TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

215 Jenazah Anak-anak Ditemukan di Bekas Sekolah Pribumi di Kanada 

Sejarah kelam genosida budaya suku pribumi oleh Kanada 

Pada 30 Mei 2021, orang-orang terlihat memperingati temuan 215 jenazah anak-anak di bekas sekolah asrama Kamloops di Kanada (Twitter.com/Tina Taphouse)

Ottawa, IDN Times - Penemuan mengejutkan minggu ini terjadi di Kanada, tepatnya di bekas sekolah asrama pribumi bernama Kamloops Indian Residential School di British Columbia. Dengan radar bawah tanah, setidaknya ditemukan ada 215 sisa jenazah anak-anak di bekas sekolah tersebut. Ratusan anak-anak itu terkubur di bawahnya.

Sejak abad ke-19 sampai tahun 1970an, banyak anak-anak pribumi Indian yang dipaksa untuk bersekolah oleh negara. Mereka ikut dalam program asimilasi masyarakat agar dapat hidup bersama. Namun dalam proses tersebut, terjadi banyak pelecehan seperti dilarang menggunakan bahasa asil dan dipaksa meninggalkan keyakinan tradisional.

Temuan ratusan sisa jenazah di bekas sekolah pribumi tersebut adalah temuan yang mengejutkan dan dikatakan, kematian anak-anak itu tidak terdokumentasi sama sekali. 

Baca Juga: PBB Sebut Serangan Israel di Gaza Mungkin Bisa Jadi Kejahatan Perang

1. Beberapa jenazah anak-anak diketahui berusia tiga tahun

Pada hari Jumat (28/5/2021), Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau mengatakan bahwa penemuan sisa jenazah anak-anak di bekas sekolah pribumi itu adalah suatu hal yang memilukan. Lewat akun media sosialnya, ia mengatakan "itu adalah pengingat yang menyakitkan dari bab gelap dan memalukan dari sejarah negara kita."

Melansir dari kantor berita Associated Press, beberapa di antara sisa jenazah adalah anak-anak yang masih berusia tiga tahun.

Kamloops Indian Residential School, tempat sisa jenazah anak-anak itu ditemukan, adalah salah satu sekolah untuk pribumi yang terbesar di Kanada. Sekolah itu ditutup pada tahun 1978.

Pada tahun 2016 lalu, Truth and Reconciliation Commission yang bertugas untuk melakukan berbagai penyelidikan tentang penyimpangan dalam program asimilasi anak-anak pribumi, setidaknya ada 51 kematian teridentifikasi di sekolah Kamloops antara tahun 1915 dan 1963.

Namun dengan temuan kali ini, terbukti sebenarnya jumlah kematian jauh lebih banyak. Kepala Tk'emlúps te Secwépemc First Nation, komunitas pribumi Kanada yang bernama Rosanne Casimir dalam sebuah pernyataan mengatakan "kerugian tak terpikirkan yang dibicarakan tetapi tidak pernah didokumentasikan di Kamloops Indian Residential School."

Terry Teegee, ketua Majelis Pribumi British Columbia mengatakan bahwa temuan tersebut "benar-benar memunculkan kembali masalah sekolah asrama dan luka dari warisan genosida terhadap masyarakat Pribumi," ujarnya.

2. Temuan kuburan massal memicu trauma kolektif

Selama lebih dari 100 tahun, pihak berwenang Kanada memang terbukti telah memisahkan secara paksa anak-anak pribumi dari keluarga mereka untuk disekolahkan di sekolah asrama. Itu adalah bagian dari program asimilasi masyarakat. Sekitar 150.000 anak-anak pribumi dipaksa ikut dalam program tersebut.

Namun dalam program, banyak terbukti bahwa anak-anak pribumi mendapatkan perlakuan yang buruk, penuh dengan pelecehan fisik, mental dan seksual, penelantaran, dan bentuk kekerasan lainnya. Perlakuan buruk itu menciptakan siklus trauma antargenerasi bagi masyarakat Pribumi di seluruh Kanada.

Al Jazeera melansir, pengacara komunitas pribumi yang bernama Danielle Morrison mengatakan "penemuan kuburan massal telah memicu "rasa sakit dan trauma kolektif" bagi komunitas pribumi di seluruh Kanada."

Pada hari Sabtu (29/5/2021), Karen Joseph, CEO dari badan amal Reconciliation of Canada mengatakan "meskipun anak-anak yang kami maksud sekarang bersekolah di Kamloops Indian Residential School, kami tahu bahwa semua anak itu bukan dari Kamloops. Itulah sifat dari sekolah asrama, itu membawa anak-anak kami jauh dari tanah air kami."

Ratusan ribu anak-anak suku Indian dari seluruh negeri saat itu dipaksa berpisah dari keluarganya dan mereka ditempatkan di sekolah-sekolah asrama yang disediakan oleh pihak berwenang Kanada, yang dikelola otoritas keagamaan setempat.

Baca Juga: Macron Akui Tanggung Jawab Prancis di Genosida Rwanda 1994

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya