TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kasus COVID-19 di AS Terus Bertambah karena Trump Tolak Lockdown Total

Kini ada 3,3 juta orang yang terpapar COVID-19 di AS

Presiden Amerika Serikat Donald Trump bersama Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Dr. Anthony Fauci saat konferensi pers harian gugus tugas virus corona di Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, pada 17 April 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Leah Millis

Jakarta, IDN Times - Ahli kesehatan ternama dari Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci menilai salah satu penyebab mengapa kasus COVID-19 di Negeri Paman Sam terus melesat karena rezim pemerintahan Donald Trump tidak bersedia melakukan lockdown total. Sesungguhnya penambahan kasus COVID-19 kembali terjadi ketika AS memulai hidup normal baru pada akhir April lalu.

Berdasarkan data dari Universitas John Hopkins di awal wabah, kasus harian di Negeri Paman Sam mencapai 30 ribu. Lalu, sempat menurun menjadi 20 ribu kasus. 

Kasus baru positif COVID-19 kemudian bertambah ketika beberapa negara bagian kembali buka dan membiarkan warganya beraktivitas pada periode April sejak Juni lalu. 

"Kita tidak melakukan penutupan secara keseluruhan. Ketika itu kita malah mengatakan 'oke, kita tidak bisa tutup selamanya. Tapi, pada kenyataannya Anda harus tutup dan Anda harus membuka perlahan-lahan," ungkap Fauci ketika diwawancarai oleh Dekan Fakultas Kedokteran Dr. Lloyd Minor dan dikutip dari laman CNBC pada Senin, 13 Juli 2020. 

Kini, situasi pandemik di AS semakin memburuk. Data dari situs World O Meter menunjukkan sudah ada 3,4 juta kasus COVID-19. Sebanyak 138.247 warga AS diketahui meninggal dunia. 

Lalu, apa yang perlu dilakukan oleh Pemerintah AS kini untuk mencegah pandemik COVID-19?

Baca Juga: Di Tengah Pandemik, Trump Paksa Sekolah Harus Kembali Dibuka di AS

1. Pandemik COVID-19 di AS belum terlihat akan berakhir

Warga mengunjungi Mal Destiny USA di Syracuse, New York, Amerika Serikat, pada 10 Juli 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Maranie Staab

Menurut Fauci, AS bahkan belum mencapai puncak dari pandemik COVID-19. Sementara, di satu sisi para ilmuwan terus bekerja keras untuk menemukan obat yang berpotensi menyembuhkan dan vaksin bagi virus Sars-CoV-2. 

Ia mengatakan optimistis tetapi tidak terlalu berharap banyak bahwa para ilmuwan akan bisa menemukan vaksin pada akhir tahun 2020 atau awal tahun 2021. Perusahaan farmasi, Moderna yang bekerja secara erat dengan Institut Nasional Kesehatan dan Johnson & Johnson diprediksi akan memulai vaksin untuk diujicobakan ke manusia pada akhir Juli. Ini merupakan kemajuan yang positif kendati para ilmuwan hingga saat ini belum ada yang menjamin vaksin itu akan benar-benar efektif. 

Fauci juga meminta publik untuk membandingkan kondisi pandemik COVID-19 dengan pandemik serupa yang terjadi pada tahun 1918 lalu yang telah menewaskan 50 juta orang. 

Ia mengatakan ada perbedaan gejala yang dialami oleh individu usai terpapar COVID-19, termasuk sindrom inflamasi multisistem pediatrik (PMIS). Penyakit itu merupakan gejala yang ditemukan dalam penyakit kawasaki yang mengakibatkan kerusakan syaraf pada anak-anak. 

"Kami mempelajari banyak hal baru setiap pekan," tutur Fauci lagi. 

2. Negara bagian Florida kini menjadi episentrum baru di AS

Ilustrasi bendera Amerika Serikat (ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly)

Stasiun berita BBC, Selasa (14/7/2020) melaporkan kini negara bagian Florida kini telah menjadi episentrum baru COVID-19. Data pekan lalu menunjukkan ada 10 ribu kasus baru COVID-19 setiap harinya.

Bahkan, pada 12 Juli 2020, negara bagian Florida memecahkan rekor nasional dengan melaporkan adanya 15.300 kasus baru dalam satu hari. Sementara, menurut kantor berita Reuters, bila Florida adalah negara yang berdaulat maka penambahan kasus COVID-19 di sana tercatat nomor empat tertinggi di dunia. 

Sementara, pada 13 Juli 2020, lebih dari 4.200 warga Florida meninggal akibat terpapar virus corona. Penghitungan negara bagian itu berhasil mengumpulkan data angka kematian di sana per harinya sekitar 73 orang. 

Kenaikan tertinggi kasus COVID-19 sempat terjadi pada 9 Juli 2020, di mana jumlah pasien yang dibawa masuk ke rumah sakit mencapai lebih dari 400 pasien. Sementara, di sisi lain, angka kematian per hari mencapai 120 orang, termasuk gadis berusia 11 tahun. 

Tetapi, menurut kritik yang berkembang, angka kasus COVID-19 di Florida bisa lebih tinggi. Sebab, negara bagian itu tidak melaporkan angka kematian yang diduga akibat COVID-19. Pejabat di sana juga berjanji akan melaporkan tingkat pasien yang dimasukan ke rumah sakit, namun hingga kini belum terealisasi. 

Baca Juga: Sempet Ngeyel, Trump Akhirnya Mau Pakai Masker, Mengapa?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya