Boeing dan Airbus Desak AS Tunda Peluncuran Layanan 5G

Alasannya karena ada dampak sangat besar di penerbangan

Illinois, IDN Times - Dua maskapai besar di dunia, Boeing dan Airbus, mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk menunda peluncuran layanan telepon 5G dalam pernyataannya pada Selasa (21/12) waktu setempat. Alasannya, karena layanan 5G memiliki dampak yang sangat besar terhadap industri penerbangan.

1. Kedua pemimpin tersebut mengirimkan sebuah surat kepada Menteri Transportasi AS

Dilansir dari BBC, bos dari dua pembuat pesawat terbesar di dunia ini telah meminta
pemerintah AS untuk menunda peluncuran layanan telepon 5G baru.

Eksekutif puncak di Boeing dan Airbus memperingatkan bahwa teknologi tersebut dapat memiliki dampak negatif yang sangat besar pada industri penerbangan.

Kekhawatiran sebelumnya telah dikemukakan bahwa spektrum C-Band 5G nirkabel dapat mengganggu elektronik pesawat.

Dalam surat yang disampaikan kepada Menteri Transportasi AS, Pete Buttigieg, interferensi 5G dapat berdampak buruk pada kemampuan pesawat untuk beroperasi dengan aman.

Surat itu sendiri mengutip penelitian oleh kelompok perdagangan Airlines for America yang
menemukan bahwa jika aturan 5G di Administrasi Penerbangan Federal (FAA) yang berlaku pada tahun 2019 lalu, sekitar 345 ribu penerbangan penumpang dan 5.400 penerbangan kargo akan memghadapi penundaan, pengalihan, atau pembatalan.

Industri penerbangan dan FAA AS telah menyuarakan keprihatinan tentang potensi gangguan 5G dengan peralatan pesawat sensitif seperti pengukur ketinggian radio.

Dalam sebuah pernyataan di pihak Airbus menjelaskan bahwa Airbus dan Boeing telah bekerja dengan pemangku kepentingan industri penerbangan lainnya di AS untuk memahami potensi gangguan 5G dengan altimeter radio.

"Proposal Keselamatan Penerbangan untuk mengurangi potensi risiko telah diajukan untuk
dipertimbangkan ke Departemen Transportasi AS," ungkap pernyataan dari Airbus seperti yang dilansir dari BBC.

2. Beberapa hari lalu, maskapai penerbangan AS telah memperingatkan rencana itu

Baca Juga: Dua Pesawat Boeing Qatar Airways Khusus untuk Angkut Logistik WSBK 

Pada Rabu (15/12) lalu, maskapai penerbangan utama AS memperingatkan bahwa rencana oleh operator nirkabel untuk menggunakan spektrum untuk layanan nirkabel 5G mulai (5/1/2022) ini dapat mengganggu ribuan penerbangan harian dan merugikan penumpang udara sebesar 1,6 miliar dolar AS atau setara dengan Rp22,8 triliun per tahun akibat penundaan.

Kepala Eksekutif United Airlines, Scott Kirby, mengatakan perusahaan AT&T dan Verizon
Communications harus menunda rencana untuk menggunakan spektrum C-Band untuk layanan 5G.

Kirby juga menambahkan itu berarti bahwa di bandara-bandara besar AS jika terjadi cuaca
buruk, awan, atau bahkan kabut asap tebal, pada dasarnya hanya dapat melakukan pendekatan visual.

Sebuah kelompok perdagangan nirkabel, CTIA, mengatakan ketakutan industri penerbangan
bergantung pada informasi yang sepenuhnya didiskreditkan dan distorsi fakta yang disengaja.

Dikatakan bahwa 5G beroperasi dengan aman dan tanpa menyebabkan gangguan berbahaya pada operasi penerbangan di hampir 40 negara di seluruh dunia.

Pemerintahan Biden sangat ingin melihat masalah ini diselesaikan. Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Brian Deese, bertemu dengan Ketua Komisi Komunikasi Federal (FCC), Jessica Rosenworcel, dan Menteri Transportasi AS mengenai masalah tersebut.

Senator dari Partai Republik, Marsha Blackburn, di persidangan juga mendesak maskapai
penerbangan untuk bekerja dengan operator nirkabel untuk mencapai kesepakatan.

Rosenworcel saat itu mengatakan dia yakin masalah itu dapat diselesaikan dan spektrum dapat digunakan dengan aman.

3. Kirby menilai FCC dan FAA perlu berbicara satu sama lain

Boeing dan Airbus Desak AS Tunda Peluncuran Layanan 5GIlustrasi pesawat terbang. (Pixabay.com/Steve001)

Kirby mengatakan pihak FCC dan FAA perlu masuk ke ruangan dan berbicara satu sama lain
serta memecahkan masalah dengan menambahkan bahwa masalah itu tidak dapat diselesaikan di belakang maskapai.

Grup perdagangan Airlines for America (A4A) mengatakan arahan FAA akan secara material
mengganggu operasi maskapai dan mengatakan operator kargo memperkirakan akan menelan biaya sekitar 400 juta dolar AS atau setara dengan Rp5,71 triliun setiap tahunnya.

Operator nirkabel juga tidak menunjukkan minat dalam penundaan lebih lanjut untuk menggunakan spektrum, yang industri membayar lebih dari 80 miliar dolar AS atau setara dengan Rp1.142,6 triliun untuk memperolehnya.

Arahan FAA memerintahkan revisi manual penerbangan pesawat dan helikopter untuk melarang beberapa operasi yang memerlukan data altimeter radio ketika ada sinyal broadband nirkabel 5G C-Band.

FAA juga berencana untuk mengeluarkan pemberitahuan lebih lanjut kepada maskapai sebelum awal Januari 2022 ini yang menawarkan detail lebih lanjut tentang potensi gangguan serta sedang dalam diskusi mengenai altimeter mana yang dapat digunakan di bawah rencana mitigasi saat ini.

Baca Juga: Boeing Desak AS Pisahkan Isu Perdagangan dan HAM dengan Tiongkok

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya