TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Minta Ubah Sistem Pemilu, Usul Bolsonaro Ditolak Kongres

Bolsonaro buat parade militer yang langka

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro. (Twitter.com/shon gables cbs46)

Brasilia, IDN Times - Presiden sayap kanan Brasil, Jair Bolsonaro, dalam beberapa pekan terakhir, popularitasnya terus menurun drastis. Hal itu disebutkan karena buruknya penanganan pandemik dan beberapa skandal korupsi yang ada di pemerintahannya, termasuk masalah pengadaan vaksin dari India.

Dalam jajak pendapat terbaru, Bolsonaro diperkirakan akan kalah jika bertanding melawan mantan Presiden sayap kiri Luiz Inacio Lula da Silva pada Oktober 2022 mendatang. Namun sejauh ini belum diketahui apakah Lula akan mencalonkan diri sebagai presiden atau tidak.

Saat ini, ketika masa kekuasaan Bolsonaro mulai menuju tahap akhir, dirinya justru mendapatkan tekanan kuat dari rakyat Brasil yang menuntut agar presiden dimakzulkan. Di sisi lain, Bolsonaro mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) agar sistem pemilu mendatang diganti bukan dengan sistem elektronik melainkan dengan menggunakan kertas suara karena menurutnya sistem elektronik penuh dengan penipuan.

1. Kongres menolak usulan RUU Jair Bolsonaro

Dalam beberapa pekan terakhir, Jair Bolsonaro menyerang panitia pemilu di negaranya. Dia menuduh sistem pemilu elektronik penuh dengan penipuan meski klaimnya tanpa bukti yang valid.

Bolsonaro menginginkan sistem pemilu diubah menggunakan kertas suara dengan alasan dapat diaudit dan diperiksa ulang. Jika sistem pemilu tidak diubah, ia mengancam tidak akan menerima hasil pemilu presiden tahun depan.

Bolsonaro bersama jajarannya mengajukan RUU untuk amandemen konstitusi mengubah sistem pemilu ke Kongres. Melansir kantor berita Reuters, parlemen berdebat tentang RUU tersebut pada hari Selasa (10/8).

Namun dalam perdebatan RUU tersebut, majelis rendah Kongres Brasil menolak proposal RUU yang didukung Bolsonaro. Sebanyak 229 anggota Kongres mendukung penolakan, 218 menentang dan 1 abstain serta puluhan anggota parlemen absen atau tidak hadir. Itu berarti, Kongres tidak meloloskan RUU yang diajukan oleh Bolsonaro dan sekutunya.

Baca Juga: Jair Bolsonaro Serang Sistem Pemilu Elektronik Brasil

2. Parade militer untuk mengintimidasi Kongres

Parade militer di ibukota Brasilia, Brasil. (Twitter.com/Roberto Brasil)

Bersamaan dengan jadwal penentuan perdebatan RUU yang diajukan oleh Bolsonaro dan sekutunya di Kongres, Bolsonaro juga mengadakan parade militer dengan konvoi tank dan kendaraan lapis baja di ibukota.

Parade militer tersebut adalah sebuah acara yang langka. Melansir Al Jazeera, secara resmi, acara itu adalah untuk angkatan bersenjata yang biasanya terjadi di luar ibukota. Namun, ini adalah pertama kalinya tank melewati istana kepresidenan, gedung Kongres, dan pengadilan tinggi sejak era kediktatoran.

Di atas tangga istana ibukota Brasilia, Presiden Bolsonaro berdiri dengan tersenyum bersama para petinggi militer di sisinya. Namun para pengamat menilai, parade militer langka yang dilakukan tersebut adalah sebagai salah satu cara untuk mengintimidasi Kongres.

Mauricio Santoro, ilmuwan politik dari Universitas Negeri Rio de Janeiro, mengatakan “presiden menggunakan parade tank ini untuk mencoba mengintimidasi Kongres dan Mahkamah Agung. Dia ingin menunjukkan bahwa angkatan bersenjata ada di pihaknya.”

Meski parade militer tersebut dibuat oleh Bolsonaro yang menurut penilaian pengamat untuk mengintimidasi Kongres, faktanya, Kongres tetap memutuskan untuk memblokir RUU yang bertujuan mengubah sistem pemilu elektronik, yang sudah dilakukan sejak tahun 1995 lalu.

Baca Juga: Demonstrasi, Warga Brasil Tuntut Bolsonaro Dimakzulkan

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya