Junta Myanmar Tunda Pemilu: Kondisi Dalam Negeri Tidak Kondusif

Darurat militer juga diperpanjang

Jakarta, IDN Times - Militer Myanmar secara resmi menunda pemilihan umum yang rencananya digelar pada Agustus 2023. Hal tersebut tak lepas dari keputusan untuk memperpanjang keadaan darurat yang diberlakukan setelah kudeta 2021.

Dalam pernyataan di televisi nasional pada Senin (31/7/2023), militer mengatakan terdapat banyak kekerasan yang terus berlangsung di seluruh penjuru Myanmar. Hal itu menyebabkan diperpanjangnya keadaan darurat nasional.

1. Militer Myanmar dianggap gagal mencegah pembangkangan sipil

Junta Myanmar Tunda Pemilu: Kondisi Dalam Negeri Tidak Kondusifilustrasi tentara (pixabay.com/WikiImages)

Pengumuman tersebut merupakan pengakuan bahwa militer tidak mampu mengontrol menjelang pemungutan suara. Militer Myanmar juga dianggap telah gagal untuk mencegah penentangan, perlawanan bersenjata, protes tanpa kekerasan, dan pembangkangan sipil 

“Agar pemilihan umum bebas dan adil dan juga untuk dapat memberikan suara tanpa rasa takut, pengaturan keamanan yang diperlukan masih diperlukan dan periode keadaan darurat telah diperpanjang,” ungkap militer Myanmar, dilansir Al Jazeera

Keadaan darurat diumumkan ketika pasukan menangkap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi serta pejabat tinggi dari pemerintahannya pada 1 Februari 2021. Militer mengklaim terdapat banyak kecurangan dalam pemilihan yang diadakan pada November 2020.

Baca Juga: Aung San Suu Kyi Bakal Dipindah Jadi Tahanan Rumah Myanmar

2. Amerika Serikat buka suara terkait perpanjangan situasi darurat Myanmar

Junta Myanmar Tunda Pemilu: Kondisi Dalam Negeri Tidak Kondusifbendera Amerika Serikat (unsplash.com/Dave Sherrill)

Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan, memperpanjang keadaan darurat akan memperparah kekerasan dan ketidakstabilan. Washington memang menjadi salah satu negara yang vokal dalam menentang kekejaman yang dilakukan junta Myanmar. 

"Kebrutalan rezim yang meluas dan mengabaikan aspirasi demokrasi rakyat Burma terus memperpanjang krisis," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller, dilansir Reuters.

Di sisi lain, juru bicara Sekretaris Jenderal PBB berharap pemerintahan demokratis di Myanmar dapat kembali sesegera mungkin. 

Keadaan darurat telah diperpanjang untuk keempat kalinya. Hal ini memungkinkan junta Myanmar menjalankan semua fungsi pemerintahan, mulai dari fungsi eksekutif, legislatif, hingga yudikatif. 

3. Perang masih terjadi di beberapa wilayah Myanmar

Kepala junta sekaligus pemimpin de facto Myanmar, Min Aung Hlaing, mengatakan bahwa pemungutan suara tidak dapat dilakukan di tengah berlanjutnya pertempuran di wilayah Sagaing, Magway, Bago Tanintharyi, Karen, Kayah dan Chin. .

“Kami perlu waktu untuk melanjutkan tugas kami untuk persiapan sistematis karena kami tidak boleh mengadakan pemilihan yang akan datang dengan tergesa-gesa,” katanya.

Nay Phone Latt, juru bicara Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang merupakan pemerintah bayangan Myanmar, mengatakan perpanjangan aturan darurat sudah diprediksi sebelumnya.

“Junta memperpanjang keadaan darurat karena para jenderal memiliki nafsu akan kekuasaan dan tidak ingin kehilangannya. Begitu pula kelompok revolusioner, kami akan terus berusaha untuk mempercepat kegiatan revolusioner kami saat ini,” kata Nay. 

Militer Myanmar melabeli NUG dan kelompok sayap bersenjatanya, Pasukan Pertahanan Rakyat, sebagai teroris. Tak sedikit korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak sejak kudeta 2021.

Baca Juga: KBRI Yangon Selamatkan 26 WNI Korban TPPO di Myanmar

Anoraga Ilafi Photo Verified Writer Anoraga Ilafi

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya