TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Taliban: Kami Tak Ingin Perang Saudara, tapi Ogah Ghani Jadi Presiden

Taliban menilai Ashraf Ghani sebagai pengadu domba

xxx

Jakarta, IDN Times - Taliban menegaskan tidak ingin menguasai Afganistan. Tapi, mereka juga tidak ingin ada perdamaian kecuali hasil perundingan dan sosok yang memimpin Afganistan bukanlah Presiden Ashraf Ghani.  

Dikutip dari The Associated Press, pernyataan tersebut disampaikan juru bicara Taliban Suhail Shaheen, saat kondisi Afganistan di ambang perang sipil. Beberapa hari lalu, perwira tinggi militer Amerika Serikat (AS) Jenderal Mark Milley melaporkan bila hampir separuh dari seluruh distrik di Afganistan telah dikuasai Taliban.

Milley juga menuturkan, Taliban mengambil keuntungan ketika negara-negara Barat yang dipimpin AS memutuskan menarik mundur seluruh pasukannya. Kendati Presiden Ghani menyebut pemerintah memiliki kekuatan militer yang mampu membendung kelompok militan Islam itu, tetapi fakta di lapangan menunjukkan kekuatan tempur Taliban tidak bisa dianggap remeh.

Baca Juga: AS: Taliban Kuasai Setengah dari Seluruh Distrik di Afganistan

1. Taliban melihat Ghani sebagai pengadu domba

Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani. twitter.com/FederationAC

Shaheen mengatakan, Taliban akan gantung senjata jika proposal yang mereka ajukan diterima dan rezim Ghani lengser dari pemerintahan Afganistan. Di mata Taliban, Ghani dipandang sebagai penghasut perang.

“Saya ingin memperjelas bahwa kami tidak percaya pada monopoli kekuasaan, karena pemerintah mana pun yang (berusaha) untuk memonopoli kekuasaan di Afghanistan di masa lalu, bukanlah pemerintah yang berhasil,” ujar Shaheen, sebagai bentuk otokritik terhadap monopoli kekuasaan Taliban beberapa tahun silam.  

“Jadi kami tidak ingin mengulang formula yang sama,” tambah dia.

Selain itu, Taliban juga menolak kekuasaan Ghani karena dinilai melakukan pelanggaran pemilu 2019 lalu. Setelah pemungutan suara itu, Ghani dan saingannya Abdullah Abdullah masing-masing mendeklarasikan diri sebagai presiden.

Pascakedua pihak berkompromi, Abdullah sekarang menjabat sebagai orang nomor dua di pemerintahan dan menjabat Kepala Dewan Rekonsiliasi.

2. Taliban tak melihat itikad baik pemerintah dalam negosiasi damai

Ilustrasi negosiasi antara pemerintah Afghanistan dan Taliban di Qatar (www.twitter.com/@KhalidNoorafg)

Dalam berbagai kesempatan, Ghani bersikeras akan mempertahankan posisinya hingga pemilu periode berikutnya. Kelompok oposisi, termasuk di luar Taliban, menuduh Ghani mempertahankan kekuasaan dengan cara memicu perpecahan di antara pendukung pemerintah.

Akhir pekan lalu, Abdullah memimpin delegasi tingkat tinggi ke ibu kota Qatar, Doha, untuk melakukan pembicaraan dengan para pemimpin Taliban. Tidak ada kesepakatan signifikan yang dihasilkan, kecuali perjanjian untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut.

Menurut Shaheen, dialog tersebut adalah awal yang baik. Namun, selama tuntutan Taliban tidak dituruti, Shaheen melihat tidak ada itikad baik dari pemerintah untuk mencapai perdamaian.

“Mereka tidak ingin rekonsiliasi, tetapi mereka ingin (Taliban) menyerah. Sebelum gencatan senjata apa pun, harus ada kesepakatan tentang pemerintahan baru, yang dapat diterima oleh kami dan warga Afganistan lainnya, maka tidak akan ada perang,” kata dia.

Baca Juga: Taliban Ajukan Proposal Damai pada Pemerintah Afganistan Bulan Depan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya