Honduras Terapkan Jam Malam usai Insiden Pembunuhan Massal

Insiden kekerasan di Honduras terus berlanjut

Jakarta, IDN Times - Presiden Honduras, Xiomara Castro, menetapkan aturan jam malam pada area yang terdampak kasus kekerasan akibat aksi geng penyelundup narkoba. Pemberlakukan jam malam diumumkan pada Minggu (25/6/2023).

Insiden ini menambah panjang rentetan kekerasan di negara Amerika Tengah itu dalam beberapa bulan terakhir. 

Pekan lalu, publik Honduras digegerkan dengan kasus kerusuhan di dalam penjara perempuan. Insiden tersebut mengakibatkan 48 narapidana tewas dan diduga kuat akibat perselisihan antargeng narkoba. 

Baca Juga: Baru Lengket, Presiden Honduras Kunjungi China

1. Sebanyak 21 orang tewas di Choloma dan San Pedro Sula

Castro mengumumkan penetapan jam malam di Choloma dan San Pedro Sula diberlakukan selama 15 hari ke depan. Setelah terjadi insiden pembunuhan massal yang mengakibatkan 21 orang tewas. Korban tewas di Choloma berjumlah 13 dan 8 lainnya di San Pedro Sula. 

"Sejumlah operasi, penyergapan, penangkapan, dan pengecekan di perbatasan akan dimulai dalam 14 jam sehari. Penetapan jam malam untuk wilayah Choloma sudah diberlakukan mulai hari ini," terang Castro, dikutip Telesur.

"Saya sudah memberlakukan aturan keamanan kepada mereka dalam melawan serangan teroris brutal yang mana mereka dijadikan subjek oleh pelaku kriminal dan diatur oleh gembong narkoba yang beroperasi tanpa hukuman di koridor narkoba Lembah Sula," tambahnya. 

Sebanyak 2 dari 13 korban tewas di San Pedro Sula diketahui sebagai seorang perempuan dan anaknya. Keduanya hadir di gedung tersebut untuk merayakan acara ulang tahun. 

Baca Juga: 41 Perempuan Tewas akibat Kerusuhan di Penjara Honduras

2. Pelaku menembak tepat pada acara ulang tahun di San Pedro Sula

Serangan di Choloma terjadi di area permukiman Victoria pada Sabtu (24/6/2023) malam. Pelaku langsung masuk ke dalam acara ulang tahun dan menembakkan peluru kepada para tamu. Jenazah 13 orang tersebut sudah dibawa ke rumah duka. 

Akibat kejadian ini, Presiden Castro sudah menyetujui Operation Candado Valle de Sula pada Minggu (25/6/2023). Operasi tersebut dipimpin langsung oleh Menteri Keamanan, Jenderal Gustavo Sanchez yang memberi komando kepada pejabat militer dan polisi. 

Dilaporkan El Pais, Castro juga sudah menginstruksikan akan memberikan hadiah sebesar 800 ribu lempiras atau Rp490,3 juta bagi siapapun yang bisa memberikan informasi pelaku insiden pembunuhan massal Choloma. Ia pun masih akan mengumumkan aturan baru dalam beberapa jam ke depan. 

Baca Juga: Honduras Terjunkan Personel Militer Perangi Geng Kriminal

3. Honduras terus dirundung kekerasan dari geng narkoba

Honduras terus dilanda rentetan kasus kekerasan yang menimbulkan korban jiwa setiap harinya. Selain diteror oleh geng kriminal terbesar di Amerika Tengah, Mara Salvatrucha (MS-13) dan Barrio 18, Honduras juga terancam oleh aktivitas geng penyelundup narkoba. 

Otoritas Honduras pun terus berupaya menstabilkan situasi di bagian utara, termasuk di San Pedro Sula yang dikenal sebagai salah satu kota paling berbahaya. Pasalnya, lebih dari 80 persen industri manufaktur dan tekstil berada di kota kedua terbesar di Honduras tersebut. 

Sebelum penetapan operasi militer di bagian utara. Pemerintah Honduras sudah menerjunkan 20 ribu personel militer ke wilayah selatan untuk melawan aktivitas penyelundupan narkoba dan kriminalitas lainnya dalam Plan Seguridad II. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya