Bulgaria Akhirnya Setuju Kirimkan Senjata ke Ukraina

Akhirnya bersedia memihak ke Ukraina

Jakarta, IDN Times - Parlemen Bulgaria pada Kamis (3/11/2022), akhirnya menyetujui pengiriman senjata ke Ukraina. Pasalnya, sejak awal berkecamuknya perang Rusia-Ukraina, Bulgaria tidak bersedia mengirimkan persenjataan dalam membantu Ukraina dengan sejumlah alasan. 

Belakangan ini, hubungan Rusia-Bulgaria terus memanas setelah adanya tudingan truk kontainer pembawa bom di jembatan Krimea berasal dari Bulgaria. Setelah itu, Bulgaria juga menuding Rusia ada di balik serangan siber di situs milik pemerintah negaranya. 

Baca Juga: Bulgaria Tuding Rusia Lancarkan Serangan Siber di Negaranya

1. Mayoritas anggota parlemen setuju dengan kebijakan ini

Persetujuan itu didasarkan dari sidang parlemen soal pengiriman senjata yang digelar pada Kamis kemarin. Hasilnya, mayoritas sebanyak 175 dari 240 anggota parlemen setuju mengirimkan senjata ke Ukraina. Namun, teknis pengirimannya masih akan didiskusikan ke depannya. 

Pemungutan suara ini menunjukkan hasil yang di luar dugaan. Pasalnya, partai oposisi, meliputi GERB dan Movement for Rights and Freedoms berada dalam satu arah. Sedangkan partai sayap kiri, Partai Sosialis Bulgaria dan sayap kanan, Revival menyerukan penolakannya. 

"Ketika kami mengatakan: Kami akan memberikan bantuan kemanusiaan, bukan senjata ini adalah sebuah skeptisme. Saya berharap Bulgaria akan menghentikan pandangan skeptisnya," tutur Atanas Slavov dari Partai Demokratik Bulgaria, dikutip Balkan Insight.

"Saya berekspektasi bahwa keputusan ini akan menginisiasi investasi baru dalam militer Bulgaria. Kami sudah merencanakan 2 persen PDB untuk dikontribusikan kepada sektor pertahanan nasional," tambahnya. 

Baca Juga: Bulgaria Bantah Tuduhan Rusia soal Ledakkan di Jembatan Krimea

2. Stoyanov sebut Bulgaria tidak bisa mengirimkan senjata untuk saat ini

Mendengar keputusan tersebut, Menteri Pertahanan Dimitar Stoyanov memberikan komentar bahwa dalam masa ini Bulgaria tidak dapat mengirimkan persenjataan berat ke Ukraina. Ia menyebut ini akan mengakibatkan lemahnya kapabilitas militer Bulgaria. 

Bahkan, Stoyanov diketahui keluar dari gedung parlemen sebelum pemungutan suara tersebut selesai. Ia beranggapan kemungkinan menyediakan bantuan militer adalah tindakan yang sangat konservatif. 

"Persenjataan berat, seperti S-300, S-125 dan seluruh misil anti pesawat tempur, termasuk Su-25 dan MiG-29 tidak dapat diberikan dalam waktu dekat ini. Apabila ingin memberikan bantuan, maka kami harus menyediakan senjata penggantinya," tegas Stoyanov, dikutip dari Novinite.

"Keputusan ini tidak memberikan kapan, di mana, dan apa yang akan diberikan dalam bantuan militer. Ini hanyalah keputusan dari eksekutif. Kami akan menunggu laporan resmi dari Parlemen terkait opsi yang diberikan dan kami akan menentangnya. Keinginan dari perwakilan rakyat harus diberikan, selama tidak mengurangi kemampuan kami," sambungnya. 

Baca Juga: Gak Ingin Perang Memburuk, Bulgaria Tolak Ukraina Masuk NATO

3. Terdapat demonstrasi dari warga yang menolak pengiriman senjata ke Ukraina

Meskipun banyak pihak yang mendukung kebijakan pengiriman senjata, tapi sejumlah pendukung Partai Vazrazhdane yang dikenal pro-Rusia sudah melakukan aksi unjuk rasa. Simpatisan partai itu mengungkapkan protesnya di depan gedung Parlemen Bulgaria. 

Para pendukung partai itu menginginkan Bulgaria tidak memihak dan ikut terlibat dalam konflik bersenjata di Ukraina. Mereka berharap negaranya hanya menjadi pihak yang menginisiasi perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

Dilaporkan Politico, Bulgaria telah mengalokasikan senjata dan amunisi seharga 1 miliar euro (Rp15,3 triliun) secara tidak langsung ke Ukraina. Negara Eropa Timur ini membeli persenjataan dan dikirimkan ke negara lain untuk kemudian diterjunkan ke medan perang di Ukraina. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya