TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ribuan Warga Belanda Protes Lockdown karena COVID-19

Pembubaran paksa dilakukan petugas keamanan 

Ilustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Den Hag, IDN Times – Sejak diketahuinya varian baru virus corona, khususnya varian Inggris dan Afrika Selatan, banyak negara telah bergerak lebih sigap untuk melakukan pengekangan dan pembatasan baru bagi warganya. Padahal, masa depan sudah terlihat cerah seiring program vaksinasi yang mulai dikebut.

Namun, varian baru virus corona yang lebih menular dari pada sebelumnya telah menimbulkan ancaman baru lumpuhnya sistem pelayanan medis. Karena itu, meski vaksin sudah diizinkan untuk digunakan, banyak negara masih tetap menerapkan batasan ketat kepada warga. Salah satunya adalah Belanda.

Belanda menerapkan penguncian nasional (lockdown) selama setidaknya tiga minggu ke depan. Keputusan yang dilakukan oleh pemerintah itu menuai protes. Ribuan warga Belanda turun ke jalan, khususnya di pusat kota Amsterdam. Mereka menentang pembatasan lebih lanjut yang dilakukan pemerintah.

1. Protes diikuti sekitar 2.000 orang

Pada awal wabah virus corona menyerang Eropa, Belanda mengambil sikap yang lebih ringan ketimbang negara-negara tetangganya. Belanda cenderung enggan membuat batasan seperti aturan jaga jarak sosial. Kondisi sebaran infeksi di negara tersebut lebih dapat dikendalikan.

Tapi sejak gelombang kedua virus corona menghantam ketika musim dingin menjelang, pemerintah Belanda mulai menerapkan aturan pengetatan dan pembatasan guna mencegah sebaran infeksi virus corona.

Keputusan untuk melakukan tindakan itu mulai bulan Desember tahun lalu dan terus akan dilanjutkan hingga awal bulan tahun 2021 ini. Selama tiga minggu ke depan, pemerintah Belanda menerapkan batasan yang lebih ketat dalam tindakan penguncian nasional.

Melansir dari kantor berita Associated Press, ada sekitar 2.000 orang yang ikut ambil bagian dalam protes tanpa izin di alun-alun Museumplein, depan galeri seni Rijksmuseum dan Museum Van Gogh. Peserta protes menuntut kebebasan dan melakukan protes pengekangan. Beberapa diantaranya membawa poster bertuliskan “Vaksin Covid = Racun”.

Polisi anti huru-hara segera datang untuk menertibkan para peserta protes yang hampir semuanya tidak mengenakan masker dan mengabaikan aturan jaga jarak sosial. Tindakan para demonstran diyakini akan berakibat buruk bagi kesehatan masyarakat. 

Pemerintah kota Amsterdam mengatakan “karena berbahaya bagi kesehatan masyarakat, penting agar setiap orang berpegang pada aturan yang berlaku. Para demonstran tidak melakukan hal tersebut” jelasnya. Ribuan orang itu akhirnya dibubarkan secara paksa.

Baca Juga: Redam Penularan COVID-19, Portugal Kembali Lockdown

2. Bentrokan terjadi antara polisi dan peserta protes

Bentrok antara polisi dan demonstran. (twitter.com/The Market Dog TM)

Awalnya, para peserta protes mengajukan izin kepada pemerintah kota untuk melakukan demonstrasi di Museum Square. Namun kota tidak memberikan izin. Ribuan warga akhirnya nekat menggelar protesnya pada hari Minggu, 17 Januari 2021.

Penolakan pembubaran diri yang diinstruksikan oleh petugas keamanan justru diabaikan. Para petugas akhirnya mengambil sikap lebih keras terhadap para pemrotes. Bentrokan terjadi diantara dua kelompok.

Melansir dari laman Deutsche Welle, para peserta aksi protes yang tidak mau membubarkan diri justru melempari petugas dengan batu-bata dan kembang api. Akhirnya petugas keamanan membubarkan secara paksa dan bentrokan pun terjadi.

Ratusan orang berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian. Bahkan kendaraan meriam air diturunkan dan digunakan untuk membubarkan massa.

Baca Juga: Jerman Terancam Lockdown Hingga April 

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya