Angka Harapan Hidup di Swedia Turun Akibat Pandemi COVID-19

Turun pertama kalinya sejak tahun 1944

Stockholm, IDN Times - Swedia mengalami penurunan Angka Harapan Hidup (AHH) untuk pertama kalinya sejak tahun 1944. Penurunan AHH ini memiliki kaitan langsung dengan pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia termasuk di Swedia. 

Selama ini Swedia termasuk salah satu negara dengan tingkat AHH tertinggi di dunia sebesar 82,31. Bahkan tingkat AHH di Swedia selalu meningkat secara konsisten sejak tahun 1900-2019, dilansir dari Business Insider

1. Angka Harapan Hidup Swedia turun di tahun ini

Angka Harapan Hidup di Swedia Turun Akibat Pandemi COVID-19Kerumunan orang yang berjalan di kota. unsplash.com/@mauromora

Angka Harapan Hidup di Swedia menunjukkan penurunan di tahun ini yang berkaitan langsung dengan pandemi COVID-19. Hal ini lantaran Swedia menjadi negara Nordic yang paling terdampak COVID-19 dengan tingkat rerata mortalitas yang tertinggi dibandingkan tetangganya.

Menurut Badan Statistik Swedia mengatakan apabila negara Skandinavia tersebut mengalami penurunan AHH menjadi sebesar 80,8 dari sebelumnya sebesar 81,3 untuk laki-laki. Sedangkan perempuan dari sebelumnya 84,7 menjadi 84,4, dikutip dari Bloomberg.

2. Swedia tidak berlakukan penguncian wilayah sejak awal

Angka Harapan Hidup di Swedia Turun Akibat Pandemi COVID-19Suasana malam Kota Stockholm, Swedia. instagram.com/alitaba72/

Melansir dari Business Insider, Swedia menjadi negara yang menerapkan aturan paling longar dibandingkan negara Eropa lainnya. Bahkan negara ini juga menolak untuk memberlakukan lockdown atau penguncian wilayah, meski tetap memberlakukan aturan jaga jarak dan pembatasan fisik. 

Dampaknya Swedia menjadi salah satu negara yang secara konsisten berada di antara negara yang paling terdampak COVID-19 yang dihitung berdasarkan rerata mortalitas dan tingkat penularan. Selain itu, termasuk salah satu negara yang paling lambat dalam menangani transmisi virus corona di negaranya, dilansir dari Bloomberg

Menurut Kepala bagian Kesejahteraan dan Kesehatan Swedia, Thomas Linden mengungkapkan jika, "Kita masih akan melihat peningkatan jumlah pasien yang membutuhkan perawatan. Pada gelombang ketiga ini, sistem pelayanan kesehatan di Swedia akan lebih sibuk dibandingkan sebelumnya"

Baca Juga: Menteri Energi Swedia: Indonesia Bisa Tarik Banyak Investasi di EBT

3. Belum adanya tanda herd immunity perlambat infeksi virus

Sejak awal pandemi Swedia menjadi negara yang memberlakukan kebijakan paling longar dibandingkan negara lainnya. Negara lain menerapkan aturan lockdown ketat di negaranya, tapi Swedia justru tetap membuka sekolah, toko dan restoran dengan aturan maksimum 70 orang untuk menjaga jarak. 

Meski tidak pernah diungkapkan secara langsung, namun aturan yang berlaku di Swedia tersebut mengharapkan adanya herd immunity,  yang membuat pandemi dapat terhenti dengan sendirinya setelah virus menginfeksi sebagian besar populasi untuk menciptakan antibodi. 

Namun pihak Kepala Epidemiologi di Swedia, Anders Tegnell pada hari Selasa (24/11) mengungkapkan apabila, "Kita masih belum melihat tanda imunitas dari populasi yang diprediksi akan menurunkan penularan sekarang ini"

Bahkan negara Skandinavia tersebut baru memberlakukan lockdown lokal di Uppsala pada Oktober lalu selama pandemi. Baru minggu lalu, Swedia memberlakukan pelarangan aktivitas publik lebih dari delapan orang karena semakin memburuknya situasi, dikutip dari The Independent

Baca Juga: Data Pribadi 1 Juta Warga Swedia Bocor ke Tangan Perusahaan Tech Besar

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya