TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tak Satu Suara dalam Krisis Ukraina, Menhan Bulgaria akan Dipecat

Sikap Bulgaria dalam krisis Ukraina tak dipaksa oleh Barat

ilustrasi bendera Bulgaria dan bendera Uni Eropa (Unsplash.com/Neven Myst)

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertahanan Bulgaria Stefan Yanev baru-baru ini enggan menyebut invasi Rusia ke Ukraina sebagai perang. Yanev lebih sepakat dengan retorika Presiden Rusia Vladimir Putin, bahwa itu adalah operasi militer.

Komentar Menhan Bulgaria segera menimbulkan reaksi negatif dari Perdana Menteri (PM) Kiril Petkov. Pada hari Senin (28/2/22), dia segera meminta Yanev mengundurkan diri dan posisi Menhan dan akan segera diganti dengan orang lain.

Bulgaria adalah anggota Uni Eropa (UE) dan NATO. Tapi sebagai negara di Balkan, negara itu memiliki relasi yang lebih dekat dengan sejarah dan budaya Rusia. Selain itu, dulu negara-negara Balkan adalah negara satelit yang dikuasai pengaruh Uni Soviet.

1. Menhan Bulgaria tidak mau menggunakan kata 'perang' dalam aksi Rusia di Ukraina

PM Bulgaria Kiril Petkov bersama Presiden Komisi UE Ursula von der Leyen (Twitter.com/Kiril Petkov)

Pada Minggu malam, Menhan Bulgaria Stefan Yanev memposting pendapatnya di jejaring media sosial. Dalam unggahan tersebut, Yanev menyarankan untuk tidak menyebut serangan Rusia ke Ukraina sebagai perang, tetapi memilih "operasi" militer, seperti yang dikatakan Moskow.

Selain itu, melansir Politico, ada hal yang lebih kontroversial lagi yakni Bulgaria seharusnya tidak mengadopsi pilihan "posisi pro-Rusia, pro-Amerika atau pro-Eropa." Yanev mengatakan "tanah air kita yang menderita tidak pantas dikorbankan dalam permainan kekuatan besar."

Selain itu, Yanev juga mengaku telah mendapatkan serangan untuk meninggalkan jabatannya. Tapi dia menegaskan bahwa serangan tersebut dilakukan untuk menggantikan posisinya dengan seseorang yang lebih kooperatif terhadap kepentingan asing di Bulgaria. Baginya, mengganti dirinya akan memiliki konsekuensi berbahaya bagi negara.

Baca Juga: Bulgaria: Pemilu Ketiga Kalinya Pada Tahun Ini

Komentar Yanev dalam unggahan media sosial itu segera memicu kemarahan dari pemerintahan koalisi Bulgaria yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Kiril Petkov. PM Petkov meminta Menhan Yanev untuk mengundurkan diri dari jabatannya, karena komentarnya tidak satu suara dengan pemerintah.

Masalah Yanev segera dibahas oleh politisi dan sidang luar biasa parlemen akan segera diadakan untuk memilih pengunduran diri Stefan Yanev.

Dilansir Euractiv, Petkov telah mendapatkan dukungan dari semua koalisi di pemerintahannya untuk menggantikan Yanev. "Anda tidak dapat menyebutnya operasi ketika ribuan tentara dari satu dan pihak lain telah terbunuh," tegas Petkov mengecam komentar Yanev.

PM Bulgaria juga menambahkan "bukan kepentingan Bulgaria untuk menundukkan kepala," katanya mengacu pada pepatah populer di Bulgaria bahwa "pedang tidak memotong kepala yang tertunduk."

Tapi bagi Petkov, "ketika kita melihat sesuatu yang tidak kita setujui, sesuatu yang begitu jelas, kita tidak bisa diam."

Petkov pernah bekerja dengan Yanev di kabinet tahun lalu. Tapi menurutnya, tidak ada menteri di pemerintahan Bulgaria yang memiliki hak atas kebijakan luar negerinya sendiri lewat pernyataan di media sosial.

2. PM Bulgaria meminta Menhan untuk mengundurkan diri

Baca Juga: Bulgaria Mau Cabut Veto Pencalonan Makedonia Utara di UE

Verified Writer

Pri Saja

Petani Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya