Menlu Pidato di PBB: Indonesia Tetap Bersama Palestina

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi kembali mengangkat isu Palestina dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) ke-77 di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat.
“Sudah terlalu lama orang-orang di Palestina telah menderita dan merindukan perdamaian,” kata Menlu Retno.
Baca Juga: Presiden Palestina: Siapa yang Lindungi Israel? Tentu PBB dan AS!
1. Indonesia tetap berdiri untuk solidaritas Palestina
Menlu Retno menegaskan bahwa Indonesia tetap berada di pihak Palestina. Kalimat ini juga menampik isu yang beredar bahwa ada delegasi Indonesia yang berkunjung ke Israel, pekan lalu.
“Sampai Palestina benar-benar bisa menjadi negara merdeka, Indonesia akan berdiri kokoh dalam solidaritas dengan saudara-saudara kita di Palestina,” tegas Menlu Retno.
Hal yang sama juga terjadi di Afghanistan. Ia mengungkapkan bahwa masyarakat di Afghanistan juga berhak mendapatkan kehidupan yang damai dan sejahtera.
“Di mana hak semua orang, termasuk perempuan, sama-sama dihormati. Di mana akses pendidikan untuk perempuan dan anak perempuan diberikan,” tutur dia lagi.
Baca Juga: Indonesia Terus Komitmen Bantu Pengungsi Palestina
2. Indonesia terus berkomitmen membantu pengungsi Palestina
Menlu Retno mengajak dunia internasional untuk bekerja sama membantu UNRWA (Badan PBB untuk Bantuan Pengungsi Palestina), terutama karena badan itu kini menangani sekitar lima juta pengungsi Palestina.
Menlu ungkapkan pula keprihatinan akan sikap dunia internasional yang seakan menganggap nasib pengungsi Palestina sebagai sesuatu yang normal.
“Indonesia selalu teguh dukung aktivitas UNRWA (badan PBB yang bertugas membantu pengungsi Palestina) dan bantu pengungsi Palestina,” kata Menlu Retno, di sela-sela SMU PBB.
‘”Padahal para pengungsi Palestina berhak menikmati hidup layaknya kehidupan yang kita jalani’,” tegas dia.
3. UNRWA sedang mengalami kesulitan keuangan
UNRWA, atau United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East, memulai aktivitasnya pada 1950, untuk membantu warga Palestina yang mengungsi akibat pembentukan Israel. Saat ini UNRWA mengalami kesulitan keuangan.
Guna mencari solusi atas kesulitan UNRWA, pertemuan tingkat menteri diselenggarakan, diketuai bersama oleh Menlu Swedia, Anne Linde, dan Menlu Jordania, Ayman Safadi.
Baca Juga: Menlu Retno: Pemulihan Global Tak Boleh Tersandera Kondisi Geopolitik