Saat Khotbah Jumat, Ayatollah Khamenei Sebut Trump sebagai "Badut"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tehran, IDN Times - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khamenei, menyebut Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sebagai seorang "badut" karena berpura-pura mendukung rakyat Iran. Cemoohan itu ia sampaikan saat mengisi khotbah salat Jumat pada 17 Januari kemarin.
Dilansir dari AP, Khamenei menilai "badut-badut Amerika" tersebut punya niat sesungguhnya yaitu untuk menusukkan "belati beracun" ke punggung bangsa Iran. Saat itu juga menjadi momen langka bagi Khamenei sebagai imam salat Jumat setelah terakhir kali melakukannya pada 2012 lalu.
1. Trump membalas cemoohan Khamenei lewat Twitter
Pada Jumat malam waktu Washington DC, Trump membalas Khamenei lewat Twitter. "Yang katanya 'Pemimpin Tertinggi' di Iran, yang akhir-akhir ini tidak begitu berkuasa, punya sesuatu yang buruk yang ingin dikatakan soal Amerika Serikat dan Eropa," tulis Trump.
"Ekonomi mereka hancur dan rakyat mereka menderita. Dia seharusnya berhati-hati dengan kata-katanya!" tambah Trump. Ia juga menambahkan bahwa "alih-alih membawa Iran ke arah kehancuran, para pemimpinnya seharusnya meninggalkan teror dan Membuat Iran Berjaya Lagi!"
2. Khamenei menegaskan Iran akan bersatu
Masjid Mosalla di Tehran yang menjadi lokasi salat Jumat pun merilis pernyataan resmi untuk menegaskan kembali pesan Khamenei. "Bangsa Iran akan sekali lagi menunjukkan persatuan dan kehebatan mereka," tulis pihak masjid, seperti dilansir Al Jazeera.
Editor’s picks
Khamenei sendiri sudah berkuasa sejak 1989. Ia memegang kekuatan penuh untuk menentukan keputusan-keputusan penting di Iran. Pada salat Jumat terakhir tujuh tahun lalu, Khamenei juga memberikan pernyataan keras. Saat itu, ia menyebut Israel sebagai "kanker" dan berjanji akan membela siapa saja yang melawan Tel Aviv.
3. Khamenei menangis di pemakaman Soleimani
Khotbah Khamenei bertepatan dengan peristiwa pembunuhan Soleimani, salah satu orang penting Iran, pada 3 Januari lalu. Trump menginstruksikan serangan rudal ke mobil yang ditumpangi Soleimani saat keluar dari Bandara Internasional Baghdad. Ia tewas bersama pemimpin milisi Irak, Abu Mahdi Al-Mandis.
Di pemakaman Soleimani, Khamenei secara terbuka menunjukkan airmatanya. Di luar tempat salat jenazah, ribuan warga Tehran turun ke jalan untuk memprotes pembunuhan tersebut. Mereka meneriakkan "Kematian bagi Amerika!" sebagai bentuk kutukan.
4. Iran membalas dengan menyerang pangkalan militer yang dipakai Amerika Serikat di Irak
Sebagai bentuk balasan atas kematian Soleimani, Khamenei memerintahkan penyerangan pangkalan militer Irak, Al Asad, yang dipakai pasukan tentara Amerika Serikat. Setidaknya ada 22 misil yang ditembakkan. Awalnya, Washington mengatakan tidak ada korban luka maupun tewas dalam serangan itu karena intelijen sudah bisa mendeteksinya.
Namun, Pusat Satuan Komando Amerika Serikat akhirnya membuka bahwa ada 11 tentaranya yang menunjukkan gejala gegar otak akibat ledakan. Mereka pun dibawa ke Kuwait dan Jerman untuk mendapatkan perawatan intensif.
Baca Juga: Ayatollah Ali Khamenei Menangis di Pemakaman Qassem Soleimani
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.