Pemberontak Deklarasikan Balas Dendam atas Rezim Militer Chad

Chad di ambang perang saudara

Jakarta, IDN Times - Kelompok pemberontak FACT (Front for Change and Concord in Chad) dan CCMSR (Conseil de commandement militaire pour le salut de la République) mengancam, pada Rabu (23/8/2023), akan melawan pemerintahan militer Chad.

Beberapa pekan terakhir, situasi di Chad kembali memanas setelah serangan dan pertikaian antara pasukan militer dengan pemberontak. Alhasil, perjanjian gencatan senjata yang disetujui pada 2021 terancam berakhir. 

1. FACT dan CCMSR tidak akan diam melawan junta militer

Pemimpin FACT, Mahamat Barh Béchir Kindji, mengungkapkan bahwa serangan yang dilancarkan militer Chad begitu besar. Dia berjanji tidak akan tinggal diam.

"Kami tidak akan duduk diam dalam menghadapi serangan-serangan dari militer. Kami mengecam serangan udara baru-baru ini yang menargetkan pangkalan militer kami di Libya bagian selatan," tutur Kindji, dikutip RFI.

Di sisi lain, anggota CCMSR Issa Ali Youssof berjanji akan melancarkan serangan kepada rezim militer di saat yang tepat. Ia menyebut dialog perdamaian antara pemerintah dan pemberontak menguntungkan sepihak. 

"Kami berpartisipasi dalam negosiasi di Doha tahun lalu, tetapi kami tidak menandatangani perjanjian itu. Tujuan kami adalah kebebasan untuk rakyat Chad dari sistem represif yang didera oleh seluruh penduduk selama bertahun-tahun," terangnya. 

Baca Juga: Aljazair Tolak Izin Terbang Prancis untuk Operasi Militer di Niger

2. FACT umumkan berakhirnya gencatan senjata

Pemberontak FACT mengumumkan berakhirnya gencata senjata yang disepakati pada 2021, setelah menuding pemerintah yang dipimpin Presiden Mahamat Idriss Deby mengebom pangkalan militernya pekan lalu. 

"Junta militer yang berkuasa di Chad baru saja mendeklarasikan perang kepada kami. Berdasarkan aksi ini, FACT memutuskan mengakhiri sepihak deklarasi gencatan senjata yang disetujui pada April 2021. Kami memastikan kembali bahwa junta dan reaksinya akan cepat dan tidak terkontrol," ungkap perwakilan FACT, dikutip Reuters.

FACT merupakan salah satu militan yang paling aktif di Chad. Mereka sempat mengadakan operasi militer di bagian utara negeri dan bahkan membuat eks Presiden Idriss Deby terluka dan tewas pada April 2021. 

Kala itu, FACT bahkan sukses menjangkau 300 km dari ibu kota N'Djamena, tapi mereka berhasil dipukul mundur oleh militer.

3. Presiden Deby Itno kunjungi area konflik

Pekan lalu, Presiden Mahamat Idriss Déby Itno mengadakan kunjungan ke Bardai, kota di bagian utara Chad, tempat serangan yang diduga dari kelompok pemberontak CCMSR kepada militer. 

"Tujuan utama dari kunjungan ini adalah inspeksi mendadak dan peningkatan kesiapan aparat dalam menghadapi serangan oleh pasukan bersenjata yang diklaim berasal dari kelompok pemberontak CCMSR," ungkap juru bicara Kepresidenan Chad, Brah Mahamat, dilansir Africa News.

Serangan terjadi pada 9-10 Agustus malam oleh sekelompok pemberontak dengan begitu cepat di Wour dan Kouri. Serangan ini mengakibatkan tiga personel militer Chad dan dua pemberontak tewas.

Baca Juga: PBB: 60 Ribu Warga Sudan Mengungsi ke Chad Sejak Konflik Dimulai 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya