Eswatini Dilanda Rentetan Demonstrasi Tolak Monarki Absolut

Pendemo inginkan reformasi ke arah demokrasi di Eswatini

Mbabane, IDN Times - Demonstrasi besar terjadi di Kerajaan Eswatini yang menuntut reformasi ke arah demokrasi. Hal ini disebabkan negara monarki kecil tersebut sudah dipimpin oleh Raja Mswati III selama lebih dari tiga dekade terakhir dan selama ini menjadi negara monarki absolut terakhir di Afrika.  

Bahkan demonstrasi di negara yang sebelumnya bernama Swaziland tersebut diwarnai dengan kerusuhan disertai kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian kepada para pendemo.  

1. Demonstran inginkan perubahan konstitusi ke arah demokrasi di Eswatini

Sejak hari Senin (28/06/2021) demonstrasi besar terjadi di Kerajaan Eswatini untuk menolak pemerintahan monarki absolut di negara tersebut. Negara kecil di selatan Benua Afrika tersebut sudah dipimpin oleh Raja Mswati III selama 35 tahun lamanya dan dituding melakukan penekanan kepada warganya. 

Bahkan selama ini negara berpenduduk 1,2 juta jiwa tersebut masih melarang dibentuknya partai politik. Maka dari itu, demonstrasi yang dimotori oleh kelompok pemuda ini bertujuan untuk menuntut reformasi konstitusional di Eswatini, sehingga penduduk memiliki hak untuk memilih secara langsung, dilansir dari CNN.

2. Demonstrasi berujung kerusuhan dengan aparat keamanan

Baca Juga: Epidemiolog: Penanganan Pandemik Afrika Lebih Baik dari Asia Tenggara

Demonstrasi yang berlangsung selama hampir satu minggu ini sudah menimbulkan kerusuhan setelah pemerintah menerjunkan aparat kepolisian untuk membubarkan massa. Dikabarkan jika petugas keamanan melakukan upaya kekerasan dengan melakukan tembakan dan menyemprotkan gas air mata kepada para pendemo untuk menerapkan aturan jam malam dari pukul 18.00 hingga 5.00 pagi hari. 

Namun diketahui Ibu kota Mbabane dan kota terbesar Mazini menjadi dua wilayah yang paling terdampak protes. Para pendemo sudah membuat barikade jalan dan menyalakan api, bahkan membakar sejumlah bisnis yang terkait dengan keluarga kerajaan. Selain itu, sejumlah pabrik, bisnis, dan truk dibakar di kawasan industri di Matsapha, dilansir dari Associated Press

3. Raja Mswati III dituduh menikmati kekayaan di atas kemiskinan warganya

Eswatini Dilanda Rentetan Demonstrasi Tolak Monarki AbsolutRaja Mswati III dari Eswatini. (twitter.com/rbarwanda)

Dilansir dari CNN, Raja Mswati III dikenal sebagai pemimpin dengan gaya hidup mewah dan poligami dengan 15 orang istri. Bahkan pada 2019 lalu, pihak kerajaan telah membeli 15 mobil Rolls-Royces and kendaraan mewah lainnya untuk semua istrinya. Di samping itu, Mswati diperkirakan memiliki kekayaan yang ditaksir mencapai 200 juta dolar AS atau Rp2,9 triliun.

Raja Mswati III yang sudah memimpin Eswatini sejak 1986 disebut menikmati kemewahan di atas penderitaan warganya. Pasalnya negara di selatan Afrika yang hanya berpenduduk 1,2 juta tersebut memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi. 

Namun selama ini raja berusia 53 tahun tersebut menolak tuduhan yang menyebutnya otoriter dan menikmati gaya hidup mewah bersama 15 istrinya. Di samping itu, pada kerusuhan kali ini Mswati disebut melarikan diri dari negaranya, namun kabar tersebut ditolak oleh para pejabat, dikutip dari Reuters.

Baca Juga: 2 Bersaudara di Afrika Selatan Bawa Kabur Bitcoin Senilai Rp52 Triliun

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya