Korsel Sebut Teknologi Digital dan AI Berisiko Ancam Demokrasi
Jepang serukan lawan manipulasi informasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol menyebut teknologi digital dan Artificial Intelligence (AI) berisiko mengancam demokrasi. Pernyataan itu disampaikan dalam Konferensi Demokrasi di Seoul.
Konferensi yang digelar pada Senin (18/3/2024) dihadiri oleh pejabat tinggi dari beberapa negara. Kegiatan tersebut digagas pertama kali oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan kali ini merupakan konferensi yang ketiga.
Pada pertemuan tersebut, China dan Rusia dituduh telah melakukan kampanye propaganda yang jahat.
1. AI dan teknologi dalam demokrasi jadi keuntungan sekaligus tantangan
Konferensi berlangsung selama tiga hari. Pada pembukaan, Yoon mengatakan negara-negara punya kewajiban berbagi pengalaman dan kebijaksanaan, sehingga AI dan teknologi digital digunakan untuk mendorong demokrasi.
"Berita palsu dan disinformasi berdasarkan AI dan teknologi digital tidak hanya melanggar kebebasan individu dan hak asasi manusia, tetapi juga mengancam sistem demokrasi," katanya dikutip dari Reuters.
Menteri Luar Negeri Korsel, Cho Tae Yul, turut mengatakan bahwa interaksi AI dan teknologi digital membawa peluang dan tantangan.
"Meskipun teknologi ini meningkatkan keterlibatan demokrasi, teknologi ini juga memperbesar ancaman misinformasi, disinformasi, dan pengawasan digital, sehingga melemahkan fondasi masyarakat demokratis," katanya.
Baca Juga: Korut Kembali Luncurkan Rudal Balistik, Ini Respons Korsel-Jepang
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.