TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PM Selandia Baru Ditolak Masuk Kafe karena Kebijakan Jaga Jarak

PM Ardern tidak memperoleh perlakuan istimewa

Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memberikan pengarahan respons COVID-19 di Wellington, Selandia Baru, pada 14 Maret 2020. Sumber: instagram.com/jacindaardern

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern merasakan sendiri kebijakan jaga jarak yang ia terapkan agar wabah COVID-19 tidak kembali naik di negaranya usai melonggarkan aturan. Pada (16/5) lalu ketika berkunjung ke sebuah kafe terkenal di ibu kota Wellington bersama pasangannya, keduanya ditolak oleh pemilik tempat tersebut. Alasannya, kafe itu sudah penuh karena menerapkan kebijakan jaga jarak. 

Hal itu diketahui dari cuitan seorang warganet bernama Joey. Melalui akunnya @reinvention, ia mengatakan pemilik kafe sudah menjelaskan kepada Ardern mengapa ia ditolak masuk.

Kapasitas di dalam kafe hanya sanggup menampung 100 orang usai masing-masing meja diberi jarak sekitar satu meter. Cuitan Joey itu kemudian menjadi viral dan bahkan direspons oleh pasangan Ardern, Clarke Gayford. 

"Saya harus bertanggung jawab untuk ini. Saya tidak mempersiapkan (sebelum ke kafe) dan memesan tempat di mana pun," cuit Gayford di media sosial pada (16/5) lalu. 

Tetapi, ia menjelaskan, bahwa pemilik kafe sempat mengejar keduanya ketika melihat ada tempat duduk yang kosong. 

Memang apa saja kebijakan yang diterapkan oleh Selandia Baru sehingga negara kiwi itu menuai pujian dari dunia internasional lantaran sukses mengendalikan penyakit COVID-19?

Baca Juga: Pria Selandia Baru yang Positif Kena Virus Corona Sempat Nonton Konser

1. Selandia Baru menerapkan kebijakan lockdown yang sama seperti di Eropa sejak Maret

Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, ketika bertemu dengan para petani di negaranya pada 11 Agustus 2019. instagram.com/jacindaardern

Laman Euronews pada (27/4) lalu melaporkan Selandia Baru sudah mulai melonggarkan aturan pembatasan pergerakan manusia sejak akhir bulan lalu. Kebijakan itu tetap ditempuh kendati masih ditemukan lima kasus positif COVID-19. 

Tetapi, otoritas kesehatan di Selandia Baru mengaku tidak terlalu khawatir karena lima kasus itu sudah diketahui dari klaster mana. Sementara, saat itu, hanya tersisa tujuh pasien COVID-19 yang masih dirawat. 

Selandia Baru hanya mencatat 19 kematian dan 1.469 kasus positif COVID-19. Menurut PM Ardern, angka kasus COVID-19 di Selandia Baru bisa lebih tinggi dari angka tersebut bila tidak diberlakukan karantina wilayah tingkat empat. Praktik karantina wilayah di Selandia Baru sama seperti kebijakan di Eropa, antara lain tempat-tempat esensial seperti supermarket tetap buka. Sementara, gedung perkantoran semuanya tutup. 

Warga tetap dibolehkan keluar rumah dan berolahraga, tetapi hanya seorang diri. 

"Kami telah melakukan apa yang telah dilakukan oleh sejumlah negara lebih dulu. Kami berhasil menghentikan gelombang kerusakan," kata Ardern ketika memberikan keterangan pers ketika ia mengumumkan akan melonggarkan aturan di Selandia Baru. 

Ketika penurunan kasus sudah mulai terlihat, Pemerintah Selandia Baru langsung menurunkan tingkat karantina wilayah. Warga akhirnya dibolehkan mengunjungi keluarga terdekat di luar rumah. Beberapa sekolah pun mulai dibuka. 

2. Walau fasilitas publik kembali dibuka, tetapi perkumpulan warga dibatasi hanya boleh 10 orang

instagram.com/mrlesterchan

Laman France 24 (11/5) melaporkan kini status Selandia Baru ada di tingkat dua. Artinya, hampir semua fasilitas publik seperti pusat kebugaran, bioskop, pusat perbelanjaan, kafe, sudah mulai dibuka. Sekolah-sekolah sudah mulai dibuka pada pekan ini. Sedangkan, bar baru dibuka pada (21/5). 

Kendati begitu, Pemerintah Selandia Baru memberlakukan kebijakan jaga jarak yang ketat. Salah satunya melarang adanya perkumpulan lebih dari 10 orang. 

"Rencananya dalam kurun waktu 10 hari, kita akan membuka kembali semua hampir semua pusat bisnis di Selandia Baru dan kita akan bangkit lebih cepat dibandingkan negara lain," tutur Ardern. 

Menurutnya, apa yang berjalan saat ini masih sesuai rencananya yaitu bila diberlakukan kebijakan tegas, maka negaranya bisa bangkit lebih awal. 

"Jadi, kita bisa menggerakan perekonomian kita secepatnya karena telah menerapkan respons kesehatan yang benar," ujarnya lagi. 

Baca Juga: Liburan Murah Selandia Baru, 7 Tempat Wisata Gratis di Wellington

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya