TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

AS Beri Uang Duka ke Keluarga Korban Serangan Drone di Kabul

Keluarga korban juga ditawari relokasi ke AS

Drone MQ-9 Reaper dengan persenjataan misil dan bom presisi lengkap. twitter.com/TangoCharlie108

Jakarta, IDN Times – Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) atau Pentagon menawarkan uang duka kepada keluarga dari 10 warga sipil yang tewas akibat serangan drone di Kabul, Afghanistan, pada 29 Agustus 2021.

Dilansir ANTARA, serangan itu terjadi dua hari sebelum tenggat waktu penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Pesawat nirawak diluncurkan karena intelijen AS menduga akan terjadi serangan susulan, pascabom di sekitar Bandara Hamid Karzai yang menewaskan 13 personel militer AS.

Setelah investigasi mendalam, Pentagon mengakui bahwa informasi yang mereka terima tidak akurat. Dengan kata lain, AS mengerahkan drone untuk menyerang warga sipil tak berdosa.

Baca Juga: AS Minta Maaf Serangan Drone di Kabul Bunuh 10 Warga Sipil Non-ISIS

Baca Juga: Serangan Drone AS di Afghan Tewaskan Pekerja Kemanusiaan

1. AS juga tawarkan relokasi bagi keluarga korban

Anggota layanan Departemen Pertahanan AS membela pesawat di Bandara Internasional Hamid Karzai di Kabul, Afghanistan, Selasa, 17 Agustus 2021. (ANTARA FOTO/U.S. Air Force/Senior Airman Taylor Crul/Handout via REUTERS)

Selain uang duka, Departemen Luar Negeri juga menawarkan relokasi ke AS bagi keluarga korban. Ada 10 orang yang meninggal dalam serangan itu, tujuh di antaranya adalah anak-anak.

Keputusan Pentagon diambil setelah Wakil Menteri Pertahanan AS Bidang Kebijakan, Colin Kahl, menggelar rapat virtual dengan Presiden Nutrition & Education International, Steven Kwon. Tempat Kwon bekerja merupakan lembaga yang mempekerjakan Zemari Ahmadi, salah satu korban tewas dalam serangan drone.

Baca Juga: 3 Serangan Drone Mematikan AS di Afghanistan Sepanjang Sejarah

2. AS sebut serangan drone sebagai kesalahan tragis

Pesawat nirawak Reaper milik AS (Wikimedia.org/Lt. Col. Leslie Pratt)

Beberapa waktu lalu, Kepala Komando Pusat AS, Frank McKenzie, menyebut serangan itu sebagai kesalahan yang tragis. Dikutip dari USA Today, intelijen semula menduga Toyota Corolla Putih yang ditumpangi Ahmadi berisi bom yang akan digunakan ISIS-K untuk menyerang Bandara Kabul.

Menurut McKenzie, saat itu, ada lebih dari 60 intelijen yang memiliki kesimpulan serupa. Indikasi itulah yang memutuskan Washington untuk mengirim enam drone Reaper demi melumpuhkan mobil tersebut.

Tidak lama setelah serangan diluncurkan, laporan soal tewasnya warga sipil mencuat. Pentagon juga tidak membantah adanya korban sipil.

“Itu (serangan) adalah kesalahan tragis,” ujar McKenzie, mengakui tindakan militer kala itu sebagai kesalahan.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya