Mendagri Guatemala Ditangkap karena Tolak Bubarkan Demo

Tolak lakukan kekerasan untuk membubarkan demonstran

Jakarta, IDN Times - Kementerian Publik Guatemala, pada Kamis (11/1/2024), menangkap mantan Menteri Dalam Negeri David Napoleón Barrientos karena menolak melakukan kekerasan dalam membubarkan demonstrasi akbar yang sempat melumpuhkan negara Amerika Tengah itu pada Oktober 2023. 

Barrientos diketahui memilih menggunakan jalur diplomasi untuk menyelesaikan persoalan di negaranya. Namun, Kementerian Publik menganggap Barrientos telah lalai dalam melangsungkan tugasnya untuk menjaga stabilitas negara dengan membuka blokade. 

Guatemala masih dirundung krisis politik setelah serangkaian penolakan Kejaksaan Agung terhadap hasil pemilu yang memenangkan calon presiden Bernardo Arevalo. Aksi tersebut memicu penolakan dari berbagai elemen masyarakat dan menuntut Jaksa Agung Consuelo Porras mundur. 

1. Barrientos ditangkap di rumahnya di Guatemala City

Polisi Guatemala melakukan operasi penangkapan mantan Mendagri Barrientos di rumahnya di Guatemala City bagian timur. Ketika dibawa aparat keamanan, Barrientos pun mengatakan bahwa tidak tahu alasan di balik penangkapannya ini. 

Dilansir CNN, Barrientos sudah dibawa ke pengadilan untuk selanjutnya mendapat proses hukum. Ketika ditanya, ia pun mengatakan bahwa apa yang dilakukannya sudah benar untuk tidak menciptakan kerusuhan di Guatemala. 

"Keputusan untuk menyelesaikan demonstrasi lewat diplomasi dan menghindari kekerasan dan menyulut kerusuhan di Guatemala adalah benar. Saya tenang dalam menghadapi ini dan kami sebagai Kemendagri sudah melakukan apa seharusnya dilakukan," ujar Barrientos. 

Setelah menolak menggunakan kekerasan dalam membuka blokade demonstran sesuai anjuran dari Kementerian Publik, Barrientos pun akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Mendagri. 

Baca Juga: AS Batasi Visa kepada 300 Anggota Parlemen Guatemala

2. AS kecam penangkapan Barrientos di Guatemala

Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS) untuk Benua Amerika, Brian Nichols, mengecam penangkapan Napoleon Barrientos. Ia menyebut tindakan dari Kementerian Publik tidak mencerminkan demokrasi. 

"Kami mengecam aksi terbaru dari aktor non-demokratik di Guatemala, termasuk penangkapan mantan Menteri Dalam Negeri Napoleon Barrientos atas pembelaan terhadap hak-hak demonstrasi damai yang dimiliki rakyat Guatemala," terangnya, dikutip Prensa Libre.

Di sisi lain, Sekretaris Jenderal OAS (Organization of American States) Luis Almagro mengutuk tindakan dari Kejaksaan Agung Guatemala. Ia menyebut tindakan itu tidak mencerminkan hukum demokrasi.

"Penangkapan dan persekusi kepada Barrientos mencerminkan lemahnya kapabilitas serta peran dari anggota parlemen dan aksi ini termasuk sebuah pelanggaran hukum demokratik di Guatemala," ujarnya. 

3. Arevalo umumkan kabinet pemerintahannya

Mendagri Guatemala Ditangkap karena Tolak Bubarkan DemoPresiden terpilih Guatemala, Bernardo Arevalo (tengah). (twitter.com/BArevalodeLeon)

Pada Senin (8/1/2024), Presiden terpilih Guatemala Bernardo Arevalo sudah mengumumkan kabinet pemerintahannya di tengah berlanjutnya investigasi terhadap partainya. Pengumuman ini dilakukan sebelum acara pelantikannya yang digelar pada Minggu (14/1/2024). 

Dilaporkan Associated Press, Arevalo sudah memilih menteri perempuan dan laki-laki yang seimbang dan ini diketahui sebagai yang pertama dalam sejarah Guatemala. Ia pun cenderung memilih staf dari luar partainya untuk menduduki jabatan penting dalam pemerintahan. 

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa pilihannya adalah orang-orang yang terhormat dan ia pun berjanji untuk menciptakan komisi anti-korupsi dalam menganalisa kinerja dari administrasinya. 

Baca Juga: Kejaksaan Guatemala Klaim Pemilu Tidak Sah, Desak Presiden Mundur

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya