Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera Tiongkok. (Unsplash.com/Macau Photo Agency)

Jakarta, IDN Times - China telah mengeksekusi seorang pria yang menikam hingga seorang anak sekolah Jepang di Shenzhen meninggal dunia pada September tahun lalu.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kedutaan Besar Jepang di Beijing, yang mengatakan bahwa pihaknya diberitahu tentang eksekusi tersebut oleh Kementerian Luar Negeri China pada Senin (21/4/2025), dilansir Kyodo News.

1. Pelaku pembunuhan tidak mengajukan banding

Laki-laki berusia 40-an tersebut bernama Zhong Changchun. Ia dijatuhi hukuman mati pada Januari oleh pengadilan distrik di kota China tersebut. Pengadilan menggambarkan tindakan itu sebagai sesuatu yang sangat jahat.

Laki-laki yang berasal dari Provinsi Jiangxi itu mengatakan pada 24 Januari bahwa ia berharap dapat berbicara dengan keluarga korban, serta Kedutaan Besar Jepang di China. Meski begitu, ia tidak mengatakan bahwa ia secara khusus menargetkan warga negara Jepang. Terkait hukuman yang diterimanya, Zhong tidak mengajukan banding.

Penusukan pada 18 September 2024 terjadi saat anak laki-laki berusia 10 tahun itu sedang dalam perjalanan menuju sekolah Jepang di Shenzhen, Provinsi Guangdong. Korban ditikam di perutnya dengan pisau dan meninggal keesokan harinya. Ia merupakan anak dari seorang ayah berkebangsaan Jepang dan ibu berkebangsaan China. 

2. Tokyo desak China menjamin keselamatan warga Jepang

Bendera Jepang. (Unsplash.com/ Roméo A.)

Kedutaan Jepang menyatakan bahwa pembunuhan ini merupakan kriminalitas yang tidak dapat dimaafkan. 

"Kami menanggapi eksekusi tersebut dengan sangat serius. Sehubungan dengan insiden ini, Jepang akan terus mengambil semua langkah keamanan yang memungkinkan dan mendesak pihak China untuk menjamin keselamatan warga negara Jepang di China," kata kedutaan tersebut, dikutip dari BBC.

Penusukan terjadi pada peringatan 93 tahun pengeboman Jepang terhadap jalur kereta api dekat Shenyang, yang menandai dimulainya Insiden Manchuria yang memicu invasi Jepang ke China timur laut.

3. Memicu ketegangan diplomatik Tokyo-Beijing

Pekan lalu, pemerintah Jepang mengatakan bahwa seorang lelaki China juga telah dieksekusi. Dia dihukum karena membunuh seorang perempuan China dan melukai dua warga Jepang dalam serangan pisau pada Juni lalu di halte bus sekolah Jepang di Suzhou dekat Shanghai.

Serangkaian insiden meningkatkan kekhawatiran di kalangan warga Negeri Sakura yang tinggal di China. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan Jepang termasuk Toyota, untuk meminta staf mereka mengambil tindakan pencegahan. Perusahaan-perusahaan lain, seperti Panasonic, menawarkan tiket pesawat pulang gratis bagi para karyawannya.

Peristiwa ini juga telah mengirimkan gelombang kejutan ke kedua negara dan memicu ketegangan diplomatik. Serta, menyoroti nasionalisme yang tidak terkendali di media sosial China, yang telah memicu sentimen anti-asing dalam beberapa tahun terakhir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N