TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

WHO Tegaskan Pandemik COVID-19 Belum Usai Jika Virus Corona Masih Ada

WHO ingatkan negara agar waspada dalam melonggarkan aturan

Penumpang mengantre di dalam stasiun kereta untuk naik setelah sejumlah pembatasan akibat COVID-19 dilonggarkan di New Delhi, India, pada 1 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Jenewa, IDN Times - Juru bicara Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan pemerintah di berbagai negara bahwa pelonggaran aturan jaga jarak harus diterapkan secara hati-hati. Ini mengingat ada beberapa negara yang sudah melakukannya ketika jumlah kasus satu digit, bahkan nol, tapi kemudian terjadi peningkatan kembali.

Otoritas terkait juga diminta untuk terus memperluas cakupan tes COVID-19 saat pelonggaran terjadi. Begitu juga masyarakat diimbau agar disiplin dalam beraktivitas, termasuk memakai masker dan sering mencuci tangan untuk menekan potensi infeksi virus corona.

Sampai hari ini, total kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai lebih dari 6,7 juta. Sebanyak lebih dari 390.000 orang meninggal dunia. Benua Amerika pun menjadi episentrum virus baru dengan tingkat infeksi harian tinggi di Amerika Serikat, Brazil serta Peru.

Baca Juga: Unjuk Rasa George Floyd Diprediksi Picu Banyak Kasus Baru COVID-19

1. Pandemik baru berakhir setelah virus corona tidak ada

Aksi protes atas kebrutalan polisi terhadap warga Afrika-Amerika yang menyebabkan kematian George Floyd saat ditahan polisi Minneapolis AS. Aksi protes di depan kedutaan AS di Warsawa, Polandia, Kamis (4/6/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Kacper Pempe

"Soal peningkatan kecil [dalam kasus COVID-19], ya kami sudah melihatnya di berbagai negara di seluruh dunia--saya tak bicara spesifik soal Eropa--ketika lockdown dilonggarkan, saat aturan jaga jarak sosial dilonggarkan, terkadang orang-orang menerjemahkannya sebagai 'OK, ini sudah berakhir'," kata juru bicara WHO Margaret Harris, seperti dikutip Reuters.

Harris pun menegaskan bahwa asumsi tersebut keliru. "Ini belum berakhir. Ini belum berakhir sampai tidak ada virus di mana pun di dunia," tambahnya. Agar terhindar dari infeksi, WHO menyarankan agar masyarakat tetap melakukan jaga jarak fisik setidaknya satu meter, sering mencuci tangan serta menghindari menyentuh mulut, hidung serta mata.

2. WHO khawatir dengan protes kematian George Floyd di Amerika Serikat

Pengunjuk rasa berjalan menyeberangi Jembatan Brooklyn saat melakukan protes atas kematian George Floyd di tangan polisi Minneapolis di Brooklyn, New York City, New York, Amerika Serikat, pada 4 Juni 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly

Salah satu yang menjadi kekhawatiran Harris adalah protes #BlackLivesMatter yang dipicu oleh kematian seorang laki-laki kulit hitam Amerika Serikat, George Floyd, di tangan polisi. Protes yang awalnya terjadi di Minneapolis menjalar ke berbagai kota di 50 negara bagian dan diikuti oleh puluhan ribu sampai ratusan ribu orang.

Kota-kota lain seperti London, Berlin, Tokyo sampai Auckland turut jadi lokasi protes sebagai bentuk solidaritas melawan rasisme dan kebrutalan polisi. "Kami jelas melihat semangat tinggi minggu ini, kami melihat orang-orang merasa perlu keluar dan mengekspresikan perasaan mereka," ucap Harris. "Kami meminta mereka untuk ingat agar tetap melindungi diri sendiri dan orang lain."

Baca Juga: The Great Reset, Kontrak Sosial Baru Pasca Pandemik Corona

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya