Bagi Korut, Status Negara Senjata Nuklir adalah Mutlak

Intinya sih...
- Kim Yo-jong, saudara perempuan Kim Jong Un, menyatakan Korea Utara tetap bersenjata nuklir sebagai pertahanan nasional permanen dan penting.
- Yo-jong mengecam janji bersama AS, Jepang, dan Korea Selatan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea sebagai tindakan paling bermusuhan.
Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) menyatakan statusnya sebagai negara bersenjata nuklir tidak bisa diubah. Pyongyang mengutuk janji bersama Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea Selatan untuk denuklirisasi Semenanjung Korea.
Kim Yo-jong, saudara perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, mengatakan, negaranya tidak akan pernah meninggalkan persenjataan nuklirnya. Yo-jong menegaskan, senjata nuklir merupakan komponen pertahanan nasional yang permanen dan penting.
"Kami tidak peduli dengan penyangkalan dan pengakuan siapa pun, dan kami tidak pernah mengubah pilihan kami," kata Yo-jong, dilansir dari Anadolu, Rabu (9/4/2025).
Menurutnya, Korea Utara akan tetap teguh pada pilihan mereka. Pyongyang, kata dia, tidak bisa dihalau oleh kekuatan asing.
1. AS-Jepang-Korsel ingin denuklirisasi Korut
Komentar Yo-jong muncul sebagai tanggapan atas pernyataan bersama yang dikeluarkan Kamis lalu oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Menteri Luar Negeri Jepang Takeshi Iwaya, dan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Cho Tae-yul selama pertemuan menteri luar negeri NATO di Brussels.
Dalam pertemuan itu, mereka menegaskan kembali komitmen untuk denuklirisasi Korea Utara. Yo-jong menggambarkan janji trilateral tersebut sebagai tindakan paling bermusuhan.
"Mereka melakukan penolakan langsung terhadap kedaulatan Korea Utara," ucap Yo-jong.
2. Senjata nuklir jaga keamanan nasional Korut
Yo-jong juga menegaskan kembali bahwa persenjataan nuklir Korea Utara memainkan peran penting dalam mencegah agresi dan ancaman dari kekuatan luar. Menurut dia, senjata nuklir sangat penting untuk menjaga keamanan nasional Korut.
Bagi Korut, nota kesepahaman baru AS dan Korea Selatan pada November lalu untuk meningkatkan kerja sama energi nuklir sipil merupakan ancaman besar. Padahal, AS menegaskan, inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan peluang ekonomi baru dan melawan krisis iklim.
3. Korut percepat program senjata nuklir
Pada November 2024, Utusan Khusus Korut untuk PBB, Kim Song mengumumkan negaranya akan mempercepat program senjata nuklirnya.
Program ini dilakukan setelah uji coba rudal balistik antarbenua yang dilakukan Korea Utara, menandai peningkatan ketegangan dengan negara-negara Barat.
Kim mengklaim bahwa langkah ini diperlukan untuk menghadapi ancaman dari negara-negara bersenjata nuklir yang bermusuhan. Dalam rapat Dewan Keamanan PBB, Kim menyatakan bahwa situasi kini mendekati ambang perang akibat tindakan AS yang sembrono.