Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menlu China, Jepang, Korsel Bertemu, Bahas Nuklir Korut

PM Jepang Shigeru Ishiba bersama dengan Menlu Korsel Cho Tae-yul (kiri), Menlu China Wang Yi, dan Menlu Jepang Takeshi Iwaya (kanan) di Tokyo (21/3/2025). (x.com/SpoxCHN_LinJian)
Intinya sih...
  • Korea Selatan, China, dan Jepang menegaskan kembali perdamaian di Semenanjung Korea sebagai tanggung jawab bersama.
  • Menlu China menyerukan peran Beijing, Tokyo, Seoul dalam memastikan stabilitas regional melalui peningkatan komunikasi dan kerja sama ekonomi.
  • Menlu Jepang Iwaya menegaskan posisi Jepang terhadap perang Rusia-Ukraina dan program senjata nuklir Korut serta mempromosikan kerja sama trilateral.

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel), China, dan Jepang menegaskan kembali perdamaian di Semenanjung Korea merupakan tanggung jawab dan kepentingan bersama ketiga negara. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Korsel Cho Tae-yul  setelah bertemu dengan Menlu China Wang Yi dan Menlu Jepang Takeshi Iwaya di Tokyo. 

"Sangatlah tepat waktu dan bermakna bahwa pembicaraan tiga arah hari ini berlangsung dalam konteks kita menjaga momentum kerja sama trilateral, yang dihidupkan kembali oleh pertemuan puncak tahun lalu di Seoul setelah jeda selama 4,5 tahun," kata Cho dalam konferensi pers bersama pada Sabtu (22/3/2024), dikutip dari Yonhap.

Pertemuan tersebut berlangsung di tengah meningkatnya ketidakpastian atas perdagangan dan keamanan global, menyusul kembalinya Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump ke Gedung Putih hingga perang di Ukraina.

1. China kembali membahas perjanjian perdagangan bebas trilateral

Sementara itu, Wang menyerukan peran Beijing, Tokyo, Seoul dalam memastikan stabilitas regional melalui peningkatan komunikasi, kepercayaan, dan kerja sama.

"Kami sepakat untuk terus mendorong integrasi ekonomi regional, termasuk dimulainya kembali negosiasi perjanjian perdagangan bebas," ujarnya.

Wang mengungkapkan ketiga negara memiliki populasi gabungan hampir 1,6 miliar orang dan output ekonomi melebihi 24 triliun dolar AS (sekitar Rp396 kuadriliun). Menurut Wang, dengan pasar yang luas dan potensi yang besar, ketiga negara dapat memberikan pengaruh yang signifikan, dikutip dari The Straits Times.

Di sisi lain, Iwaya mengatakan bahwa ia dan kedua mitranya sepakat untuk mempercepat proses penyelenggaraan pertemuan puncak para pemimpin trilateral secepat mungkin dan pada waktu yang tepat.

"Sangat penting bagi ketiga negara untuk mempromosikan pertukaran dan kerja sama yang berorientasi ke masa depan. Serta, membimbing kawasan dan komunitas internasional dari perpecahan menuju kerja sama," kata Iwaya, dikutip dari Kyodo News.

2. Jepang-Korsel menyerukan denuklirisasi Korut

Bendera Korea Utara. (Unsplash.com/Micha Brändli)

Mengenai perang Rusia melawan Ukraina, Iwaya menegaskan kembali posisi Jepang bahwa upaya sepihak untuk mengubah status quo dengan kekerasan tidak boleh ditoleransi di mana pun di dunia. Ia juga menyatakan kekhawatiran tentang kerja sama militer Korea Utara (Korut) dengan Moskow.

Iwaya mengatakan program pengembangan rudal dan senjata nuklir Pyongyang merupakan sumber kekhawatiran. Ia juga menyerukan kerja sama untuk menyelesaikan masalah penculikan warga negara Jepang oleh Korut beberapa dekade lalu.

Terkait Korut, Menlu Korsel mengatakan ketiga negara harus berupaya mewujudkan denuklirisasi penuh Korut. 

"Penting bagi Seoul, Tokyo, dan Beijing untuk secara setia melaksanakan sanksi Dewan Keamanan PBB terhadap Pyongyang dan melakukan upaya untuk menghentikan provokasi Korut," ungkapnya.

3. Ketidakpastian global meningatkan kerja sama bilateral dan trilateral di Asia Timur

Menlu China Wang Yi (kiri), Menlu Jepang Takeshi Iwaya, dan Menu Korsel Cho Tae-yul (kanan) dalam pertemuan trilateral di Tokyo pada 21 Maret 2025. (x.com/MofaJapan_en)

Negeri Tirai Bambu sedang bergulat dengan krisis sektor properti yang berkepanjangan. Sementara itu, Korsel sedang terperosok dalam krisis politik saat Presiden Yoon Suk Yeol menunggu putusan pemakzulan, menyusul penerapan darurat militer singkat pada Desember tahun lalu.

Di sisi lain, periode kedua Trump yang dimulai pada Januari telah menambah babak baru dalam kerja sama bilateral dan trilateral di antara ketiga negara Asia tersebut. Hal ini dipicu ancaman dari perang dagang yang semakin memanas dan persaingan antara China-AS.

Beijing, Tokyo, dan Seoul terakhir mengadakan dialog menlu pada November 2023 di Busan, Korsel. Saat itu, dihadiri oleh Wang Yi, Menlu Korsel Park Jin, dan Menlu Jepang Yoko Kamikawa. Sementara, pertemuan antara para pemimpin ketiga negara terjadi di Seoul pada Mei tahun lalu, antara Presiden Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan Perdana Menteri China Li Qiang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rahmah N
EditorRahmah N
Follow Us