TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Belanda Minta Maaf ke Penjaga Perdamaian di Srebrenica, Ini Sebabnya 

Belanda turut disalahkan atas kematian 350 muslim Bosnia

Perdana Menteri Belanda Mark Rutte (Twitter.com/Mark Rutte)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Mark Rutte, pada Sabtu (18/6/2022), secara resmi meminta maaf kepada pasukan penjaga perdamaian Belanda yang pernah ditugaskan di Srebrenica pada 1995. Dia menyampaikan hal itu karena pasukan Belanda merasa kurang diakui perjuangannya.

Ratusan prajurit Belanda dengan senjata ringan saat itu bertugas melindungi ribuan pengungsi muslim Bosnia. Mereka bertugas melindungi serangan dari pasukan Serbia yang dipimpin Ratko Mladic.

Karena ketidakseimbangan jumlah pasukan dan kualitas persenjataan, pasukan Serbia membantai pengungsi muslim sekitar 8 ribu laki-laki dan anak-anak. Pengadilan kejahatan perang internasional menyebut pembantaian tersebut sebagai genosida.

Baca Juga: Belanda: Mata-mata Rusia Menyusup ke Pengadilan Kriminal Internasional

1. PM Belanda meminta maaf secara resmi

Tentara Belanda yang dikirim sebagai pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa ke Serbia adalah unit Dutchbat III. Mereka saat ini telah menjadi veteran dan ratusan dari mereka hadir di pangkalan militer Belanda pada Sabtu.

"Hari ini, saya atas nama pemerintah Belanda meminta maaf kepada semua perempuan dan laki-laki Dutchbat III. Untuk Anda dan orang-orang yang tidak bisa hadir hari ini. Dengan penghargaan dan rasa hormat yang sebesar-besarnya terhadap cara Dutchbat III dalam keadaan sulit terus berusaha berbuat baik, bahkan ketika itu tidak mungkin lagi," kata Rutte dikutip dari Associated Press.

Setelah hampir 27 tahun peristiwa kelam itu terjadi, PM Rutte berpendapat bahwa masih ada beberapa kata yang belum diucapkan kepada para veteran yang berjuang habis-habisan dalam melaksanakan tugasnya.

2. Tugas mustahil untuk melindungi pengungsi

Insiden kelam yang terjadi pada Juli 1995 di Serbia itu berbuntut pada kritik keras terhadap pasukan penjaga perdamaian, pemerintah Belanda, dan PBB. Mereka dianggap gagal mencegah pembunuhan ribuan warga muslim.

Rutte sendiri, menurut Deutsche Welle, mengakui unit Dutchbat III diberikan tugas yang mustahil untuk melindungi para pengungsi dengan bekal senjata dan tenaga yang tidak mencukupi.

Belanda bersikeras bahwa pasukannya hanya bertugas dengan senjata ringan. Dia juga menyinggung soal pasukannya yang ditinggalkan oleh PBB, yang tidak memberi dukungan serangan udara. PBB saat itu tidak memberi izin NATO untuk melakukan serangan udara.

Ratko Mladic, dengan ribuan pasukannya, saat itu menyerang pengungsi dengan perlengkapan senjata berat yang membuat posisi pasukan Belanda menjadi tidak seimbang.

Baca Juga: Jerman Minta Serbia-Kosovo Rujuk jika Ingin Gabung Uni Eropa

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya