Meski Diboikot Oposisi, Kongo Tetap Gelar Pilpres

Sebanyak lebih dari 2,5 juta warga terdaftar sebagai pemilih

Brazzaville, IDN Times - Pemilu Presiden Republik Kongo tetap digelar pada hari Minggu, 21 Maret 2021, waktu setempat meski mendapatkan boikot dari pihak oposisi utama. Sebanyak lebih dari 2,5 juta warga setempat telah terdaftar sebagai pemilih. Bagaimana awal ceritanya?

1. Denis Sassou Nguesso diperkirakan akan meraih kemenangan lagi di Pemilu Presiden Republik Kongo kali ini

Meski Diboikot Oposisi, Kongo Tetap Gelar PilpresPresiden Republik Kongo, Denis Sassou Nguesso. (Twitter.com/SassouCG)

Dilansir dari Aljazeera.com, Pemilu Presiden Republik Kongo telah dibuka pada hari Minggu, 21 Maret 2021, waktu setempat meski mendapatkan boikot dari pihak oposisi utama dan diserang oleh para kritikus yang mengarah kepada Presiden Republik Kongo, Denis Sassou Nguesso. Proses pemungutan suara dibuka pada pukul 7 pagi waktu setempat dan ditutup pada pukul 5 sore waktu setempat. Nguesso sendiri diperkirakan akan kembali memenangkan Pemilu Presiden kali ini dan menghadapi 6 pesaingnya.

Daftar pesaing dari Nguesso dipimpin oleh ekonom dan mantan capres Republik Kongo tahun 2016 lalu, Guy-Brice Parfait Kolelas, yang saat ini mendapatkan perawatan di rumah sakit setempat akibat terinfeksi virus COVID-19. Nguesso sendiri berharap langsung memenangkan putaran pertama demi mengamankan masa jabatan keempat sebagai Presiden Republik Kongo, negara Afrika yang dikenal sebagai penghasil minyak. Sementara itu, Kolelas sendiri memposting sebuah video di media sosial yang menunjukkan dirinya berada di tempat tidur sambil mengatakan bahwa dia sedang berjuang melawan kematian usai melepas masker pernapasan.

2. Konferensi Uskup Gereja Katolik Kongo juga menyatakan keberatan terkait transparansi surat suara

Meski Diboikot Oposisi, Kongo Tetap Gelar PilpresKampanye para pendukung dari Denis Sassou Nguesso menjelang Pemilu Presiden Republik Demokratik Kongo. (Twitter.com/SassouCG)

Pihak Konferensi Uskup Gereja Katolik Kongo telah menyatakan keberatan serius tentang transparansi surat suara kekhawatiran adanya kemungkinan penutupan internet pada hari Minggu, 21 Maret 2021, waktu setempat seperti yang dilakukan pada tahun 2016 lalu. Kelompok oposisi terbesar, Pan-African Union for Social Democracy atau UPADS, telah memboikot Pemilu Presiden Republik Kongo ini dan kelompok itu juga merupakan satu-satunya partai oposisi yang memiliki kelompok parlemen di Majelis Nasional saat ini.

Republik Kongo saat ini sedang menghadapi situasi perekonomian yang memburuk, dirugikan oleh jatuhnya harga minyak mentah dunia, hutang yang berkepanjangan, pandemi COVID-19, serta dibebani dengan reputasi korupsi yang mengakar di negara itu. Tentu ini menjadi tantangan besat bagi siapa saja yang akan terpilih sebagai Presiden Republik Kongo untuk bisa memperbaiki semua masalah ini. Pemilu Presiden Republik Kongo 2016 lalu ditandai dengan adanya kekerasan dan konflik usai Pemilu Presiden di wilayah Pool, Republik Kongo antara pasukan keamanan dan kelompok pemberontak Ninja.

Dalam peristiwa tersebut, setidaknya sebanyak 100 orang tewas dan ribuan orang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Untuk Pemilu kali ini tidak ada resiko konflik berkepanjangan yang sama, mengingat perjanjian damai dengan kelompok Ninja telah ditandatangani pada akhir tahun 2017 lalu.

Baca Juga: Ekstrimis Serang Desa di Kongo, 12 Orang Dilaporkan Tewas

3. Kelompok HAM dan warga sipil Republik Kongo meminta bantuan kepada Prancis pekan ini

Meski Diboikot Oposisi, Kongo Tetap Gelar PilpresKampanye para pendukung dari Denis Sassou Nguesso menjelang Pemilu Presiden Republik Demokratik Kongo. (Twitter.com/SassouCG)

Kelompok HAM dan warga sipil Republik Kongo pada pekan ini telah meminta bantuan kepada Prancis, yang merupakan pendukung lama dari Nguesso, untuk mengutuk memburuknya ruang politik dan sipil di negara itu. Prancis sendiri telah memberikan bantuan yang signifikan kepada Republik Kongo dan perusahaan multinasional minyak Prancis, Total, telah aktif di Republik Kongo sejak tahun 1968 lalu. Pakar Republik Kongo dari University of Southern California, Brett Carter, mengatakan pada titik ini, ia merasa berpikir sebagian besar warga berharap sangat sedikit dari pemerintah Prancis, tetapi mengingat apa yang mereka hadapi di rumah, jalan lain apa yang mereka miliki.

Seperti yang diketahui, Nguesso telah memimpin Republik Kongo sejak tahun 1979 dan telah memperkenalkan Pemilu Partai pada tahun 1991 lalu dan justru berakhir kalah setahun kemudian. Akan tetapi, dia kembali berkuasa pada tahun 1997 lalu setelah adanya perang saudara yang berkepanjangan dan sejak saat itu juga, dia berhasil memenangkan setiap pergelaran Pemilu Presiden, yang dinilai sebagian besar oleh oposisi merupakan penipuan. Sebuah amandemen konstitusi pada tahun 2015 lalu, yang mengakhiri larangan pencalonan sebagai calon Presiden Republik Kongo berusia 70 tahun ke atas serta membatalkan masa batas dua periode yang memungkinan Nguesso untuk mencalonkan diri lagi di Pemilu Presiden Republik Kongo setelahnya.

Baca Juga: Kecelakaan Kapal di Kongo, Ratusan Penumpang Hilang 

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya