TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Presiden AS Donald Trump yang Dituding Tak Bayar Pajak 

Ongkos potong rambutnya Rp980 juta

Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba untuk reli kampanye di Moon Township, Pennsylvania, Amerika Serikat, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner

Jakarta, IDN Times – Menjelang debat kandidat pertama Pemilihan Presiden AS 2020 yang akan dilangsungkan pada Selasa (29/9/2020) atau Rabu (30/9/2020) pagi, petahana Presiden Donald. J. Trump bak kejatuhan "bom”.

Dalam sebuah laporan investigasi yang diterbitkan koran New York Times, Minggu (20/9/2020), terungkap bahwa Trump membayar pajak penghasilan ke pemerintahan federal senilai US$ 750 dolar AS atau sekitar Rp10,5 juta (dengan nilai tukar Rp14 ribu per US$1 dolar), pada 2016 dan 2017.

Kesimpulan New York Times, selama menjabat presiden AS, empat tahun terakhir, Trump selalu menghindari pertanyaan jurnalis, pihak oposisi, dan jaksa penuntut berkaitan dengan kondisi keuangannya.

Laman The Guardian memuat lima hal penting terkait skandal pajak Presiden Trump.

Baca Juga: Dikritik Pedas Michelle Obama, Ini Jawaban Donald Trump

1. Presiden tidak pernah membayar pajak penghasilan ke pemerintah federal dalam dua dekade

Ilustrasi properti milik Presiden Donald Trump (Instagram.com/@trump)

Dalam 11 tahun dari 18 tahun terakhir, Presiden Donald Trump tidak membayar pajak penghasilan sesuai aturan negara federal. Pada 2016 dan 2017, dia hanya membayar senilai US$ 750 dolar atau Rp10,5 juta.

Ini ironi, karena meskipun belakangan ada penurunan dalam pembayaran pajak para orang super kaya di AS, kelompok ini masih berkontribusi signifikan dalam penerimaan pajak federal.

Tahun 2017, rata-rata pembayaran pajak penghasilan dari 0,001 persen dari mereka, yang mendapatkan penghasilan tertinggi di AS, berkontribusi terhadap 24,1 persen total penerimaan pajak penghasilan.

Dalam dua tahun terakhir, setiap tahun, NYT menemukan bahwa Trump membayar pajak sebanyak US$ 400 dolar lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata pembayar pajak dalam kelompok pembayar tertinggi di Negeri Paman Sam. Sementara Barack Obama dan George W. Bush, saat menjadi presiden, membayar lebih dari US$ 100 ribu dolar per tahun.

2. Trump menerima pengembalian pajak senilai US$72,9 juta dolar dari IRS

Presiden AS Donald Trump mengadakan acara kampanye di Bandara Central Wisconsin di Mosinee, Wisconsin, Amerika Serikat, Kamis (17/9/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Tom Brenner)

Sebelum masuk ke politik dan jadi presiden AS, Trump sukses dengan tayangan realitas TV-nya, “The Apprentice”. Di sini penghasilan pajak dia harusnya meningkat.

Awalnya dia membayar pajak penghasilan senilai US$95 juta selama 18 tahun. Namun, dia mengangkangi duit yang didapat dari bisnisnya, sejak 2010. Presiden Trump lantas mendapatkan pengembalian pajak senilai US$72,9 juta dolar atau sekitar Rp1,025 triliun, termasuk pembayaran bunganya.

Pada 2011, IRS, badan pajak AS, mulai mengaudit pengembalian pajak itu, tetapi sampai 10 tahun kemudian hasilnya belum didapat tanpa alasan yang jelas.

3. Investigasi NYT mengindikasikan, Trump menggembungkan kerugian bisnisnya untuk hindari pembayaran pajak

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengadakan reli kampanye di Londonderry, New Hampshire, Amerika Serikat, Jumat (28/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)

Selama ini, Trump meraih sukses dengan menjual citra bahwa dia adalah pengusaha super kaya, yang memenuhi pundi-pundi kekayaan lewat manajemen bisnis. Dari 2004 sampai 2018, NYT mengkalkulasi, Trump meraup US$427,4 juta dolar AS dari menjual citra, terutama lewat “The Apprentice”.

Di tayangan ini, Trump menjadi pembawa acara. Dia juga menjual namanya sebagai merek dagang di sejumlah proyek properti dan perhotelan.

Pada saat yang sama, sejak 2000, Trump melaporkan kehilangan pendapatan senilai US$315 dari bisnis padang golf-nya, yang berkontribusi besar dalam bisnis real-estate-nya. Trump juga melaporkan kerugian besar dari bisnis lainnya.

Trump diduga kuat menggunakan kerugian bisnisnya untuk menutupi besarnya laba dari bisnis jual citra, merek namanya. Trump Organization, yang diduga mengelola lebih dari 500 entitas bisnis yang dikuasai Trump, memanfaatkan kerugian untuk mengklaim bahwa organisasi itu tak menerima duit, dan karena itu tak perlu bayar pajak.

4. Banyak pengeluaran pribadi dimasukkan sebagai biaya bisnis, termasuk potong rambut senilai Rp980 juta

Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Ibu Negara Melania Trump dan keluarga mereka menyaksikan kembang api dari kampanye Trump meledak di belakang Monumen Washington dari South Lawn Gedung Putih, Washington, Amerika Serikat, Kamis (27/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque)

Ketika memasukkan laporan pajak, perusahaan dapat menghapus pos pengeluaran bisnis, dan ini tujuannya untuk mengurangi pembayaran tagihan pajak. Rumah-rumah yang ditempati oleh Trump adalah bagian dari bisnis keluarga, termasuk padang golfnya.

Biaya untuk pesawat pribadi, yang sering dia gunakan untuk mengunjungi rumah dan tempat lainnya di AS, dianggap sebagai pengeluaran bisnis. Termasuk biaya potong rambut senilai US$70 ribu dolar AS atau setara dengan Rp980 juta selama dia tampil di “The Apprentice” dan duit senilai US$100 ribu, yang dibayarkan untuk tata rambut dan tata rias putrinya, Ivanka Trump.

Baca Juga: Media AS Sebut Presiden Donald Trump Tidak Bayar Pajak Selama 15 Tahun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya