Diduga Disiksa, Pejabat NLD Myanmar Tewas Usai Disergap Polisi-Militer
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Seorang pejabat dari Partai Liga Nasional Demokrasi (NLD) U Khin Maung Latt tewas dalam tahanan, setelah ditangkap pada penggerebakan oleh pasukan keamanan di Yangon, Myanmar. Jenazahnya dikembalikan kepada keluarga pada Minggu, 7 Maret 2021.
Aparat hanya melaporkan, U Khin Maung meninggal tidak lama setelah pingsan. Namun, foto lain yang beredar menunjukkan kepala lelaki berusia 58 tahun itu bersimbah darah. Aktivis menyebut dia dipukuli saat ditahan polisi dan tentara, kemudian diinterogasi dengan kejam.
U Khin Maung merupakan kandidat dari NLD pada pemilu lalu. Dia aktif berkampanye bersama Aung San Suu Kyi. Namanya santer karena rutin menyuarakan kesejahteraan rakyat.
Baca Juga: Kemlu: WNI yang Ingin Keluar dari Myanmar Bisa Gunakan 2 Maskapai
1. Bagaimana U Khin Maung meninggal?
Media lokal mengabarkan, seorang saksi mata mengaku U Khin Maung dipukuli dan ditendang dengan kejam saat aparat mendatangi kediamannya. Kejadian itu berlangsung pada Sabtu, 6 Maret 2021 sekitar pukul 22.00 waktu setempat. Keesokan harinya, keluarga diminta mengambil jenazah di rumah sakit militer.
Seorang mantan tahanan politik, U Tun Kyi mengatakan kepada AFP bahwa U Khin Maung meninggal karena selalu dipukuli, mulai dari penggerebekan hingga interogasi.
Ba Myo Thein, seorang anggota majelis tinggi parlemen yang dibubarkan setelah kudeta, mengatakan laporan luka di kepala dan tubuh U Khin Maung menimbulkan kecurigaan bahwa dia telah dianiaya.
"Ini sama sekali tidak bisa diterima," kata Ba Myo.
2. Kekejaman aparat dipertontonkan secara terang-terangan
Pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk hak asasi manusia (HAM) di Myanmar Tom Adrews mengatakan, kekejaman yang dilakukan aparat dilakukan secara terang-terangan. Bahkan, mereka diizinkan menembak ketika melakukan penangkapan.
"Dan Anda dapat melihat mereka berjalan di jalan-jalan di Yangon, menembak melalui jendela saat orang-orang melihat dengan ketakutan di jalanan. Ini aktivitas kriminal. Mereka meneror lingkungan. Jadi ada alasan kuat bagi dunia untuk bertindak dan dunia untuk bertindak sekarang," kata Andrews.
Editor’s picks
Sejak fraksi militer yang dipimpin Jenderal Min Aung Hlaing melancarkan kudeta pada 1 Februari 2021, kerusuhan terjadi di seluruh kota di Myanmar. PBB melaporkan lebih dari 50 orang telah meninggal. Lembaga swasta yang fokus memberi bantuan kepada tahanan politik memperkirakan masih ada 900 orang yang ditahan aparat.
"Mereka membunuh orang seperti membunuh burung dan ayam. Apa yang akan kita lakukan jika kita tidak memberontak melawan mereka? Kita harus memberontak," kata seorang demonstran di Dawei kepada Reuters.
3. Militer sengaja menyebar ketakutan supaya masyarakat berhenti demonstrasi
Sementara, Utusan Khusus PBB untuk Myanmar Christine Chraner Burgener, yang sempat berkomunikasi dengan militer mengungkap langkah-langkah revolusi Tatmadaw. Fase-fase itu akan dijalankan sepanjang satu tahun rezim darurat, hingga akhirnya pemilihan umum yang diklaim militer berjalan adil dan prosedural terlaksana.
Agenda utama militer adalah membentuk komisi pemilihan yang baru. Sebab, komisi yang lama dituduh berkomplot dengan Suu Kyi, sehingga NLD berhasil memenangkan 82 persen suara. Hal ini sudah mereka lakukan.
Kemudian, mereka juga akan menjalin perjanjian gencatan senjata dengan 21 kelompok etnis bersenjata di Myanmar. Tapi hal ini dirasa sulit terealisasi, karena 10 kelompok di antaranya tegas menolak kudeta.
Setelah itu, militer akan fokus penanganan pandemik dan memulihkan aktivitas bisnis. Terakhir, mereka akan mengakhiri masa darurat dengan pemilihan umum.
Christine menilai militer akan berusaha membuktikan Suu Kyi telah melakukan berbagai pelanggaran hukum. Sehingga, perempuan berusia 75 tahun itu, untuk yang kesekian kalinya tidak akan bisa berpartisipasi dalam pemilihan umum.
Bahkan, tidak menutup kemungkinan Partai NLD dibubarkan. "Kemudian mereka akan mengadakan pemilihan baru, di mana mereka ingin menang, dan kemudian mereka dapat terus berkuasa. Tentara telah memberi tahu rencananya, untuk mengancam orang-orang, melakukan penangkapan, kemudian mayoritas orang akan pulang karena takut. Akhirnya militer memiliki kendali kembali,” kata Christine.
Baca Juga: Demonstran Myanmar Lawan Polisi Pakai Jemuran Pakaian Wanita