TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Fakta RTI, Radio Taiwan yang Mengudara di Berbagai Negara

Menyiarkan berita dengan bahasa Indonesia juga lho!

Ilustrasi RTI (IDN Times/Vanny El Rahman)

Taipei, IDN Times – Radio Taiwan International (RTI) merupakan radio nirlaba milik pemerintah Taiwan. RTI berdiri pada 1928 di Nanking, China dengan tujuan awal memberikan imbauan, informasi, seruan, dan masukan kepada para pendengar di China daratan saat itu. 

Setelah perang saudara antara pasukan Partai Kuomintang (KMT) dengan Partai Komunis China (PKC) berakhir di 1949, RTI pun hijrah ke Taiwan bersama KMT. Di wilayah baru inilah RTI eksis dengan tujuan baru, yaitu sebagai radio pemerintah untuk menyebarkan informasi seputar Taiwan bagi masyarakat dunia dan warga asing yang bermukim di Taiwan. 

“Secara de facto keberadaan Taiwan gak bisa diabaikan, tapi Taiwan sangat sulit untuk mendapat pengakuan global. Jadi dengan bahasa asing kami (RTI) menyiarkan, menyampaikan informasi kepada dunia tentang kondisi Taiwan,” kata konsultan senior di divisi bahasa internasional RTI, Tony Thamsir, kepada IDN Times.

“Jadi kita hampir sama seperti radio BBC (milik Inggris), VOA (milik Amerika Serikat), dan DW (milik Jerman),” tambah Tony.

Untuk mengenal RTI lebih lanjut, berikut kami sajikan 7 fakta seputar radio ini.

Baca Juga: TKI di Taiwan Curi Uang Rp2,6 M, Bosnya Baru Sadar setelah 2 Tahun

1. Menyebarkan berita dalam berbagai bahasa

Suasana lorong lantai ruang redaksi RTI (IDN Times/Vanny El Rahman)

Dalam menyiarkan laporan jurnalistiknya, RTI telah mengudara dengan berbagai bahasa, antara lain Inggris, Arab, Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar, Rusia, Jepang, China (dialek Minnan, Hakka, dan Canton), Korea Selatan, Filipina, Prancis, Jerman, Spanyol, dan Indonesia. Tentu tidak menutup kemungkinan ada tambahan bahasa asing lainnya.

“Apa yang kami lakukan di sini adalah pemberitaan internasional seputar Taiwan. Jadi harapannya bisa memberikan timbal balik, apakah bagi Taiwan, masyarakat asing, orang asing di Taiwan, atau orang-orang yang ingin ke Taiwan,” tutur Tony.

Setiap hari, para penyiar diberikan waktu sekitar 1 jam untuk menyampaikan informasi seputar Taiwan kepada para pendengar di luar negeri. Untuk Indonesia sendiri waktu siarannya adalah pukul 6-7 malam waktu Taiwan, atau sama dengan Waktu Indonesia Tengah (WITA).

2. Ingin menyampaikan berita seaktual mungkin

Ruang pengolahan materi penyiaran RTI (IDN Times/Vanny El Rahman)

Informasi yang dibagikan tergantung pada kebutuhan dan kepentingan negara tujuan. RTI memiliki tim redaksi untuk setiap negara tujuan penyiaran.

Adapun materi siarannya sampai saat ini masih dalam bentuk rekaman (tapping), belum siaran langsung. Tapi, berdasarkan penuturan Tony, RTI berkomitmen untuk menyebarkan informasi seaktual mungkin.

“Kami pernah menghitung dari waktu rekaman, masuk ke dapur pengolahan, sampai penyiaran. Itu memakan waktu sekitar 59 menit,” terang Tony.

3. Mengandalkan shortwave

Salah satu peninggalan yang dipamerkan di museum RTI (IDN Times/Vanny El Rahman)

RTI mengandalkan gelombang pendek (shortwave) sebagai platform penyiaran. RTI pun memiliki stasiun pemancar yang tersebar di berbagai daerah Taiwan.

Total kekuatan transmisi sekitar 10.050 kilowatts, menduduki peringat teratas di Asia dan masuk 10 besar di dunia. Kekuatan transmisinya mencapai 2,69 kali lipat dibandingkan dengan kekuatan transmisi total stasiun radio nasional atau swasta lainnya di Taiwan. Gelombang yang disiarkan meliputi wilayah tengah dan selatan Taiwan, daratan China serta benua lainnya di seluruh dunia.

Karena geografis Taiwan yang strategis, RTI pun menyewakan sebagian gelombang pendeknya kepada radio asing. 

“Karena tidak mungkin radio asing menyewa dari China dan mereka juga tidak mungkin menyewakannya. Posisi Taiwan juga strategis yang dekat dari mana-mana,” kata Tony.

Baca Juga: Presiden Tsai Ing Wen Mundur dari Ketua Partai Penguasa Taiwan

4. Beralih ke platform digital dan berencana mengudara di gelombang FM

Ruang siaran RTI (IDN TIimes/Vanny El Rahman)

Seiring perkembangan zaman, RTI juga memanfaatkan internet untuk menyebarkan audio digital dan berita dalam bentuk teks. Melalui laman rti.org.tw, para audiens RTI bisa membaca ataupun mendengarkan siaran rekaman kapan pun mereka mau.

“Dalam 10 tahun terakhir, RTI juga sudah memanfaatkan platform internet,” kata Tony.

Tahun depan, dalam rangka merayakan usianya yang ke-95, RTI berencana untuk mengudara di saluran Frequency Modulation (FM). Saluran ini akan menjangkau para pendengar di dalam negeri.

“Untuk gelombang FM skala nasional memang belum ada. Jadi itu yang kami upayakan di tahun 2023," ungkap Tony.

5. Memiliki global listeners club di berbagai negara

Ilustrasi RTI (IDN Times/Vanny El Rahman)

Jika semula fokus RTI menyebarkan informasi dari Taiwan ke berbagai negara, maka dengan adanya gelombang FM, RTI juga akan membagikan informasi dari luar negeri ke Taiwan.

Untuk memudahkan proses pengumpulan berita, RTI memiliki Global Listeners Club (GLC) yang tersebar di berbagai negara, termasuk China, Jepang, Jerman, Indonesia, Pakistan, Kolombia, dan Argentina. RTI bahkan mengadakan pertemuan rutin, baik secara fisik atau daring, dengan para GLC di berbagai negara.

“Kami menjadikan Global Listeners Club sebagai international volunteer for radio station. Jadi mereka memberikan berita kepada kita, memberikan informasi kepada para pendengar di seluruh dunia. Sehingga kami bisa memberikan edukasi untuk dunia yang lebih baik,” kata Tony, seraya menginformasikan bahwa GLC telah berdiri di Jakarta, Malang, Yogyakarta, dan akan dibuka tahun depan di Kalimantan.

6. Menangkal hoaks seputar Taiwan

Ilustrasi hoaks (IDN Times/Sukma Shakti)

Perkembangan teknologi telah menjadikan setiap orang bisa menjadi “jurnalis” dengan platformnya sendiri, apakah itu YouTube, Instagram, TikTok, Facebook, hingga Blog.

Menurut Tony akselerasi teknologi dan media sosial, secara tidak langsung, juga mengancam Taiwan karena semakin banyak berita bohong atau hoaks yang tersebar. Oleh sebab itu, dia berharap RTI bisa menjadi platform yang menangkal penyebaran berita bohong di dunia maya.

“Kami harap RTI bisa menjadi penjembatan untuk berita dan informasi yang aktual di negaranya masing-masing. Karena itu kami memiliki MoU dengan banyak media di berbagai negara, karena tidak mungkin semua media mengirimkan jurnalisnya ke sini,” tuturnya.

“Kami juga menghindari masalah politik, diskusi, perdebatan, atau pemberitaan yang mencoba menganggu stabilitas antarselat (Taiwan dan China). Pasti ada pro-kontra ya, tapi kami berusaha menghindari konflik. Jadi tugas utama kami juga memberikan informasi yang akurat dan aktual,” tambah Tony.

Tony mencontohkan pemberitaan seputar kunjungan mantan Ketua Parlemen Amerika Serikat, Nancy Pelosi, ke Taiwan. Kala itu, terjadi framing seolah-olah Taiwan dan China bakal berperang dalam waktu dekat.

“Misalnya ada info penembakan rudal, pesawat China melintasi zona udara Taiwan, di Indonesia itu kami lihat kesannya bahaya banget. Tapi kenyataan di lapangan gak seperti itu. Kami masih aman dan masih bekerja. Itulah yang kami counter,” jelas Tony.

Baca Juga: Ini Cara dan Tahapan Buat Rekening di Kantor Pos Taiwan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya