Kuba Sebut Intervensi Parlemen Eropa Melanggar Kedaulatan

Tolak rencana sanksi kepada Miguel Diaz-Canel

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Kuba, pada Rabu (12/7/2023), mengecam keputusan Parlemen Eropa yang dianggap mengintervensi urusan negaranya. Mereka menyebut tindakan Uni Eropa (UE) tidak berlandaskan penghormatan politik dan hukum kepada Kuba. 

Sehari sebelumnya, Kuba mengecam aksi Amerika Serikat (AS) yang mengirimkan kapal selam nuklir di Teluk Guantanamo. Havana mengecam pendudukan Guantanamo dan menganggap tindakan tersebut adalah provokasi dari Washington. 

1. Kuba samakan sikap Uni Eropa dengan AS

Parlemen Kuba menyebut bahwa tindakan UE, yang berencana memberikan sanksi kepada Kuba, tidak bermoral dan tidak sesuai dengan aturan politik. Pihaknya menyamakan UE dengan AS yang mengisolasi negaranya selama 60 tahun. 

"Parlemen Eropa tidak memiliki otoritas hukum secara moral maupun politik untuk menghakimi Kuba. Aksi ini dapat memberikan keraguan atas objektivitas UE yang ingin memperbaiki hubungan dengan Amerika Latin dan Karibia," terang Parlemen Kuba, dikutip Reuters

"Ini menunjukkan bahwa standar ganda telah diputuskan oleh Parlemen Eropa tanpa memperhatikan bagaimana anggotanya sendiri dan negara lain di dunia. Resolusi itu seperti halnya tindakan AS untuk mengisolasi Kuba dan berdampak buruk pada rakyat kami," tambahnya. 

Parlemen Kuba menambahkan, tindakan UE adalah bentuk intervensi urusan dalam negeri di negaranya. Kuba juga menyebut bahwa orang-orang yang ditahan memang melakukan aksi kriminalitas, berupa penyerangan, vandalisme, dan upaya separatisme. 

Baca Juga: Kuba Kecam Penempatan Kapal Selam Nuklir AS di Guantanamo

2. Parlemen Eropa setuju beri sanksi kepada Miguel Diaz-Canel

Kecaman Havana didasarkan pada keputusan Parlemen Eropa yang mengutuk kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Kuba. Pihaknya pun meminta agar sanksi dijatuhkan kepada orang yang bertanggung jawab, termasuk Presiden Kuba, Miguel Diaz-Canel. 

Resolusi tersebut disetujui oleh 359 anggota parlemen. Sedangkan, 226 anggota lainnya menolak dan 50 lainnya tidak memilih. Parlemen Eropa menyebut bahwa pemerintah Kuba menekan dan mendesak pembebasan tahanan politik lantaran ikut demonstrasi, dilaporkan Europa Press

Pada Mei lalu, Perwakilan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, berkunjung ke Kuba dan mengatakan bahwa Perwakilan Khusus HAM Uni Eropa, Eamon Gilmore akan berkunjung ke negara Karibia tersebut. Ia akan mengevaluasi konsekuensi dari demonstrasi 2021. 

3. Kapal perang Rusia singgah di Havana

Pada Selasa (11/7/2023), kapal perang Rusia, Perekop telah tiba di Havana. Kapal itu rencananya akan singgah di di Kuba selama 4 hari. Awak kapal juga mempersilakan bagi warga Kuba untuk melihat dan memberikan tur di dalam kapal. 

Kunjungan ini merupakan kali pertama kapal perang Rusia singgah di Kuba selama bertahun-tahun. Banyak yang menduga bahwa kunjungan itu bentuk penguatan kembali hubungan diplomatik Rusia-Kuba sejak berakhirnya Perang Dingin, dilansir CNN.

Sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina, relasi Kuba-Rusia makin erat. Kuba mendukung Rusia meginvasi Ukraina dan mengutuk ekspansi NATO yang terus mendesak Rusia. Sedangkan Moskow mengecam blokade ekonomi Washington terhadap Havana. 

Sebelumnya, Kuba-Rusia sudah menyetujui pertukaran delegasi tingkat tinggi, termasuk memperbolehkan warga Rusia meminjam tanah di Kuba hingga 30 tahun. Dengan itu, investor Rusia boleh mendirikan fasilitas wisata, supermarket, dan lainnya. 

Baca Juga: Kuba Tuduh AS Biayai Unjuk Rasa Akbar Tahun 2021

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya