TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[UPDATE] Angka Kematian Harian Akibat COVID di Rusia Tertinggi Sedunia

Vaksinasi dosis lengkap di Rusia kurang dari 40 persen

Ilustrasi COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Kematian harian akibat COVID-19 di Rusia masih tetap tinggi. Mengutip data World O Meter pada Minggu (21/11/2021), angka kematian harian di Negeri Tirai Besi dilaporkan 1.254 jiwa.

Angka ini menjadikan Rusia peringkat pertama di dunia yang mencatat kematian akibat COVID-19. Dengan demikian, akumulasi angka kematian mencapai 262.843. Akumulasi angka kematian ini menjadi yang tertinggi di Benua Eropa. 

Tingginya angka kematian akibat COVID-19 di Rusia turut didorong karena rendahnya tingkat vaksinasi. Our World in Data per 19 November 2021 melaporkan cakupan vaksinasi penuh di Rusia hanya 36,20 persen. 

Sementara, jumlah warga yang baru hanya menerima dosis pertama vaksin sebesar 7,1 persen. Laman VOA News melaporkan pemerintah Rusia akhirnya menerapkan instruksi agar warga tidak ke tempat bekerja dan menutup pusat fasilitas publik sejak awal November 2021 sebagai bagian dari upaya mengendalikan penyebaran COVID-19. 

Lalu, negara mana lagi yang kembali memberlakukan pembatasan pergerakan masyarakatnya secara nasional karena terjadi lagi lonjakan kasus COVID-19?

Baca Juga: Terbaru, BPOM Terbitkan Izin Vaksin COVID-19 Sputnik V dari Rusia

1. Austria kembali memberlakukan lockdown pada Senin, 22 November 2021

Ilustrasi lockdown (IDN Times/Arief Rahmat)

Austria menjadi negara pertama di kawasan Eropa Barat yang bakal kembali memberlakukan lockdown nasional untuk mengendalikan laju gelombang keempat COVID-19. Lockdown nasional yang diberlakukan mulai 22 November 2021 itu bakal membatasi orang-orang yang tak divaksinasi untuk beraktivitas. Diperkirakan bakal ada sekitar dua juta warga Austria yang tak dibolehkan meninggalkan rumah kecuali melakukan aktivitas esensial. 

Stasiun berita ABC melaporkan tingkat penularan di Austria adalah salah satu yang tertinggi di kawasan Eropa. Dalam satu pekan terakhir, tingkat penularan virus Sars-CoV-2 di Austria mencapai 991 per 100 ribu orang. 

Austria juga memiliki tingkat vaksinasi yang rendah di kawasan Eropa Barat. Our World in Data mencatat 64,25 persen warga di Austria telah menerima vaksinasi lengkap. 

"Kita gagal dalam meyakinkan warga untuk mau divaksinasi. Sangat menyakitkan masih banyak langkah dan hal yang perlu dilakukan. Kita tentu tidak ingin adanya gelombang kelima, keenam atau ketujuh," ujar Kanselir Alexander Schallenberg pada Jumat lalu. 

Lockdown itu akan berlangsung hingga 20 Desember 2021 dan ditinjau kembali usai diterapkan selama 10 hari. 

2. China terobsesi menekan kasus COVID-19 hingga nol kasus

Ilustrasi Bendera Tiongkok berkibar (Kantor berita Xinhua)

Sementara, berbeda dengan pendekatan yang diterapkan pemerintah China. Negeri Tirai Bambu terlihat begitu obsesif untuk mencapai nol kasus COVID-19. Bahkan, bila ditemukan dua kasus COVID-19 saja, area itu langsung diterapkan lockdown. 

Komisi Nasional Kesehatan China (NHC) pada awal November sempat melaporkan adanya 93 kasus baru dengan gejala. Ini merupakan angka kasus harian tertinggi dalam tiga bulan yang ditemukan di China. 

Maka, akumulasi kasus COVID-19 di China pada hari itu dilaporkan mencapai 500 orang. Bagi negara lain, angka tersebut masih rendah, tetapi di Negeri Panda, kasus tersebut harus dicegah agar tidak meluas. 

Alhasil, diterapkan lockdown di sejumlah area. Pemerintah China ingin memastikan virus Sars-CoV-2 hanya berada di wilayah perbatasan dengan China dan tak masuk ke dalam negerinya. 

Baca Juga: Warga Singapura Bayar Sendiri Perawatan COVID Bila Tak Mau Vaksinasi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya