TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Erdogan-Putin Telponan: Bahas Ukraina hingga Finlandia Gabung NATO

Putin siap fasilitasi ekspor biji-bijian Ukraina 

Presiden Vladimir Putin dan Presiden Tayyip Erdogan. (Twitter.com/ Republic of Turkiye Directorate of Communications)

Jakarta, IDN Times - Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dan Presiden Rusia, Vladimir Putin, saling berdiskusi membahas Ukraina lewat saluran telepon pada Senin (30/5/2022). Mereka juga mengutarakan pendapatnya masing-masing tentang rencana Swedia-Finlandia bergabung NATO.

Kepada Putin, Erdogan mengatakan bahwa Turki siap untuk bertemu dengan Rusia, Ukraina, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) guna melakukan dialog lebih lanjut.

Jika memungkinkan, Turki siap menjadi pengawas dalam mekanisme yang pada prinsipnya disepakati kedua belah pihak.

Baca Juga: Erdogan ke Macron: Turki Kekeh Gak Mau Finlandia-Swedia Gabung NATO

1. Komentar Erdogan tentang niat Swedia-Finlandia gabung NATO

Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki (Twitter.com/Recep Tayyip Erdogan)

Invasi Rusia ke Ukraina dinilai telah menjadi ancaman bagi lingkungan keamanan Swedia-Finlandia. Karena itu, dua negara Nordik tersebut mengajukan diri untuk menjadi anggota NATO. Tapi Turki keberatan dengan hal itu.

Menurut Tass, Erdogan mengatakan bahwa sikap Rusia terhadap rencana Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan NATO tidak positif.

Turki sendiri tidak mendukung niat Swedia-Finlandia, sebelum melakukan peninjauan ulang terhadap organisasi yang dianggap teroris oleh Ankara. Organisasi tersebut khususnya Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

"Turki menyatakan bahwa masuknya Swedia dan Finlandia membawa risiko bagi keamanannya sendiri dan masa depan organisasi," kata Erdogan. 

"Kami berhak mengharapkan negara-negara itu, yang mengharapkan tentara terbesar kedua NATO untuk membela mereka berdasarkan Pasal 5, untuk mencegah kegiatan perekrutan, penggalangan dana dan propaganda PKK, yang oleh Uni Eropa dan Amerika dianggap sebagai entitas teroris," tambah dia. 

2. Rencana Turki menyerang Suriah

Baru-baru ini, Erdogan mengumumkan rencana operasi militer untuk menggempur pasukan Kurdi di Suriah yang berbatasan dengan negaranya. Dia juga membahas hal itu dengan Putin, karena Rusia adalah pendukung utama rezim Bashar al-Ashad di Suriah.

Menurut VOA News, serangan lintas batas itu bertujuan untuk menciptakan zona penyangga sejauh 30 kilometer. Berbicara dengan Putin, zona perbatasan telah disetujui pada 2019 tapi belum dilaksanakan, kata kantor Kepresidenan Ankara.

YPG, kelompok pertahanan Kurdi, adalah kelompok yang membantu Amerika Serikat (AS) dalam menggempur Negara Islam di Suriah. Serangan Turki sebelumnya terhadap mereka membuat Washington tidak senang.

Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional Washington, telah menelepon Ibrahim Kalin, kepala penasihat Erdogan, untuk membahas masalah Ukraina juga tentang tindakan di Suriah.

Sullivan berharap Turki menahan diri dari eskalasi di Suriah untuk mempertahankan garis gencatan senjata, guna mengindari destabilisasi lebih lanjut.

Baca Juga: Para Pemimpin Uni Eropa Sepakati Larangan Parsial Impor Migas Rusia

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya