempatan untuk keluar di luar kota guna memetik daun. Setelah itu, mereka kembali pulang dan merebus daun tersebut dengan campuran garam dan dijadikan sebagai makanan. Sebagian dari daun rebus itu dijual untuk menghasilkan uang.

Ternak yang menjadi salah satu sumber kekayaan warga Djibo telah mengalami penurunan harga mencapai dua pertiga dari harga normal. Pun merawat ternak menjadi sulit karena harga pakannya yang mahal. 

Baca Juga: Alasan Mengapa Tim dan Suporter asal Afrika Gemar Menari 

Verified Writer

NUR M AGUS SALIM

peternak ulat

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya