TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pulau Solomon Rusuh, Australia Kirim Bantuan

Kerusuhan dan penjarahan telah terjadi selama dua hari

Ilustrasi kerusuhan (Unsplash.com/Alex McCarthy)

Jakarta, IDN Times - Kepulauan Solomon mengalami kekacauan yang berujung pada kerusuhan serta penjarahan. Insiden tersebut terjadi di Honiara, ibu kota Solomon sejak hari Rabu (24/11/21).

Sekitar 1.000 orang berkumpul untuk melakukan protes di ibu kota, dan menuntut Perdana Menteri (PM) Manasseh Sogavare untuk mundur dari jabatan. Para pengunjuk rasa menerobos gedung Parlemen Nasional dan membakar atap jerami sebuah gedung di dekatnya.

Kerusuhan kemudian semakin membesar dan orang-orang melakukan penjarahan di beberapa bangunan bisnis. PM Sogavare meminta bantuan kepada PM Australia, Scott Morrison, untuk membantu mengatasi keamanan.

1. Penerapan jam malam di Honiara

Sekitar 1.000 orang yang melakukan protes anti-pemerintah, telah menyebabkan kekacauan di ibu kota Honiara. PM Sogavare kemudian memutuskan untuk melakukan penguncian di ibu kota tersebut, dari mulai hari Rabu jam 7 malam sampai hari Jumat jam 7 malam.

Meski begitu, massa anti-pemerintah semakin marah dan kembali turun ke jalan serta menimbulkan kekacauan pada hari Kamis.

Dilansir NBC News, PM Sogavare mengatakan dia telah "menyaksikan peristiwa menyedihkan dan tidak menguntungkan lainnya yang bertujuan menjatuhkan pemerintah yang terpilih secara demokratis.

"Sejujurnya saya berpikir bahwa kita telah melewati hari-hari tergelap dalam sejarah negara kita. Namun, peristiwa hari ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa jalan kita masih panjang."

Pada hari Jumat, Sogavare juga mengatakan bahwa protes anti-pemerintah itu dipengaruhi dan didorong oleh kekuatan (eksternal) lain."

Baca Juga: Indonesia-Australia Sepakat Tingkatkan Kemitraan Ekonomi Pengetahuan

Pada tahun 2019, PM Sogavare melakukan manuver politik hubungan luar negeri. Dia mengalihkan hubungan diplomatik dan Taipei ke Beijing. Keputusan itu telah menimbulkan banyak kemarahan bagi lawan politiknya.

Beberapa analis melihat bahwa kerusuhan saat ini juga terpengaruh oleh keputusan tersebut, disertai dengan berbagai masalah lain yang menumpuk dan menimbulkan frustrasi.

Sebagian besar dari mereka yang melakukan protes berasal dari daerah Malaita, yang menentang kebijakan pemerintah dan merasa terpinggirkan.

Dilansir Associated Press, Gina Kekea, seorang wartawan lokal mengatakan bahwa masalah peralihan diplomatik dari Taiwan ke China adalah salah satu dari campuran masalah yang menjadi sebab protes yang berujung rusuh.

Ada juga keluhan bahwa perusahaan-perusahaan asing tidak menyediakan pekerjaan bagi waga lokal.

"Bisnis China dan bisnis Asia (lainnya) ... tampaknya memiliki sebagian besar pekerjaan, terutama dalam hal penggalian sumber daya, yang sangat dirasakan orang."

Menurutnya, protes dan penjarahan sudah terjadi dua hari penuh dan Honiara hanyalah sebuah kota kecil. "Jadi saya pikir tidak banyak yang tersisa bagi mereka untuk dijarah dan dirusak sekarang," terang Kekea.

2. Masalah peralihan hubungan diplomatik dari Taiwan ke China

Baca Juga: Bali Gagal Datangkan Wisatawan Asing, BTB: Cepat Buka Pasar Australia 

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya