Trump Tuding Tiongkok Lakukan Pembunuhan Massal dengan Sebar COVID-19
"Itu semua terjadi karena ketidakbecusan Tiongkok"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump kembali mengumbar kemarannya kepada Tiongkok di tengah pandemik COVID-19. Melalui akun media sosialnya, Trump menuding Tiongkok telah melakukan pembunuhan massal karena menyebarkan virus corona. Sejak awal, Trump berkeyakinan virus Sars-CoV-2 berasal dari sebuah laboratorium penyimpanan virus di Wuhan, Tiongkok.
"Ini merupakan ketidakmampuan Tiongkok dan tidak ada pihak lain yang melakukan pembunuhan massal di seluruh dunia ini," demikian cuit Trump melalui akun media sosial pribadinya pada Rabu (20/5).
Virus corona memang diketahui kali pertama muncul di pasar basah di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember 2019 lalu. Kini pada akhir Mei 2020, virus corona sudah menewaskan 323 ribu orang di seluruh dunia. Sementara, 5 juta orang di dunia sudah terpapar COVID-19.
Serangan terhadap Tiongkok yang bertubi-tubi ini disampaikan oleh Trump tanpa dasar. Selain itu, banyak yang berpikir ini strategi Trump untuk meraih simpati publik Negeri Paman Sam agar bisa kembali terpilih dalam pilpres AS November mendatang.
Namun, yang unik, putra ketiga Trump, Eric, benar-benar meyakini isu virus corona sengaja disebar oleh Partai Demokrat agar mengganjal langkahnya terpilih lagi sebagai presiden. Dalam wawancara dengan stasiun Fox News pada pekan lalu, Eric mengatakan virus corona akan menghilang dengan sendirinya usai pemilu November mendatang. Lho kok bisa?
Baca Juga: AS Paling Banyak Laporkan Kasus COVID-19, Trump: Itu Hal Baik
1. Eric Trump percaya virus corona akan menghilang usai hari pemilu 3 November
Di dalam wawancaranya dengan stasiun berita Fox News, Eric meyakini virus corona yang telah menewaskan lebih dari 94 ribu warga AS itu sekedar isu yang dilempar oleh Partai Demokrat untuk menjegal peluang ayahnya bisa kembali terpilih jadi presiden. Ia yakin virus itu akan secara ajaib menghilang sehingga orang-orang bisa kembali beraktivitas usai pemilu yakni tepatnya usai (3/11).
Pernyataan Eric jelas bertentangan dengan keterangan dari pejabat kesehatan berwenang di AS mengenai asal dan penyebab virus itu bisa meluas di Negeri Paman Sam. Bahkan, sebagian besar warga AS tengah bersiap-siap menghadapi gelombang kedua COVID-19 di musim gugur dan dingin yang diprediksi jauh lebih dahsyat.
"Mereka pikir, mereka akan bisa mengambil alat paling hebat yang dimiliki oleh Donald Trump yakni kebebasan warga untuk menuju ke sebuah area besar dengan kapasitas terisi 50 ribu orang setiap kali ia berpidato," ujar Eric dan dikutip laman Business Insider (18/5) lalu.
Namun, dalam kenyataannya, kampanye Presiden Trump tidak dihadiri oleh 50 ribu warga AS. Trump sering kali keliru menghitung jumlah pendukungnya yang mengikuti kampanyenya. Misalnya seperti pada kampanye pada Februari lalu di New Hampshire.
Editor’s picks
Trump mengklaim kampanyenya ketika itu dihadiri 50 ribu warga. Sementara, majalah Newsweek melaporkan kapasitas tempatnya berkampanye hanya sanggup menampung 11.700 orang.
Baca Juga: Xi Jinping Akhirnya Buka Suara Tentang Usulan Investigasi Virus Corona