TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menlu RI: GNB Masih Utang Kemerdekaan Palestina, Kita Harus Berjuang!

Menlu Retno sebut 60 persen suara di PBB dari anggota GNB

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi di New York, AS. (dok. Kemlu RI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, kembali menyinggung soal kemerdekaan Palestina pada Pertemuan Tingkat Menteri Gerakan Non Blok (GNB) di New York, Amerika Serikat (AS), Sabtu, 24 September 2022.

“Salah satu alasan mengapa isu Palestina tetap berada dalam agenda Gerakan Non-Blok dan masih belum terselesaikan, adalah karena adanya kesenjangan antara komitmen dengan apa yang sesungguhnya dilaksanakan oleh GNB,” kata Menlu Retno dalam keterangan tertulis, Selasa (27/9/2022).

Baca Juga: Menlu Pidato di PBB: Indonesia Tetap Bersama Palestina 

1. Indonesia bangga ada di jajaran depan memperjuangkan Palestina

Menlu RI Retno Marsudi berpidato di SMU PBB ke-77. (dok. Kemlu RI)

Menlu Retno bahkan mengatakan aksi juga penting dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, tidak hanya berbicara. Retno menyebut membebaskan Palestina dari penjajahan adalah utang bersama.

“Dalam seminggu terakhir, kita bicara banyak mengenai krisis global. Tetapi satu hal yang tidak boleh kita lewatkan adalah komitmen kita untuk Palestina. Membebaskan Palestina dari penjajahan adalah 'utang' kita bersama,” tegas dia.

Menlu Retno menyampaikan Indonesia merasa bangga dapat berdiri di jajaran paling depan dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina, serta menyampaikan kembali komitmen teguh RI mendukung solusi dua negara (two-state solution).

Baca Juga: Israel Bunuh Warga Palestina di Nablus, Diduga Anggota Dens of Lions

2. GNB diminta mendorong proses perdamaian Palestina

Ilustrasi Palestina (Dok. Google Map)

Menlu Retno mengingatkan seharusnya negara-negara yang tergabung dalam GNB bisa bergerak mendorong proses perdamaian di Palestina.

“GNB seharusnya dapat memainkan peran lebih besar dalam mendorong dimulainya proses perdamaian, karena GNB terdiri atas 120 negara. Artinya, memiliki 60 persen suara di PBB. Ini jelas akan membawa perbedaan,” katanya.

Apalagi, kata Retno, saat ini terdapat lima negara GNB yang menjadi Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya