Warga Haiti Demo Tuntut Jaminan Keamanan dari Pemerintah

Geng kriminal semakin bar-bar

Jakarta, IDN Times - Ribuan warga Haiti, pada Senin (7/8/2023), menggelar demonstrasi di Port-au-Prince untuk menolak tingginya aksi kejahatan di dalam negeri. Mereka juga menuntut pemerintah memberikan perlindungan kepada warga dari ancaman geng kriminal yang kian mengerikan. 

Situasi keamanan di Haiti semakin tidak menentu setelah pemerintah tidak sanggup melawan geng kriminal.

Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, juga meminta bantuan komunitas internasional dalam meringkus geng kriminal yang semakin merajalela di negaranya.  

1. Aktivitas warga terganggu akibat ulah geng kriminal

Demonstran mengadakan long-march di area pusat kota Port-au-Prince untuk mendesak pemerintah menjamin keamanan warganya. Mayoritas demonstran berasal dari wilayah paling terdampak kriminalitas.

Dilansir Associated Press, demonstran mengadakan long-march dari wilayah Carrefour-Feuilles ke Champ de Mars di area pusat kota yang ditempuh selama 2 jam sambil menyerukan, "Kami menginginkan keamanan!". Mereka pun melanjutkan aksinya dengan berjalan ke area rumah PM Henry. 

Salah seorang demonstran bernama Wilene Joseph mengatakan, ia tidak dapat bekerja dan tidak bisa keluar rumah. Padahal, ia bekerja sebagai pedagang kali lima untuk menghidupi dua orang anaknya. 

"Saya khawatir anak-anak saya tertembak karena peluru beterbangan dari semua arah setiap saat. Situasi ini tidak dapat lagi diterima," katanya. 

Baca Juga: Haiti Makin Gawat, AS Perintahkan Warga dan Pejabatnya Cabut

2. Kasus pembunuhan dan penculikan di Haiti melonjak

Kekerasan di Haiti semakin menjadi-jadi usai pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021. Bahkan, geng kriminal sudah mengambil alih 80 persen teritori ibu kota Port-au-Prince dan terus menebar ancaman kepada warga. 

Menurut laporan PBB, tercatat lebih dari 1.600 orang tewas dibunuh, terluka, diculik oleh geng kriminal untuk periode Januari-Maret 2023. Bahkan, jumlah itu 30 persen lebih besar dibandingkan 3 bulan terakhir 2022. 

UNICEF juga mengumumkan tingginya penculikan di Haiti yang hampir menyentuh 300 kasus sepanjang tahun ini. Jumlahnya menyamai total kasus tahun lalu dan hampir tiga kali lipat dari total kasus 2021. 

PBB menambahkan bahwa 5,2 juta, hampir setengah penduduk Haiti, membutuhkan bantuan kemanusiaan. Organisasi itu juga mendesak segera masuknya bantuan internasional ke Haiti untuk mengembalikan stabilitas negara. 

3. Jamaika akan kirim polisi ke Haiti

Perdana Menteri Jamaika, Andrew Holness, akan ikut mengirimkan personel kepolisian ke Haiti untuk melawan geng kriminal. Negara Karibia itu akan bergabung dengan Kenya dan Bahama yang sudah mengumumkan niatnya. 

Dilaporkan Telesur, ia menyebut bahwa pengiriman polisi bersama Bahama dan Kenya ke Haiti masih menunggu persetujuan dari PBB. Pasukan Jamaika yang akan dikirimkan ke Haiti akan dinamakan pasukan gabungan CARICOM. 

Holness menambahkan, kolaborasi Jamaika di Haiti tidak akan melemahkan kapabilitas negaranya melawan kriminal di dalam negeri. Namun, keputusan ini dianggap sebagai komitmen solidaritas dan simpati kepada rakyat Haiti. 

Baca Juga: PBB Tak Sanggup Lagi Beri Makan 100 Ribu Warga Haiti yang Kelaparan

Brahm Photo Verified Writer Brahm

-

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya