TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kekeringan di Somalia, Jutaan Penduduk Terancam Kelaparan

Penduduk sulit memperoleh makanan dan ternak mereka mati

Keluarga Omar, penduduk Somalia yang terdampak kelaparan akibat bencana kekeringan berkepanjangan. (twitter.com/Save the Children Global Media)

Jakarta, IDN Times - Somalia mengalami krisis kekeringan parah dan merupakan yang terburuk dalam satu dekade terakhir. Jutaan orang kelaparan dan banyak dari mereka terpaksa meninggalkan rumah untuk mencari makanan dan air, menurut laporan lembaga Save the Children, Kamis (10/2/2022).

Dampaknya terhadap rumah tangga keluarga sangat dirasakan dari bencana ini. Beberapa dampak lanjutan seperti situasi keamanan yang memburuk, serangan hama belalang gurun, melonjaknya harga pangan, dan kurangnya bantuan tidak dapat terelakkan.

Omar, seorang penduduk desa di distrik Beledweyne di Somalia selatan, merupakan salah satu yang terdampak. Dia mengaku sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya selama kekeringan terjadi.

“Dulu kami memberi makan anak-anak tiga kali sehari, tetapi sekarang sulit untuk memberi mereka makan bahkan dua kali, jadi kebanyakan hanya satu kali sehari,” kata Omar.

1. Mayoritas keluarga meninggalkan rumah karena kelaparan 

Kekeringan di Somalia (twitter.com/FAO in Somalia)

Lebih lanjut, Omar mengungkapkan bahwa sebelumnya mereka mampu bertahan menghadapi kekeringan. Namun saat ini, hal tersebut sulit dilakukan karena kekeringan tahun ini lebih parah dan air yang semakin sulit ditemukan.

“Kami tidak punya makanan, dan ternak mati. Orang-orang mungkin mati dalam kekeringan ini, jika kita tidak dapat menemukan bantuan,” kata Omar.

Dalam sebuah survei yang dilakukan Save the Children pada November 2021, yang mencakup 15 dari 18 wilayah Somalia, mereka menemukan bahwa mayoritas keluarga meninggalkan rumah tanpa makan secara teratur. 

Hampir 60 persen rumah tangga yang disurvei melaporkan setidaknya satu orang dalam keluarga mereka telah kehilangan sumber pendapatan, sebagian besar karena kematian ternak secara keseluruhan, dan lebih dari sepertiga rumah tangga termasuk setidaknya satu orang pergi tanpa makanan selama periode 24 jam.

Baca Juga: Dilanda Kekeringan, PBB Adakan Program Perawatan Ternak di Somalia

Direktur Save the Children Somalia, Mohamud Mohamed, mengutarakan kekhawatirannya. Menurutnya, para pemberi bantuan memiliki kemampuan kecil dalam menangani bencana kemanusiaan besar di Somalia.

“Kami gagal (mengatasi bencana) di 2011, lalu meraih keuntungan di 2016/17, dan sekarang sepertinya kembali ke tempat kami memulai. Kami khawatir akan mundur ke situasi 2011, di mana ratusan ribu orang tewas,” kata Mohamed.

“Kami khawatir bahwa lingkungan politik secara global menutupi penderitaan kemanusiaan rakyat Somalia. Ada begitu banyak kelaparan dan begitu banyak kebutuhan,” lanjut dia.

Menurutnya, penyebab utama kekeringan tersebut adalah perubahan iklim. Somalia selalu mengalami kekeringan namun penduduknya mampu untuk bangkit kembali dari keterpurukan.

Negara tersebut memang berada dalam peringkat negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, mengutip Al Jazeera.

Somalia telah mengalami setidaknya tiga kali bencana kekeringan dalam satu dekade terakhir, yaitu pada tahun 2011, 2016/2017, dan saat ini di tahun 2021/2022.

Di tahun 2011, 3,7 juta orang mengalami tingkat krisis kerawanan pangan. Dan pada tahun ini, diperkirakan akan ada 4,6 juta orang Somalia yang mengalami kerawanan pangan tingkat krisis hingga darurat.

2. Pemberi bantuan khawatir timbul banyak korban  

Organisasi Pangan Dunia (FAO) saat berkunjung ke wilayah yang terkena dampak kekeringan di desa Gubato, Distrik Hargeisa. (Twitter.com/FAO in Sonmalia)

Baca Juga: Pertama Kali dalam 30 Tahun, Somalia Putarkan Film di Bioskop

Verified Writer

Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya