TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Serikat Buruh Myanmar Mogok: Bekerja hanya Menguntungkan Militer!

Toko, bank, dan pabrik di Yangon tutup semua

Warga menginjak poster yang memperlihatkan foto yang diduga sebagai penembak jitu Tentara Myanmar saat protes terhadap kup militer di Yangon, Myanmar, Senin (22/2/2021). ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Jakarta, IDN Times - Serikat pekerja Myanmar menggelar mogok kerja pada Senin (8/3/2021) sebagai bentuk protes terhadap kudeta militer yang dilancarkan pada Senin, 1 Februari 2021 silam. Mereka berharap aksi tersebut bisa menghentikan aktivitas ekonomi dalam negeri, sehingga pemerintah yang dikendalikan oleh militer tidak lagi memiliki sumber pendapatan.

"Kegiatan ekonomi dan bisnis seperti biasa hanya akan menguntungkan militer karena mereka menekan energi rakyat Myanmar. Sekaranglah waktu untuk mengambil tindakan, untuk mempertahankan demokrasi kita,” kata seorang perwakilan serikat pekerja, dikutip dari Channel News Asia (CNA).

Aksi protes dilancarkan setelah aparat menembakkan senjata ke masyarakat dan mendirikan pos keamanan di sekitar rumah sakit serta kompleks universitas. Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengatakan, apa yang dilakukan oleh militer saat ini adalah menakuti masyarakat supaya mereka enggan turun ke jalan untuk terlibat demonstrasi.

Baca Juga: Diduga Disiksa, Pejabat NLD Myanmar Tewas Usai Disergap Polisi-Militer

1. Toko, pabrik, dan bank tutup

Kendaraan bersenjata Tentara Myanmar berkendara melewati sebuah jalan setelah mereka mengambil kekuasaan dalam sebuah kup di Mandalay, Myanmar, Selasa (2/2/2021). (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer)

Reuters melaporkan, pertokoan, pabrik, dan bank ditutup di Yangon, kota terbesar di Myanmar. Seorang saksi mengabarkan, hanya beberapa toko the kecil yang buka. Aktivitas pabrik berhenti total. Pusat perbelanjaan utama ditutup.

Setidaknya sembilan serikat pekerja yang melingkupi sektor konstruksi, pertanian, dan manufaktur telah meminta semua orang Myanmar untuk menghentikan pekerjaan, menuntut pemulihan kekuasaan dan membebaskan pemimpin negara Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Kronologi Lengkap Kudeta Myanmar yang Picu Demo Berdarah

2. Perempuan menggelar protes pada Hari Perempuan Internasional

Twitter.com/Myanmar Now

Para pengunjuk rasa juga mengibarkan bendera yang dibuat dari htamain (sarung wanita khas Burma) di beberapa tempat atau menggantungnya di seberang jalan, menandakan Hari Perempuan Internasional.

Pemimpin protes Maung Saungkha di Facebook mendesak perempuan untuk menentang kudeta dengan keras. Sementara Nay Chi, salah satu penyelenggara gerakan sarung, menggambarkan perempuan sebagai tokoh revolusioner.

"Rakyat kami tidak bersenjata tetapi bijaksana. Mereka mencoba memerintah dengan ketakutan, tetapi kami akan melawan ketakutan itu," katanya kepada Reuters.

Kematian Ma Kyal Sin, perempuan berusia 18 tahun yang meninggal setelah menitipkan pesan untuk mendonorkan angota tubuhnya, juga menjadi penanda bahwa perempuan ikut hadir di garda terdepan untuk menolak rezim yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing.

Baca Juga: Militer Myanmar Ancam Demonstran Pakai TikTok

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya