TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tim Peneliti WHO Siap Blusukan di Wuhan Cari Asal-usul Virus Corona

Tim peneliti sudah menyelesaikan masa karantina

Petugas medis dengan pakaian pelindung menerima pasien di Pusat Konferensi dan Pameran Internasional Wuhan, yang diubah menjadi rumah sakit sementara bagi pasien dengan gejala ringan akibat virus corona, di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok (ANTARA FOTO/China Daily via REUTERS)

Jakarta, IDN Times - Tim peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyelesaikan masa karantina di Tiongkok. Mereka akan memulai penyelidikan di lapangan untuk mengungkap asal-usul virus corona yang pertama kali dilaporkan di Wuhan, Tiongkok.

Para peneliti akan mewawancarai orang-orang dari berbagai lembaga penelitian, rumah sakit dan mereka yang berinteraksi di sekitar pasar makanan laut di Wuhan. Acuan kerja mereka adalah bukti yang diberikan otoritas Tiongkok, hasil negosiasi antara Beijing dengan WHO.

Kelompok ahli yang terdiri dari 13 orang itu juga akan bertemu dengan beberapa penyintas COVID-19. Salah satu yang sudah mengajukan pertemuan adalah Zhang Hai, warga asli Wuhan yang ayahnya meninggal pada Februari 2020. Zhang Hai berharap bisa membantu WHO dengan informasi yang dimilikinya.

Baca Juga: WHO Sebut Pandemik COVID-19 Makin Berat Tahun Ini

1. Tim peneliti WHO menjalani masa karantina 14 hari

Tim peneliti WHO keluar dari lokasi karantina di Wuhan, Tiongkok (Twitter/MarionKoopmans)

Tim peneliti WHO yang dipimpin Peter Ben Embarik tiba di Wuhan, Tiongkok, sejak 14 Januari 2021. Mereka menghabiskan waktu 14 hari, atau hingga Kamis (28/1/2021), untuk karantina mandiri. Selama masa karantina, mereka berkomunikasi via daring satu sama lain.
 
Dikutip dari BBC, pada Kamis sore mereka keluar dari hotel dan langsung menaiki bus tanpa memberikan keterangan kepada awak media. Informasi seputar kegiatan selama karantina hanya diperoleh melalui unggahan anggota peneliti di media sosial.
 
"Fase baru, prioritas baru," cuit ahli virologi asal Belanda, Marion Koopmans.
 
Sementara itu, anggota tim investigasi asal Denmark, Thea Fischer, mengatakan kepada Reuters bahwa keluar dari hotel setelah dikarantina seolah-olah seperti seseorang yang telah mendarat dari bulan.
 
Sebelumnya, Ketua Unit Wabah dan Respons Global WHO, Dale Fisher, mengatakan kunjungan di Wuhan sebagai tujuan ilmiah.

“Ini bukan tentang politik atau menyalahkan, tetapi membahas pertanyaan ilmiah yang paling mendasar,” kata Fisher kepada BBC beberapa saat lalu.

2. Lebih dari setahun, tim independen baru diizinkan masuk Tiongkok

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (REUTERS/Denis Balibouse)

Izin agar tim peneliti independen tersebut bisa masuk ke Tiongkok tidak mudah didapatkan, butuh waktu lebih dari setahun. Sebelumnya, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sempat mengutarakan kekecewaannya karena izin kunjungan tak kunjung diberikan otoritas Tiongkok.

Padahal, kondisi Wuhan sudah kondusif dan sempat tidak ditemukan transmisi lokal dalam beberapa pekan. Akibatnya, anggota tim peneliti yang sudah berangkat harus memutar balik dan sebagian harus bertahan lebih lama di negara transit.
 
Akan tetapi, Kementerian Luar Negeri Tiongkok membantah mempersulit akses masuk WHO. Juru bicara Kemenlu Tiongkok, Hua Chunying, menegaskan keterlambatan visa merupakan bagian dari otoritas setempat untuk memberikan pelayanan terbaik kepada WHO.
 
“Itu bukan cuma perkara visa. Masalahnya lebih kompleks untuk memastikan jadwal dan menjamin bahwa tim peneliti bisa berhasil di Tiongkok. Kami memahami perhatian WHO bahwa mengungkap asal-muasal COVID-19 bukan perkara mudah. Untuk memastikan tim bisa bekerja dengan nyaman, kami sedang merancang beberapa penyesuaian,” kata dia.

Baca Juga: WHO: Nasionalisme Vaksin COVID-19 Sebabkan Kekacauan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya