TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Perempuan Afghan Lahirkan Bayi di Pesawat AS saat Evakuasi

Marinir AS juga selamatkan bayi lewati kawat berduri 

Pesawat angkut C-17 milik AS di pangkalan udara Bagram, Afghanistan. Pesawat jenis ini juga digunakan untuk evakuasi. (Wikimedia.org/U.S. Air Force)

Berlin, IDN Times - 15 Agustus adalah hari yang suram bagi pemerintah Afghanistan. Pada hari Minggu tersebut, ibukota Kabul, benteng terakhir pasukan Afghanistan, ditaklukkan oleh gerilyawan Taliban tanpa perlawanan yang berarti.

Sebagian besar wilayah Afghanistan juga jatuh ke kekuasaan pasukan Taliban sehingga secara de-facto, penguasa negara saat ini adalah Taliban.

Amerika Serikat (AS) dan Sekutu Barat terkejut dengan cepatnya Kabul jatuh ke tangan Taliban. Mereka kemudian bergegas melakukan evakuasi diplomat, pejabat, kontraktor dan bahkan warga Afghanistan yang selama dua dekade membantu menjalankan misi mereka.

Dalam proses evakuasi yang tergesa itu, beberapa kisah haru muncul. Salah satunya adalah perempuan Afghanistan yang melahirkan di dalam pesawat militer AS di Pangkalan Udara Ramstein, Jerman, 21 Agustus 2021.

1. Perempuan Afghanistan melahirkan bayinya di ruang kargo pesawat

Presiden Joe Biden memutuskan untuk menarik pasukan militernya dari Afghanistan dengan batas akhir 31 Agustus 2021. Sebelum mencapai tanggal tersebut, pasukan AS secara bertahap sudah mulai pulang, bersama dengan pasukan dari negara Sekutu seperti Inggris, Jerman, Italia atau Kanada dan Australia.

Ketika secara bertahap pasukan asing itu keluar dari Afghanistan, gerilyawan Taliban secara cepat dan signifikan melakukan penyerangan untuk menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan. Secara kilat, ibukota Kabul ikut diambil alih pada 15 Agustus.

Sejak itu, AS dan Barat secara tergesa melakukan proses evakuasi pejabat dan warganya serta warga Afghanistan yang takut jadi target balas dendam Taliban.

Melansir Associated Press, Mayjen Angkatan Darat Hank Taylor, wakil direktur Staf Gabungan untuk operasi regional, mengatakan kepada wartawan Pentagon bahwa AS telah mengevakuasi 17.000 orang melalui bandara Kabul.

Banyak dari yang diterbangkan dari Kabul, ditempatkan sementara di pangkalan militer Qatar. Dari pangkalan tersebut karena mulai penuh sesak, sebagian diterbangkan ke beberapa negara sekutu lain seperti Jerman.

Dalam proses evakuasi dari Qatar ke Jerman itulah, Sky News melaporkan ada perempuan Afghanistan kondisi sedang hamil tua dalam rombongan di dalam pesawat angkut C-17.

"Komandan pesawat memutuskan untuk turun di ketinggian (lebih rendah) untuk meningkatkan tekanan udara di pesawat, yang membantu menstabilkan dan menyelamatkan nyawa ibu," jelas Komando Mobilitas Udara AS.

Saat pesawat C-17 mendarat di pangkalan Ramstein, Jerman, grup medis angkatan udara membantu sang ibu melahirkan di ruang kargo. Ibu dan bayi dalam kondisi baik dan segera dilarikan ke fasilitas medis terdekat untuk dirawat. Bayi yang dilahirkan berjenis kelamin perempuan.

Baca Juga: 5 Negara Ini Siap Menampung Gelombang Pengungsi Afghanistan

2. Pangkalan udara Ramstein adalah salah satu lokasi transit utama pengungsi Afghanistan

Pangkalan Udara Ramstein, Jerman. (Wikimedia.org/U.S. Army Corps of Engineers Europe District)

AS memiliki beberapa sekutu utama di Timur Tengah, salah satunya adalah Qatar. Warga Afghanistan yang dievakuasi dari bandara Kabul, banyak yang secara sementara di tampung di pangkalan militer negara kaya minyak itu.

Tapi pada hari Jumat (20/8), CTV News melaporkan bahwa evakuasi dari ibukota Afghanistan dihentikan selama hampir delapan jam, karena pangkalan militer di Qatar sudah penuh.

Untuk mengurangi kepadatan itu, banyak dari pengungsi di pangkalan Qatar yang diterbangkan ke pangkalan militer lain seperti milik Jerman di Ramstein, yang lokasinya sekitar 671 kilometer barat daya ibukota Berlin.

AS memiliki perjanjian dengan Jerman untuk menjadikan pangkalan Ramstein sebagai salah satu tempat transit utama pengungsi Afghanistan. Namun dalam kesepakatan, para pengungsi hanya boleh tinggal tidak lebih dari 10 hari.

Jenderal Josh Olson mengatakan dia berharap para pengungsi bisa tinggal antara 48 dan 72 jam di pangkalan sebelum dipindah ke tempat lainnya.

Pangkalan Ramstein memiliki kapasitas 5.000 orang. Fasilitas tambahan sedang dibangun dan harus dapat menampung 7.500 orang pada Minggu malam.

Baca Juga: Rusia: Tidak Ada Alternatif Selain Taliban di Afghanistan

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya