Presiden Kazakhstan Umumkan Pilpres Digelar 20 November

Tokayev ingin ubah sistem politik Kazakhstan

Jakarta, IDN Times - Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev pada Rabu (21/9/2022), mengumumkan tanggal penyelenggaraan pemilihan presiden tahap awal. Pilpres akan dimulai pada 20 November mendatang untuk melakukan perubahan dan transformasi politik di negaranya. 

Pekan lalu, Tokayev telah setuju mengembalikan nama ibu kota dari Nur-Sultan menjadi Astana. Hal ini disebut sebagai langkah politik menjauhkan namanya dari Nazarbayev yang pamornya terus merosot setelah demonstrasi antipemerintah pada awal tahun ini. 

Baca Juga: Kazakhstan Bantah Kabar Akan Keluar dari CSTO

1. Tokayev inginkan sistem pemerintahan baru di Kazakhstan

Pernyataan tersebut disampaikan Tokayev melalui publikasi Kantor Kepresidenan Kazakhstan pada Rabu. Pengumuman ini menanggapi keputusan pilpres luar biasa yang diucapkan pada 1 September lalu. 

"Sebuah mandat baru dari masyarakat dibutuhkan untuk kesuksesan implementasi reformasi fundamental dan komprehensif dalam menciptakan sebuah negara Kazakhstan yang adil," tutur Tokayev, dilansir The Astana Times

Selain itu, presiden berusia 69 tahun itu mengumumkan pemilu parlemen dan pemerintah lokal sesuai dalam pemilu luar biasa. Tindakan ini dimaksudkan mengubah tatanan dari seluruh pemerintahan Kazakhstan yang baru. 

"Saya mengumumkan kepada seluruh warga negara sebagai rasa tanggung jawab, menerapkan prinsip demokrasi, hukum, dan keteraturan, dan menunjukkan kohesi dan persatuan dari seluruh rakyat kami," tambahnya. 

Baca Juga: Kunjungi Kazakhstan, Paus Fransiskus Kritik Perang Rusia di Ukraina

2. Masa jabatan presiden di Kazakhstan hanya boleh satu periode

Keputusan Tokayev ini datang setelah ia resmi menandatangani undang-undang baru terkait penggantian nama ibu kota dan pengubahan periode jabatan presiden pekan lalu. Maka dari itu, presiden di Kazakhstan hanya boleh menjabat satu periode dengan masa jabatan 7 tahun. 

Sebelumnya, pemimpin di Kazakhstan hanya diperbolehkan memimpin selama dua periode dengan masa jabatan 5 tahun. Tokayev menganggap ini adalah bagian dari kampanyenya untuk mengubah sistem lama dan menciptakan Kazakhstan baru, dilaporkan RFE/RL.

Kendati demikian, terdapat sejumlah kritik yang menyebut bahwa ini hanya sebuah pencitraan dan tidak mengubah sistem autokratik di Kazakhstan. Pasalnya, negara pecahan Uni Soviet tersebut sudah dirundung maraknya kasus korupsi dan nepotisme selama bertahun-tahun. 

Baca Juga: Kazakhstan Hukum Orang yang Gambar Simbol Z di Monumen PD II

3. Tokayev sudah umumkan sejumlah kebijakan baru di Kazakhstan

Presiden Kazakhstan Umumkan Pilpres Digelar 20 NovemberBendera Kazakhstan di Nur Sultan. (instagram.com/startswithanf)

Pada bulan ini, Tokayev sudah mengumumkan beberapa perubahan dalam menunjang reformasi di negaranya. Kebijakan itu termasuk meningkatkan upah minimum dan mengalokasikan sebagian investasi nasional untuk penduduk di bawah 18 tahun agar dapat membayar uang kuliah dan membeli rumah, dilansir Al Jazeera.

Perubahan politik Tokayev ini dilakukan setelah terjadinya protes besar-besaran di Kazakhstan pada Januari lalu. Demonstrasi yang diikuti 12 ribu orang itu telah mengakibatkan 240 orang tewas dan 4.600 lainnya terluka. 

Setelah itu, presiden berusia 69 tahun itu memutuskan untuk menjadi sosok pemimpin independen di Kazakhstan dan memutus hubungan dengan Nazarbayev. Pasalnya, mayoritas warga mengira Nazarbayev tetap mengontrol negara itu dari belakang, meski sudah menyerahkan jabatannya. 

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya