TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Trump Tuding Tiongkok Lakukan Pembunuhan Massal dengan Sebar COVID-19

"Itu semua terjadi karena ketidakbecusan Tiongkok"

Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara sebelum menandatangani pernyataan untuk menghormati Hari Perawat Nasional di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, Amerika Serikat, Rabu (6/5/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump kembali mengumbar kemarannya kepada Tiongkok di tengah pandemik COVID-19. Melalui akun media sosialnya, Trump menuding Tiongkok telah melakukan pembunuhan massal karena menyebarkan virus corona. Sejak awal, Trump berkeyakinan virus Sars-CoV-2 berasal dari sebuah laboratorium penyimpanan virus di Wuhan, Tiongkok. 

"Ini merupakan ketidakmampuan Tiongkok dan tidak ada pihak lain yang melakukan pembunuhan massal di seluruh dunia ini," demikian cuit Trump melalui akun media sosial pribadinya pada Rabu (20/5). 

Virus corona memang diketahui kali pertama muncul di pasar basah di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir Desember 2019 lalu. Kini pada akhir Mei 2020, virus corona sudah menewaskan 323 ribu orang di seluruh dunia. Sementara, 5 juta orang di dunia sudah terpapar COVID-19. 

Serangan terhadap Tiongkok yang bertubi-tubi ini disampaikan oleh Trump tanpa dasar. Selain itu, banyak yang berpikir ini strategi Trump untuk meraih simpati publik Negeri Paman Sam agar bisa kembali terpilih dalam pilpres AS November mendatang. 

Namun, yang unik, putra ketiga Trump, Eric, benar-benar meyakini isu virus corona sengaja disebar oleh Partai Demokrat agar mengganjal langkahnya terpilih lagi sebagai presiden. Dalam wawancara dengan stasiun Fox News pada pekan lalu, Eric mengatakan virus corona akan menghilang dengan sendirinya usai pemilu November mendatang. Lho kok bisa?

Baca Juga: AS Paling Banyak Laporkan Kasus COVID-19, Trump: Itu Hal Baik

1. Eric Trump percaya virus corona akan menghilang usai hari pemilu 3 November

(Putra ketiga Presiden Trump, Eric Trump) www.instagram.com/erictrump

Di dalam wawancaranya dengan stasiun berita Fox News, Eric meyakini virus corona yang telah menewaskan lebih dari 94 ribu warga AS itu sekedar isu yang dilempar oleh Partai Demokrat untuk menjegal peluang ayahnya bisa kembali terpilih jadi presiden. Ia yakin virus itu akan secara ajaib menghilang sehingga orang-orang bisa kembali beraktivitas usai pemilu yakni tepatnya usai (3/11). 

Pernyataan Eric jelas bertentangan dengan keterangan dari pejabat kesehatan berwenang di AS mengenai asal dan penyebab virus itu bisa meluas di Negeri Paman Sam. Bahkan, sebagian besar warga AS tengah bersiap-siap menghadapi gelombang kedua COVID-19 di musim gugur dan dingin yang diprediksi jauh lebih dahsyat. 

"Mereka pikir, mereka akan bisa mengambil alat paling hebat yang dimiliki oleh Donald Trump yakni kebebasan warga untuk menuju ke sebuah area besar dengan kapasitas terisi 50 ribu orang setiap kali ia berpidato," ujar Eric dan dikutip laman Business Insider (18/5) lalu. 

Namun, dalam kenyataannya, kampanye Presiden Trump tidak dihadiri oleh 50 ribu warga AS. Trump sering kali keliru menghitung jumlah pendukungnya yang mengikuti kampanyenya. Misalnya seperti pada kampanye pada Februari lalu di New Hampshire. 

Trump mengklaim kampanyenya ketika itu dihadiri 50 ribu warga. Sementara, majalah Newsweek melaporkan kapasitas tempatnya berkampanye hanya sanggup menampung 11.700 orang. 

2. Stasiun televisi Fox News tidak terlalu menganggap serius angka kematian di AS akibat COVID-19

Ilustrasi virus corona. (IDN Times/Mia Amalia)

Sementara, berdasarkan observasi jurnalis Business Insider AS, stasiun televisi Fox News memiliki keyakinan yang sama dengan Trump. Kendati sudah ada 1,4 juta warga AS yang terpapar COVID-19, tetapi Fox News tak terlalu menganggap serius hal itu. Bahkan, mereka tidak menayangkan mengenai aksi jaga jarak yang harusnya disosialisasikan untuk mencegah meluasnya wabah COVID-19. 

Media lain mengurangi pemberitaannya mengenai COVID-19 sebanyak 20 persen dan fokus kepada pemberitaan protes anti-lockdown. Selain itu, media televisi AS juga fokus kepada kekeliruan Trump dalam mengatasi pandemik COVID-19. 

Baca Juga: Xi Jinping Akhirnya Buka Suara Tentang Usulan Investigasi Virus Corona

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya