Situasi Berbalik, Ini Kata Iran dan Tiongkok Soal Protes George Floyd
AS kini disorot karena brutal kepada demonstran
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Washington DC, IDN Times - Pemerintah Amerika Serikat yang biasanya sangat vokal terhadap berbagai protes di negara-negara lawan kini berbalik jadi sorotan. Di tengah demonstrasi menuntut keadilan atas pembunuhan laki-laki kulit hitam George Floyd, penghentian rasisme serta kebrutalan polisi lewat gerakan #BlackLivesMatter, Iran dan Tiongkok mengeluarkan pernyataan masing-masing.
Mereka tak hanya memanfaatkan media sosial, tapi juga media aras utama, untuk mengkritik cara pemerintah merespons para pengunjuk rasa yang kerap diwarnai kekerasan.
Lewat beragam video yang beredar di internet tampak bagaimana polisi memakai gas air mata, peluru karet, senjata api bahkan mobil dinas untuk menyerang demonstran. Presiden Donald Trump juga menambah panas situasi dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang berusaha memojokkan mereka.
Baca Juga: Fenomena Gunung Es, Kematian George Floyd Picu Kerusuhan di AS
1. Iran menyebut rakyat Amerika Serikat menjadi korban opresi negara dan menyatakan dukungan kepada mereka
Negara yang langsung menggunakan kesempatan ini untuk menyerang Amerika Serikat adalah Iran. Sudah bukan rahasia bahwa Washington sering secara terbuka menuding Tehran melakukan kekerasan kepada warga yang berunjuk rasa dan mencoba membungkam mereka.
Kementerian Luar Negeri Iran sendiri mengeluarkan pernyataan resmi pada Senin (1/6) yang berisi permintaan agar Amerika Serikat “berhenti memakai kekerasan” terhadap rakyatnya sendiri.
“Kepada masyarakat Amerika Serikat: dunia mendengar jeritan kalian akibat opresi oleh negara. Dunia bersama kalian,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi dalam sebuah konferensi pers yang dikutip Al Jazeera.
“Dan kepada para pejabat Amerika Serikat serta polisi: hentikan kekerasan terhadap rakyat kalian sendiri dan biarkan mereka bernapas,” tambah Mousavi, memakai kata-kata Floyd saat sekarat di tangan polisi di mana ia mengaku “tak bisa bernapas”.
“Kami sangat menyayangkan melihat rakyat Amerika, yang menginginkan penghormatan dan tak ada lagi kekerasan secara damai, ditekan tanpa tedeng aling-aling dan dihadapi dengan kekerasan,” kata dia lagi, kemudian menambahkan bahwa Amerika Serikat “mempraktikkan kekerasan dan perundungan di dalam dan luar negeri”.
Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif juga tak tinggal diam. “Beberapa orang tak berpikir #BlackLivesMatter,” cuit Zarif pada Minggu (31/6). “Kepada kita yang berpikir itu penting: sudah seharusnya dari lama bagi dunia untuk menyatakan perang melawan rasisme. Waktunya untuk sebuah #WorldAgainstRacism (dunia tanpa rasisme).”
Baca Juga: Protes George Floyd: Lawan Demonstran, Trump Ancam Kerahkan Militer