AS Paling Banyak Laporkan Kasus COVID-19, Trump: Itu Hal Baik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Washington DC, IDN Times - Amerika Serikat saat ini menjadi negara dengan total kasus virus corona atau COVID-19 terbanyak di dunia. Menurut data yang dihimpun John Hopkins University, sampai Rabu (20/5) ada lebih dari 1,5 juta kasus dan hampir 92.000 kematian.
Negara bagian New York jadi yang paling banyak melaporkan jumlah orang yang terinfeksi virus corona, yaitu lebih dari 28.500 kasus. Menurut Presiden Amerika Serikat Donald Trump, situasi ini bisa diartikan sebagai sesuatu yang baik.
1. Trump mengklaim tes COVID-19 bagus sehingga jumlah kasus yang terdeteksi tinggi
Dalam pertemuan kabinet pada awal pekan ini, Trump mengatakan kepada para reporter di Gedung Putih bahwa ia melihat situasi di Amerika Serikat bukan sebagai hal buruk. Trump mengklaim negaranya melakukan paling banyak tes sehingga kasus lebih mudah dideteksi.
"Ngomong-ngomong, Anda tahu saat Anda katakan kita memimpin dalam jumlah kasus, itu karena kita melakukan lebih banyak tes dibandingkan siapa pun," ujar Trump, seperti dikutip CNN, Rabu.
"Jadi, ketika kita punya banyak kasus, saya tak melihatnya sebagai sesuatu yang buruk. Saya melihatnya sebagai, dalam aspek tertentu, sebagai hal yang baik, sebab itu artinya tes kita lebih baik," tambah Trump.
"Jadi, saya memandangnya sebagai lambang kehormatan. Sungguh, ini adalah suatu lambang kehormatan. Ini adalah tribut luar biasa bagi tes dan semua kerja yang banyak profesional sudah lakukan."
Baca Juga: Rangkuman Surat Donald Trump yang Berisi Ancaman Keluar dari WHO
2. Amerika Serikat bukan negara yang paling banyak melakukan tes COVID-19
Tetapi, berdasarkan laporan Our World in Data yang merupakan publikasi di bawah Oxford University, Amerika Serikat berada di peringkat 16 dalam hal tes COVID-19. Dihitung per kapita, negara itu masih berada di belakang Islandia, Selandia Baru, dan Rusia.
COVID Tracking Project melaporkan Amerika Serikat telah melakukan sekitar 300.000 sampai 400.000 tes per hari dalam seminggu terakhir. Mengutip CNBC, pada April lalu, Trump mengklaim negaranya akan "segera" bisa melakukan sebanyak lima juta tes per hari.
Sehari kemudian, ia tak yakin dengan pernyataannya sendiri. "Seseorang muncul dengan sebuah studi terhadap lima juta orang. Apa saya berpikir kita akan melakukannya? Saya pikir iya, tapi saya tak pernah mengatakannya," ucap Trump. "Ya, kita akan sampai di angka itu. Tapi saya tak mengatakannya. Saya tak mengatakannya."
3. Ada laporan pasien yang sudah sembuh terinfeksi virus corona lagi
Pada saat yang sama, muncul laporan di Amerika Serikat bahwa pasien yang semula sudah sembuh dari COVID-19, kini tertular lagi. Seperti dikutip NBC News, juru bicara US Pacific Fleet mengatakan setidaknya ada 14 pelaut yang berada di atas kapal USS Theodore Roosevelt terinfeksi virus corona lagi, untuk kedua kalinya.
Mereka kini sudah turun dari kapal dan melakukan isolasi selama 14 hari. Pertanyaan mengenai imunitas terhadap virus corona pun muncul. Para pakar medis sepakat mengenai ini, tapi menduga bahwa hasil positif kedua kalinya mungkin tak berhubungan dengan imunitas, melainkan tipe tes yang dilakukan.
Baca Juga: Dikritik karena Minum Obat Malaria, Ini Pembelaan Diri Donald Trump