Venezuela-Guyana Setuju Selesaikan Sengketa Wilayah Lewat Diplomasi

Berjanji tidak akan gunakan kekerasan

Jakarta, IDN Times - Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan Presiden Guyana Irfaan Ali, pada Kamis (14/12/2023), mengadakan pertemuan pertama di St. Vincent dan Granada. Keduanya bertemu di tengah ketegangan usai referendum untuk mengklaim teritori di bagian barat Sungai Esequibo itu. 

Sengketa wilayah antara Venezuela dan Guyana kembali naik ke permukaan setelah Georgetown memulai lelang pengeboran minyak di lepas pantai Esequibo pada September lalu. Caracas bahkan menyebut Amerika Serikat (AS) berniat mengambil alih sumber daya alamnya di Esequibo. 

1. Maduro-Ali setuju tidak akan mengancam satu sama lain

Dalam negosiasi tersebut, Maduro dan Ali sepakat melanjutkan penyelesaian sengketa wilayah Esequibo lewat jalur diplomasi. Pertemuan itu juga dihadiri oleh perwakilan dari CARCOM (Caribean Community) dan Community of Latin American and Caribbean States (CELAC) sebagai penengah. 

Setelah acara berakhir, Perdana Menteri Saint Vincent dan Granada sekaligus Presiden CARICOM, Ralph Gonsalves, dan PM Dominica Roosevelt Skerrit membacakan hasil kesepakatan kedua pihak. 

"Venezuela dan Guyana setuju secara langsung maupun tidak langsung, mereka tidak akan mengancam satu sama lain atau menggunakan paksaan dalam kondisi apapun, termasuk dengan mengungkit segala macam kontroversi antara kedua negara," terang Gonsalves dikutip Telesur

Selain itu, dalam poin kedua, Venezuela-Guyana setuju menyelesaikan sengketa sesuai dengan hukum internasional, termasuk Perjanjian Jenewa yang disetujui oleh Venezuela dan Inggris Raya pada 17 Februari 1966. 

Baca Juga: Helikopter Guyana Jatuh di Wilayah Sengketa dengan Venezuela

2. Ali menegaskan bahwa Esequibo sah milik Guyana

Sehari sebelumnya, Presiden Irfaan Ali mengungkapkan bahwa wilayah Esequibo bukanlah subjek diskusi, negosiasi, atau area yang perlu dipikirkan. Ia menegaskan wilayah tersebut adalah sah milik Guyana. 

"Seluruh wilayah Esequibo dimiliki oleh Guyana. Tidak ada narasi atau propaganda yang dapat mengubah kenyataan ini. Ini adalah wilayah Guyana," tegasnya, dilansir Associated Press

"Guyana bukanlah negara agresor. Guyana tidak menginginkan peperangan, tetapi Guyana mempertahankan haknya untuk bekerja dengan seluruh pihak dalam memastikan pertahanan negara kami," sambungnya. 

Di sisi lain, menjelang digelarnya negosiasi kedua negara, Maduro menyatakan bahwa ia dan seluruh negara di Amerika Latin dan Karibia tetap menjadi zona damai dan jauh dari peperangan. 

3. Mendapat sambutan baik dari negara-negara di Amerika

Mendengar persetujuan kedua pihak untuk menyelesaikan sengketa lewat jalur diplomasi, Preisden Kuba Miguel Diaz-Canel menyambut baik kesepakatan itu. Ia pun mendukung penuh perdamaian di Amerika Latin. 

Selain itu, Menteri Luar Negeri Honduras Enrique Reina turut menyambut baik langkah kedua negara. Ia pun mendukung penuh kedaulatan kedua negara dan mempromosikan perdamaian untuk menyelesaikan masalah ini. 

Juru bicara Kepresidenan Amerika Serikat (AS) John Kirby mengatakan, pemerintah AS terus memantau tensi kedua negara. Ia mengaku tidak menginginkan timbulnya konflik akibat ketegangan Venezuela-Guyana. 

"Tidak ada alasan untuk timbulnya konflik antara Venezuela dan Guyana. Diplomat kami akan terlibat secara tanggap dan tepat waktu dalam menyelesaikan dan meredam tensi," ungkapnya. 

Baca Juga: Brasil Terjunkan Militer ke Perbatasan Venezuela-Guyana

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya