FDA Nyatakan Vaksin dari Johnson & Johnson Aman dan Efektif

Ini akan menjadi vaksin COVID-19 ketiga di Amerika Serikat

Washington, D.C, IDN Times - Pihak Food and Drug Administration di Amerika Serikat menyatakan vaksin produksi dari perusahaan Amerika Serikat, Johnson & Johnson bersifat aman dan efektif. Dengan demikian, ini akan menjadi vaksin ketiga di Amerika Serikat yang mendapat persetujuan dari pihak tersebut. Bagaimana awal ceritanya?

1. Vaksin produksi Johnson & Johnson dapat disimpan di lemari es biasa, sebagai pengganti ruang pendingin

FDA Nyatakan Vaksin dari Johnson & Johnson Aman dan EfektifIlustrasi vaksin COVID-19. (Pixabay.com/ulleo)

Dilansir dari BBC, vaksin buatan Johnson & Johnson akan menjadi alternatif sekaligus menghemat biaya untuk dua vaksin lainnya, yakni Pfizer dan Moderna, yang dapat disimpan di lemari es biasa, sebagai pengganti ruang pendingin. Dalam sebuah dokumen briefing yang diterbitkan oleh FDA Amerika Serikat memberikan lebih banyak detail tentang data yang diserahkan oleh perusahaan Janssen, yang dimiliki oleh Johnson & Johnson, kepada regulator. 

FDA menyimpulkan bahwa vaksin ini memiliki manfaat yang diketahui dalam mengurangi penyakit yang bergejala hingga paling parah. Sebuah komite ahli eksternal dikabarkan akan bertemu pada hari Jumat, 26 Februari 2021, ini untuk merekomendasikan apakah FDA harus mengesahkan vaksin ini untuk menambah lonjakan ketersediaan vaksin di Amerika Serikat. Seorang pejabat pemerintahan Amerika Serikat mengatakan pihaknya telah mengantisipasi pendistribusian setidaknya 3 juta dosis vaksin Johnson & Johnson pekan depan, jika menerima otorisasi darurat dari FDA.

Pihak perusahaan sendiri mengatakan berencana untuk memberikan total sebanyak 20 juta dosis pada akhir Maret 2021 ini, sejalan dengan kesepakatan untuk memasok Amerika Serikat dengan jumlah 100 juta dosis pada akhir Juni 2021 ini.

2. Cara kerja vaksin buatan Johnson & Johnson sehingga dinyatakan efektif

FDA Nyatakan Vaksin dari Johnson & Johnson Aman dan EfektifIlustrasi pemberian vaksin COVID-19. (Pixabay.com/fernandozhiminaicela)

Vaksin buatan Johnson & Johnson merupakan vaksin vektor virus, artinya virus menggunakan virus, dalam hal ini adenovirus yang dapat menyebabkan flu dan gejala ringan pada manusia. Pihak perusahaan telah memodifikasi virus ini untuk memasukkan DNA yang mengkode protein lonjakan pada virus SARS-CoV-2. Protein lonjakan ini adalah salah satu fitur pengenal virus untuk sel kekebalan dan yang digunakan virus untuk masuk ke dalam sel tubuh.

Adenovirus bekerja dengan cara masuk ke dalam sel tubuh seperti virus biasanya, tetapi kemudian menyuntikkan materi genetik untuk protein lonjakan sebagai gantinya. Sel tubuh melakukan yang terbaik dan membaca DNA itu untuk membuat salinan protein lonjakan, yang kemudian memicu reaksi kekebalan. Fungsi ini mirip sekali dengan vaksin mRNA, kecuali proses pembuatan protein lonjakan dimulai pada tahap DNA versus mRNA dalam penerjemahan protein.

Ini mirip dengan vaksin COVID-19 lainnya, AstraZeneca, yang juga menggunakan adenovirus simpanse untuk mengangkut DNA yang mengkode protein lonjakan SARS-CoV-2. Akan tetapi, vaksin tersebut hanya diuji dengan dua dosis serta pihak FDA belum memberikan otorisasi penggunaan darurat. Perusahaan Janssen, yang dimiliki Johnson & Johnson, juga memproduksi vaksin untuk penyakit Ebola, yang mendapatkan persetujuan pada akhir tahun 2019 lalu, meski otorisasi FDA di Eropa baru menyetujuinya pada bulan Juli 2020 lalu.

Uniknya, vaksin ini hanya membutuhkan satu dosis saja di mana rata-rata vaksin serupa harus menggunakan dua dosis. Menurut ahli imunologi dari University of California San Francisco, Amerika Serikat, Joel Babdor, mengatakan sistem kekebalan pada umumnya adalah mesin pembelajaran, sehingga tak jarang vaksin dapat bekerja setelah satu dosis dan itulah yang dinamakan sifat cerdas sel kekebalan tubuh. Setiap kali tubuh menemukan patogen baru, sistem kekebalan adaptif belajar bagaimana menanggapinya.

Pertemuan pertama ini seperti pertemuan untuk sel darah putih: sel B, yang membuat antibodi serta sel T, yang masuk untuk membunuh dan merasakan virus secara kimiawi sehingga mereka bisa mengenalinya nanti. Kali kedua mereka bertemu dengan patogen, sistem kekebalan bahkan lebih cepat mengenalinya dan yang ketiga, menjadi lebih cepat dan seterusnya.

Baca Juga: Ghana Negara Pertama Penerima Vaksin COVAX

3. Selama uji coba vaksin, tak ada laporan peserta dirawat inap hingga kematian

FDA Nyatakan Vaksin dari Johnson & Johnson Aman dan EfektifIlustrasi pemberian vaksin COVID-19. (Pixabay.com/whitesession)

Pihak perusahaan telah melaporkan hasil uji klinis fase ketiga pada akhir Januari 2021 lalu, yang menemukan bahwa di Amerika Serikat, suntikan tersebut mencapai 72 persen efektif dalam mencegah penyakit sedang hingga paling parah. Ketika pihak perusahaan melihat hanya efek suntikan dalam mencegan penyakit paling parah mencapai 85 persen efektif dan analisis baru menunjukkan sedikit peningkatan menjadi 86 persen. Namun secara global, efektivitas vaksin terhadap penyakit sedang hingga paling parah mencapai 66 persen.

Hal itu dikarenakan penurunan efektivitas terhadap varian baru COVID-19 yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, di mana negara itu membuat tingkat efektivitas vaksin turun menjadi 57 persen dalam analisis sementara. Belum lama ini, analisis FDA baru menunjukkan peningkatan kemanjuran suntikan di Afrika Selatan yang kini menjadi 64 persen. Efek samping umumnya hanya merasakan nyeri lengan, sakit kepala, dan kelelahan.

Selama uji coba berlangsung, tak ada laporan rawat inap hingga kematian di antara para peserta atau relawan uji coba yang menerima vaksin selama 28 hari tersebut.

Baca Juga: Ghana Negara Pertama Penerima Vaksin COVAX

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya