Taliban: Kami Tak Ingin Perang Saudara, tapi Ogah Ghani Jadi Presiden
Taliban menilai Ashraf Ghani sebagai pengadu domba
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Taliban menegaskan tidak ingin menguasai Afganistan. Tapi, mereka juga tidak ingin ada perdamaian kecuali hasil perundingan dan sosok yang memimpin Afganistan bukanlah Presiden Ashraf Ghani.
Dikutip dari The Associated Press, pernyataan tersebut disampaikan juru bicara Taliban Suhail Shaheen, saat kondisi Afganistan di ambang perang sipil. Beberapa hari lalu, perwira tinggi militer Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley melaporkan bila hampir separuh dari seluruh distrik di Afganistan telah dikuasai Taliban.
Milley juga menuturkan, Taliban mengambil keuntungan ketika negara-negara Barat yang dipimpin AS memutuskan menarik mundur seluruh pasukannya. Kendati Presiden Ghani menyebut pemerintah memiliki kekuatan militer yang mampu membendung kelompok militan Islam itu, tetapi fakta di lapangan menunjukkan kekuatan tempur Taliban tidak bisa dianggap remeh.
Baca Juga: AS: Taliban Kuasai Setengah dari Seluruh Distrik di Afganistan
1. Taliban melihat Ghani sebagai pengadu domba
Shaheen mengatakan, Taliban akan gantung senjata jika proposal yang mereka ajukan diterima dan rezim Ghani lengser dari pemerintahan Afganistan. Di mata Taliban, Ghani dipandang sebagai penghasut perang.
“Saya ingin memperjelas bahwa kami tidak percaya pada monopoli kekuasaan, karena pemerintah mana pun yang (berusaha) untuk memonopoli kekuasaan di Afghanistan di masa lalu, bukanlah pemerintah yang berhasil,” ujar Shaheen, sebagai bentuk otokritik terhadap monopoli kekuasaan Taliban beberapa tahun silam.
“Jadi kami tidak ingin mengulang formula yang sama,” tambah dia.
Selain itu, Taliban juga menolak kekuasaan Ghani karena dinilai melakukan pelanggaran pemilu 2019 lalu. Setelah pemungutan suara itu, Ghani dan saingannya Abdullah Abdullah masing-masing mendeklarasikan diri sebagai presiden.
Pascakedua pihak berkompromi, Abdullah sekarang menjabat sebagai orang nomor dua di pemerintahan dan menjabat Kepala Dewan Rekonsiliasi.
Baca Juga: Taliban Ajukan Proposal Damai pada Pemerintah Afganistan Bulan Depan