TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ini Alasan RUU Amandemen Kewarganegaraan India Disebut 'Anti-Muslim'

Amandemen menimbulkan protes dari kelompok Muslim

Pengunjuk rasa membawa poster saat protes atas RUU Perubahan Kewarganegaraan, sebuah RUU yang memberikan kewarganegaraan kepada warga dengan agama minoritas yang dianiaya di negara Muslim tetangga, di Ahmedabad, India, pada 9 Desember 2019. (ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave)

New Delhi, IDN Times - Majelis rendah India meloloskan Rancangan Undang-undang Amandemen Kewarganegaraan (CAB) pada Senin (9/12). RUU tersebut dianggap kontroversial oleh sejumlah kalangan karena bertujuan untuk mengubah Undang-undang Kewarganegaraan yang sudah ada sejak 1955.

Di dalamnya, dewan yang dikenal dengan Lok Sabha itu ingin memberikan status kewarganegaraan kepada para pemeluk agama minoritas dari negara-negara tetangga. Para pengamat hukum India menilai ini adalah langkah ilegal apalagi India adalah negara sekuler.

Baca Juga: India Larang Politikus Manfaatkan Isu Agama dan Kasta dalam Pemilu

1. Muslim tidak termasuk ke dalam daftar

Pengunjuk rasa membawa poster saat protes atas RUU Perubahan Kewarganegaraan, sebuah RUU yang memberikan kewarganegaraan kepada warga dengan agama minoritas yang dianiaya di negara Muslim tetangga, di Ahmedabad, India, pada 9 Desember 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave

Seperti dilaporkan Al Jazeera, jika amandemen terjadi, maka pemerintah bisa memberikan kewarganegaraan kepada kelompok minoritas yang "dipersekusi". Kelompok-kelompok yang dimaksud India adalah pemeluk agama Hindu, Sikh, Buddha, Jain, Kristen dan Parsi. Mereka berasal dari Afganistan, Pakistan dan Bangladesh.

Namun, Muslim tidak masuk dalam daftar tersebut. Sebanyak 311 anggota Lok Sabha menyetejuinya, sedangkan 80 menolak. RUU tersebut kini sedang digodok oleh majelis tinggi (Rajya Sabha) di mana partai berkuasa, Bharatiya Janata (BJP), yang berideologi Hindu nasionalis tidak mendominasi.

2. Perdana Menteri India mendukung RUU Amandemen Kewarganegaraan

Sejumlah pria muslim berdoa untuk kedamaian menjelang putusan atas situs religius yang bersengketa di Ayodhya, di halaman masjid di Ahmedabad, India, pada 8 November 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Amit Dave

Dalam sebuah cuitan, Narendra Modi mengaku RUU tersebut dibutuhkan saat ini. "RUU ini sejalan dengan etos asimilasi India yang berlaku selama berabad-abad dan keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan," tulisnya. Ia pun mengaku "sangat senang" dengan proses pembahasan yang sedang berjalan.

Sementara itu, juru bicara oposisi, Sanjay Jha, mengatakan bahwa CAB tidak membawa keuntungan bagi India sebagai itu adalah "bagian dari strategi politik BJP yang semakin memecah-belah untuk mempolarisasikan India". Maka, menurut Jha, tak heran jika ada "elemen pengecualian agama" di dalamnya.

Baca Juga: Gelombang Panas Ekstrem di India Tewaskan Lebih Dari 2.200 Jiwa Dan Bikin Aspal Meleleh

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya