TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Warga di Ukraina Timur: Kami Hanya Ingin Perdamaian!

Rumah warga sipil kerap menjadi target serangan

Warga sipil Ukraina (twitter.com/Tweet Latest News)

Jakarta, IDN Times - Beberapa hari sebelum Rusia melancarkan invasi ke Donbass pada Kamis (24/2/2022), warga Ukraina timur sudah hidup dalam bayang-bayang ketakutan.  

Valentina Gordeyeva salah satunya. Saat pucuk pohon cemara tengah bermekaran di kota Marinka, Ukraina timur, tiba-tiba getaran mengejutkan Gordeyeva. Dia menyadari ada sesuatu besar yang mendatanginya. Sontak perempuan berusia 65 tahun itu berlari dan berlindung di toko terdekat. 

Tak lama berselang, secara mengejutkan, pecahan peluru menembus tangan kirinya. 

“Saya memegang tas dan merasakan sakit, dan kemudian saya melihat darah mengalir di tas saya,” kata Gordeyeva.

Ibu jari dan pergelangan tangannya diperban setelah dia menjadi salah satu korban dari empat warga sipil yang terluka dalam insiden penembakan, mengutip Al Jazeera, Senin (21/2/2022).

Belum diketahui siapa yang bertanggung jawab atas aksi keji tersebut. Dugaan Al Jazeera sebelumnya, hal itu dilakukan oleh kelompok separatis pro-Rusia, namun informasi tersebut telah dikoreksi.

Gordeyeva menerangkan bahwa sebuah sekolah juga dirusak dalam insiden itu, di lokasi yang tak jauh dari tempatnya terluka. Kota tempat tinggalnya terletak di garis depan konflik, tepat di luar tepi barat Donetsk, yakni ibu kota yang memproklamirkan diri di wilayah Donbass yang dikendalikan oleh separatis pro-Rusia.

Baca Juga: Ukraina Klaim Tewaskan 50 Tentara Rusia dan Hancurkan 4 Tank

1. Warga sipil menanggung beban berat akibat konflik

Bangunan hancur akibat serangan di wilayah Luhansk, Ukraina (twitter.com/Olga Tokariuk)

Gordeyeva tinggal sendirian di sebuah bungalo kecil di pusat Marinka setelah suaminya meninggal karena sakit dan anak-anaknya pindah. Ketika konflik pertama kali dimulai pada 2014, dia pindah ke desa lain untuk tinggal bersama saudara perempuannya.

Dia mempertimbangkan untuk melakukan hal yang sama lagi, tetapi dia tidak ingin meninggalkan rumahnya, meskipun anak-anaknya telah mendesaknya untuk pergi.

Hal yang sama juga dialami oleh Blinova Tetiana Anatolivna. Wanita berumur 46 tahun itu menuturkan bagaimana dia melarikan diri dari kotanya di Volnovakha, dekat Marinka, ke pelabuhan timur Mariupol pada Sabtu usai penembakan stasiun pompa air di kotanya.

"Saya memiliki kerabat di Donetsk dan yang mereka dan saya inginkan adalah perdamaian," kata Anatolivna.

Banyak dari mereka yang tinggal di wilayah itu adalah orang tua yang sakit dan tak memiliki uang untuk pindah. Mereka kemungkinan besar akan menanggung beban konflik yang meningkat.

Kelompok-kelompok bantuan telah memperingatkan bahwa 2,9 juta orang di kedua sisi garis depan membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak.

2. Serangan meningkat dalam beberapa hari terakhir 

Ilustrasi Penembakan (IDN Times/Arief Rahmat)

Konflik selama delapan tahun di wilayah itu telah menewaskan sekitar 14 ribu orang. Banyak yang telah terbiasa dengan ancaman senjata dan artileri. Sebagian besar bangunan kota penuh dengan bekas tembakan, dan atap atau jendela utuh jarang ditemukan.

Olena Ivanivna, warga desa kecil di tenggara Marinka, mengisahkan bagaimana kehidupannya terganggu akibat konflik. Rumahnya telah hancur selama beberapa kali akibat serangan. Mereka menghabiskan berminggu-minggu untuk berlindung di bunker.

“Mereka tidak menembak selama setahun. Itu bagus. Tapi sekarang mereka sudah kehilangan akal. Sekarang kami tidak meninggalkan rumah kami. Mereka menembak dan kami bersembunyi," tutur Ivanivna.

Baca Juga: Pidato Lengkap Presiden Ukraina setelah Rusia Memulai Perang di Donbas

Verified Writer

Zidan Patrio

patrio.zidan@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya