AS Cabut Visa Eks Presiden Kosta Rika yang Pernah Kritik Trump

- Mantan Presiden Kosta Rika, Oscar Arias, kehilangan visa AS karena pernah mengkritik Donald Trump.
- Arias menyebut Trump seperti kaisar Romawi yang suka mendikte, menimbulkan tekanan terhadap Kosta Rika.
- Pencabutan visa juga dialami oleh anggota parlemen oposisi, Vanessa Castro, dan terkait dengan hubungan Kosta Rika dengan China.
Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Kosta Rika dan peraih Nobel Perdamaian, Oscar Arias, mengumumkan Amerika Serikat (AS) telah mencabut visanya. Arias mengumumkan pencabutan ini pada Selasa (1/4/2025) beberapa minggu setelah dia mengkritik Presiden AS Donald Trump di media sosial.
"Saya menerima email dari pemerintah AS yang memberitahu bahwa mereka telah menangguhkan visa di paspor saya. Komunikasinya sangat singkat dan tidak memberikan alasan," kata Arias, dilansir The Guardian.
Arias menjabat sebagai presiden Kosta Rika periode 1986-1990 dan 2006-2010. Ia juga memenangkan Nobel Perdamaian 1987 atas jasanya dalam perdamaian di Amerika Tengah.
1. Arias sebut Trump bertindak seperti kaisar Romawi
Pada Februari lalu, Arias membuat unggahan media sosial yang mengkritik gaya kepemimpinan Trump. Dia menyebut presiden AS tersebut bertindak layaknya penguasa Romawi kuno yang suka mendikte.
"Tidak pernah mudah bagi negara kecil untuk tidak setuju dengan pemerintah AS, dan lebih sulit lagi ketika presidennya bertindak seperti kaisar Romawi yang berusaha mendikte seluruh dunia," tulis Arias di media sosial.
Kritikan ini muncul saat Presiden Kosta Rika, Rodrigo Chaves, dianggap tunduk pada tekanan AS untuk membatasi pengaruh China dan menerima deportasi migran ke Amerika Tengah. Arias juga mengingatkan bahwa selama pemerintahannya, Kosta Rika tidak pernah menerima perintah dari Washington seperti negara-negara lain, dilansir DW.
2. Persaingan AS-China di Kosta Rika
Pencabutan visa Arias ditengah tekanan AS kepada Kosta Rika untuk mengeluarkan perusahaan China dari pengembangan teknologi 5G. Sebelumnya, AS juga mencabut visa tiga anggota parlemen Kosta Rika yang menentang kebijakan Presiden Chaves untuk mengecualikan perusahaan China dari proyek 5G.
Pada hari yang sama dengan pengumuman Arias, visa anggota parlemen oposisi dari Partai Persatuan Sosial Kristen, Vanessa Castro, juga dicabut. Castro mengaku terkejut mendengar berita tersebut melalui media.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berkunjung ke Kosta Rika pada Februari lalu. Saat itu, ia menawarkan bantuan kepada Presiden Chaves untuk mengambil tindakan terhadap pejabat yang bekerja sama dengan pihak asing dan dianggap mengancam keamanan siber negara.
3. Dampak bagi hubungan Kosta Rika-AS-China

Oscar Arias dikenal sebagai tokoh perdamaian penting di Amerika Tengah yang meraih Nobel Perdamaian pada 1987. Selama masa jabatan keduanya, Arias mendorong perjanjian perdagangan bebas dengan AS dan pada 2007 membuka hubungan diplomatik dengan China.
Analis politik menduga sikap Arias terhadap China membuatnya menjadi target pencabutan visa. Ketegangan ini berpotensi memengaruhi posisi netral Kosta Rika di tengah persaingan AS-China.
"Hingga hari ini, pemerintah kita telah mematuhi perintah Presiden Joe Biden mengenai hubungan kita dengan China. Saya berharap kepada Tuhan hal ini tidak berlanjut dengan penghuni Gedung Putih yang baru," tulis Arias dalam unggahannya Februari lalu, dikutip Tico Times.