Presiden Prancis Enggan Kecam Penerbitan Ulang Kartun Nabi Muhammad
Macron menilai itu bagian dari kebebasan pers
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Prancis Emmanuel Macron, enggan memberikan kecaman terhadap sikap redaksi Majalah Charlie Hebdo yang memilih menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad pada edisi Rabu (2/9/2020).
Majalah mingguan itu menerbitkan kartun Nabi Muhammad untuk menandai dimulainya proses persidangan kaki tangan, yang melakukan teror terhadap kantor redaksi Charlie Hebdo di Paris. Dalam serangan teror membabi buta itu, sembilan jurnalis tewas, termasuk kartunis Jean "Cabu" Cabut yang menggambar kartun Nabi Muhammad.
Macron mengatakan, bukan posisinya untuk mengomentari keputusan redaksi Charlie Hebdo untuk menerbitkan ulang kartun Nabi Muhammad. Prancis, kata Macron, melindungi kebebasan berekspresi.
"Di luar dari persidangan yang akan digelar pada hari Rabu, saya rasa saya tidak perlu menunjukkan pendapat mengenai hal ini sebagai seorang presiden. Kami tetap merasa berduka terhadap para korban," ungkap Macron dan dikutip laman Deutsche Welle, Rabu 2 September 2020.
Ia menambahkan, bagi seorang presiden, tidak tepat rasanya bila mengomentari keputusan redaksi dari media mana pun.
"Tidak akan pernah (tepat), karena kami memiliki kebebasan pers untuk bekerja," tutur dia lagi.
Siapa saja yang akan diadili dalam persidangan hari ini?
Baca Juga: Dianggap Menghina Korban Gempa Italia, Charlie Hebdo Digugat ke Pengadilan
1. Teror di kantor Charlie Hebdo adalah serangan pertama dari deretan teror di Prancis pada 2015
Dikutip dari laman France 24, warga Kota Paris pada Januari lalu memperingati lima tahun tragedi penembakan di kantor redaksi Charlie Hebdo. Peringatan lima tahun serangan teror itu turut dihadiri oleh Wali Kota Paris Anne Hidalgo, yang menyebut teror itu membuat kota mode tersebut tak akan lagi sama.
Serangan yang terjadi di kantor redaksi Charlie Hebdo merupakan teror pertama yang terjadi sepanjang tahun 2015 di Prancis. Serangan teror di negara itu telah menewaskan lebih dari 250 jiwa. Peristiwa teror yang bertubi-tubi membuat warga Prancis terkejut dan sempat khawatir akan keselamatan mereka.
Bahkan, di Prancis sempat memicu perdebatan mengenai perbedaan di antara para penduduknya. Apalagi sebagian dari penduduk di Prancis merupakan kaum imigran.
Dalam serangan di kantor redaksi Charlie Hebdo, sebanyak 12 orang tewas akibat ditembak. Sembilan orang di antaranya merupakan jurnalis.
Kedua pelaku penembakan, Said dan Cherif Kouachi, terdengar sempat berteriak, "kami membalaskan dendam Nabi Muhammad. Kami sudah berhasil membunuh Charlie Hebdo!"
Editor’s picks
Belakangan korban tewas bertambah menjadi 17 orang. Sebab dua hari kemudian terjadi aksi teror lainnya di sebuah supermarket bagi orang Yahudi. Pelaku diketahui bernama Amedy Coulibaly.
Baca Juga: Kenapa di Negara Seindah Perancis Kerap Terjadi Serangan Teror?