Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi jet tempur (unsplash.com/bryan robinson)
ilustrasi jet tempur (unsplash.com/bryan robinson)

Jakarta, IDN Times - Amerika Serikat (AS) menyetujui penjualan jet tempur F-16 ke Turki, setelah negara itu meratifikasi keanggotaan Swedia di NATO pada pekan ini. Lampu hijau Ankara dinilai menjadi perkembangan signifikan dalam perluasan aliansi yang semakin penting sejak invasi Rusia ke Ukraina. 

Departemen Luar Negeri AS mengirim pemberitahuan resmi kepada Kongres tentang persetujuannya atas penjualan F-16 senilai 23 miliar dollar AS (setara Rp362 T) ke Turki, bersamaan dengan penjualan jet tempur F-35 ke Yunani senilai 8,6 miliar dolar AS (setara Rp135 T), pada Jumat (26/1/2024).

Langkah tersebut dilakukan hanya beberapa jam setelah Ankara menyerahkan instrumen ratifikasi aksesi Stockholm bersama Washington, yang menyimpan dokumen aliansi, serta beberapa anggota penting Kongres mencabut keberatan mereka.

Penjualan ke Turki mencakup 40 unit F-16 baru dan peralatan untuk memodernisasi 79 armada F-16 yang ada, sementara penjualan ke Yunani mencakup 40 F-35 Lightning II Joint Strike Fighters dan peralatan terkait.

1. Penjualan F-16 ke Turki sempat terhalang persetujuan Kongres AS

Turki telah lama berupaya meningkatkan armada F-16 miliknya dan meminta jet tersebut sejak Oktober 2021. Namun, keterlambatan negara itu dalam menyetujui keanggotaan Swedia di NATO telah menjadi hambatan untuk mendapatkan persetujuan kongres AS.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah mendukung penjualan tersebut. Namun, beberapa anggota parlemen menyatakan keberatannya karena masalah HAM Ankara.

Para pejabat mengatakan, kini hambatan tersebut, termasuk yang datang dari ketua dan anggota senior senat Komite Hubungan Luar Negeri, Senator Ben Cardin, D-Md., dan Jim Risch, R-Idaho, telah berhasil diatasi.

"Persetujuan saya atas permintaan Turki untuk membeli pesawat F-16 bergantung pada persetujuan Turki atas keanggotaan Swedia di NATO. Namun jangan salah: Ini bukanlah keputusan yang saya anggap enteng," kata Cardin, salah satu dari empat komite utama yang perlu menyetujui transfer senjata, dikutip dari Al Jazeera.

2. Penundaan aksesi Swedia di NATO jadi penyebab terhalangnya persetujuan AS

Sekretaris Jenderal (Sekjen) NATO, Jens Stoltenberg (kiri), dan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan (kanan). (twitter.com/jensstoltenberg)

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, memimpin upaya diplomatik yang intens untuk menjadi perantara kesepakatan tersebut. Blinken beberapa kali mengatakan kepada presiden Turki Recep Tayyip Erdogan selama kunjungannya bahwa tidak akan ada penjualan F-16 jika Ankara menghalangi upaya Swedia untuk bergabung dengan NATO.

Turki telah menunda aksesi Stockholm selama lebih dari setahun, dengan alasan negara itu tidak menganggap serius masalah keamanan nasional Ankara, termasuk perjuangannya melawan militan Kurdi dan kelompok lain yang dianggap sebagai ancaman keamanan. Penundaan tersebut telah membuat frustrasi Washington dan sekutu NATO lainnya.

"Saya berharap dapat memulai babak baru dalam hubungan kita dengan Turki, memperluas aliansi NATO, dan bekerja sama dengan sekutu global kita dalam melawan agresi Rusia yang sedang berlangsung terhadap negara-negara tetangganya yang damai," ujar Cardin, dilansir Associated Press.

3. Kongres memiliki waktu 15 hari untuk menolak penjualan sejak pemberitahuan resmi diserahkan

ilustrasi jet tempur (unsplash.com/UX Gun)

Dikutip Deutsche Welle, jet tempur F-16 yang diproduksi oleh produsen senjata AS Lockheed Martin, adalah salah satu pesawat militer tercanggih di dunia. Itu dapat digunakan untuk pertahanan udara dan menyerang posisi darat, serta mampu terbang pada ketinggian yang sangat rendah dan dalam kondisi cuaca yang berbeda.

Seorang pejabat AS mengatakan, pihaknya tidak akan memberi lampu hijau pada penjualan tersebut sampai instrumen ratifikasi Turki atas keanggotaan Swedia tiba di Washington. Dia menyoroti sifat sensitif dari perundingan tersebut.

Setelah pemberitahuan resmi diserahkan oleh departemen luar negeri AS, Kongres memiliki waktu 15 hari untuk menolak penjualan tersebut. Setelahnya, kesepakatan itu dianggap final. Para pejabat Washington memperkirakan Kongres tidak akan memblokir penjualan tersebut, meskipun terdapat kritik terhadap Ankara dari beberapa anggota.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team